Saya perhatikan salah satu staff saya hari itu kelihatannya punya masalah. Wajahnya yang biasa cerita kelihatan murung; tatapan matanya kosong menerawang. Saya dekati dia dan dengan berbisik saya Tanya apakah kamu sakit ? Dia tidak menjawab pertanyaan saya; namun sebaliknya malah dia bertanya mas ada waktu, saya mau berkonsultasi. Meskipun sebetulnya sebentar lagi saya ada rapat; namun saya katakana ada; mau diskusi sekarang; saya menawarkan.
Setelah duduk di ruang kerja saya; akhirnya dia nyerocos berbicara mengungkapkan permasalahan yang dihadapi. Saya biarkan dia bicara terus; saya hanya mendengarkan sampai akhirnya dia menangis. Ditengah tangisan dia katakana bahwa Tuhan Tidak Adil; Saya tidak percaya lagi sama Tuhan; katanya dengan penuh emosi. Mendengar kalimatnya yang mulai mengingkari Tuhan; saya menyela dan saya minta dia istighfar; minta ampun kepada Tuhan. Namun dengan serta merta dia menolak saran saya. Ngapain saya minta ampun; orang saya sudah tidak percaya sama Tuhan; katanya dengan masih emosi.
Setelah beberapa saat terdiam dengan sambil menangis; akhirnya emosinya mulai turun. Saya mulai bisa diskusi dengan dia; sebut saja namanya S
NA : Sudah berapa lama kamu kerja di kantor ini ?
S : 7 tahun mas
NA : Bagaimana ceritanya kamu bisa kerja dikantor ini ?
S : Suatu saat saya melamar jadi pegawai Pemkot. Pagi itu; waktu diumumkannya hasil test. SAyapun dating untuk melihat pengumuman. Ternyata saya tidak diterima. Dengan rasa sedih saya duduk dirumput halaman Pemkot. Sebelah saya juga duduk beberapa orang; yang kelihatannya juga bernasib sama dengan saya. Kemudian ada salah seorang yang bertanya kepada saya; apakah saya diterima ? Saya jawab Tidak. Dan ternyata diapun tidak diterima. Dia mengajak saya untuk melamar pekerjaan ke kantor ini.
NA : Kapan kamu kenal dia ?
S : Baru saat itu; ketika melihat pengumuman
NA : Jadi kemudian kamu dan dia melamar ke kantor ini ?
S : ya; kami janjian memasukkan lamaran bersama sama
NA : Dia diterima ?
S : Tidak
NA : Koq aneh ya ? Kamu dengan tidak sengaja kenal sama orang itu; bahkan orang itu yang pertama kali ngajak kenalan. Terus orang itu mengajak kamu melamar di kantor ini. Dan ternyata kamu yang diterima; sementara orang itu yang mengajak kamu; tidak diterima. Kira kira; kejadian itu semua kebetulan, ataukah ada tangan yang merencanakan ? Kira kira kamu tahu nggak kenapa kamu yang diterima ?
S : Tidak tahu mas.
NA : Kira kira – diantara para pelamar itu, ada gak yang lebih pinter dari kamu ? Yang lebih bagus dari kamu tapi tidak diterima ?
S : Ada mas.
NA : Bukankah itu berarti Tuhan memberikan Amanah kepada kamu untuk mencari rezeki di kantor ini ?
S : Astaghfirullah; Saya khilaf mas ……
SAhabat; didalam kesibukan kita sehari hari; kita memang sering lupa atas nikmat yang telah diberikan kepada kita; sehingga kitapun lupa untuk bersyukur juga. Ada saran menarik yang bisa kita praktekkan sehingga kita tidak lupa untuk bersyukur; yaitu ketika kita mendapat kenikmatan apapun dalam bentuk apapun; selalu menanyakan Kenapa mesti saya; bukankah ada orang yang lebih baik dari saya sehingga secara logika lebih berhak ?
Ketika manasik haji; ustad kami sering mengingatkan bahwa diluar sana ada banyak orang yang lebih kaya dari kita; lebih sehat dari kita; lebih punya waktu dari kita; tapi kenapa kita yang insya Allah berangkat haji dan bukan mereka ?
Semoga menginspirasi …… ( harris htl 00:06 )