Dalam pengalaman saya melakukan
wawancara calon karyawan baru; saya jarang sekali menghabiskan waktu lebih dari
30 menit. Bahkan ada yang hanya perlu waktu 15 menit saja. Itupun sebenarnya
hanya mengajukan beberapa pertanyaan dasar. Dari waktu yang begitu singkat;
saya dapat membuat keputusan untuk menerima atau menolak calon karyawan
tersebut.
Teman saya pernah menanyakan koq
dalam waktu secepat itu bisa mengetahui potensi calon karyawan ?. Kalau dengan ilmu yang tepat semuanya akan
menjadi mudah; jawab saya enteng. Bukan asal asalan khan ? tanyanya ragu. Ini masalah nasib orang; masa depan orang.
Mana berani saya main main. Ini tidak sekedar urusan dunia; namun juga urusan
akherat. Jawab saya serius. Ini tidak sekedar urusan calon karyawan; namun juga
calon istri, calon anak anaknya; calon mertuanya; calon pembantunya, dan
seterusnya. Kalau calon karyawan ini
bagus; dan karena kita main main sehingga tidak diterima sebagai karyawan, maka
itu berarti juga kita mengabaikan masa depannya. Masa depan keluarganya nanti;
masa depan istrinya, masa depan anak anaknya nanti. Itu bukan sekedar urusan
dunia !!!
Ini juga bukan sekedar urusan calon
bossnya. Tapi urusan perusahaan; urusan semua karyawan. Bisa dibayangkan bila
kita teledor dan orang yang tidak tepat ini diterima sebagai karyawan, maka
dampaknya bisa menjadikan perusahaan ini rugi; bisa membuat perusahaan ini
bangkrut. Itu artinya menjadi urusan semua karyawan yang ada. Perusahaan bisa
berkembang atau bangkrut tergantung para karyawannya. Kalau ada satu karyawan
saja yang bikin masalah; karena perilakunya, karena kebodohannya maka dampaknya
akan berpengaruh terhadap semua teman temannya, semua karyawannya.
Kembali kepersoalan semula
bagaimana dengan waktu yang singkat kita bisa mengetahui potensi dari calon
karyawan.
Pertama, perhatikan penampilannya.
Bagaimana dia mematutkan diri. Orang yang ketika wawancara berpenampilan
seadanya tentu akan berbeda dengan yang berpenampilan rapi. Orang yang sedang
melamar pekerjaan tidak ubahnya seperti orang yang sedang berjualan. Supaya
cepet laku; barang dagangannya harus dirawat; dibersihkan; di tampilkan
secantik mungkin. Orang yang sedang ada maunya harus Jaim, jaga image ! Anda bisa bayangkan; bila anda ingin naik
pangkat, anda tentu akan berusaha
menampilkan kinerjanya didepan boss nya. Anda tentu akan menjaga
konduite anda; anda akan menjaga kredibilitas anda. Anda akan habis habisan menjaga reputasi
anda. Kalau sampai ada karyawan yang
ingin naik pangkat tapi kerjanya asal asalan; tidak berusaha perform; bisa
diduga dia akan berusaha naik pangkat melalui ancaman dan intrik. Kalau dalam
taraf wawancara saja sudah asal asalan saya bisa menduga didalam kesehariannya
juga asal asalan; asal jadi; asal selesai tanpa memperhatikan kualitas.
Kedua; perhatikan cara menjawab dan
menjelaskan permasalahan. Saya biasa
menganut attitudinal interview dan bukan academical interview. Attitudinal
interview adalah wawancara yang menekankan pada perilaku. Saya akan tanya
bagaimana dia mensetting standardnya. Tinggi atau rendah. Bagaimana dia
mengejar cita cita/impiannya. Dari sini akan kelihatan calon karyawan ini punya
high standard; hard worker; smart; antusiame; dsb. Ini menuntut calon karyawan untuk meyakinkan
yang menginterview. Penjelasan dan jawaban jawaban yang mengesankan tentu
sangatlah penting.
Ketiga; perhatikan dengan siapa dia
bergaul. Apakah cukup peka terhadap lingkungan ? Bila ingin tahu siapa orang
itu; lihatlah dengan siapa dia bergaul.
Kebanyakan orang punya group/kelompok. Bisa kelompok main; kelompok
belajar; kelompok diskusi; dsb. Tipe seseorang tidak akan jauh dari tipe
kelompoknya; tipe teman temannya. Untuk
saat ini; lebih gampang mengetahui siapa calon karyawan ini. Buka saja google;
facebook nya; twitternya. Bagaimana
kualitas postingannya. Bukankah postingannya itu mencerminkan dia yang sebenarnya. Kalau postingannya ngeluh melulu; bisa diduga
dia tukang mengeluh. Bagaimana bisa kerja baik, kalau mengeluh terus. Banyak
alasan !!!
Keempat; perhatikan kesibukannya
dan aktifitasnya sehari hari. Hal ini penting untuk mengetahui apakah calon
karyawan ini termasuk tipe rajin atau pemalas.
Kelima; perhatikan impian impian
kedepannya. Hanya yang punya impian tinggi dan jelaslah yang akan antusias
mengejarnya. Impian itu ibarat target
yang harus dibidik/ditembak. Bagaimana anda membidik target yang tidak jelas ?
Bagaimana anda berusaha keras membidik kalau targetnya terlalu dekat, terlalu
mudah. Impian adalah sesuatu yang dikejar. Anda hanya akan berlari kencang
kalau targetnya jelas dan jauh.
Point satu sampai lima itu hanya
didapat dari penjalasan, cara menjelaskan; isi penjelasan; konsistensi
penjelasan. Kita tidak meminta untuk menghadirkan bukti. Itu artinya apakah
calon karyawan dapat memberikan kesan yang baik ? Kesan pertama sangat
menentukan apakah anda diberi kesempatan untuk membuktikan yang telah
dikesankan atau tidak.
Ada sebagian orang yang sebetulnya
baik sekali tapi tidak kelihatan baik. Kita baru tahu kalau orang ini baik
ketika sudah mengenalnya setahun. Orang
tipe ini tentu tidak akan diberikan kesempatan pertama. Ada sebagian orang
yang baik dan memang kelihatan baiknya.
Orang tipe ini tentu akan diberikan kesempatan pertama untuk membuktikan
kebaikannya. Ada juga orang yang sebetulnya tidak baik, namun kelihatan baik.
Orang tipe inipun akan diberikan kesempatan yang pertama, namun dia tidak mampu
membuktikan kebaikkanya. Orang tipe ini yang sangat mengecewakan. Namun tipe
ini juga akan diberikan kesempatan.
Untuk maju; tugas kita sebetulnya
ada dua. Pertama kita harus memperbaiki diri. Kedua adalah menyampaikan message
kepada orang lain bahwa kita adalah pribadi yang baik. Atau dengan kata lain memoles
bagaimana agar kita yang baik ini memang kelihatan baik.
Kesan pertama begitu menggoda; selanjutnya
terserah anda.
Semoga menginspirasi ….. ( RS HU; 191212 )