Oleh Noor Aidlon
S |
yarat
berbisnis itu harus berpartner tiga. Agar bisnismu maju dan hatimu tenang. Pun
keluargamu bahagia. Tiga partner itu adalah Allah, Rasulullah dan keluargamu.
Jangan pernah tinggalkan ibadah. Lakukan perintah Nya. Dan senantiasa
meninggikan Asma Nya. Karena itu hak Allah.
Jangan lupakan anak yatim dan orang miskin. Itulah yang diperintahkan Rasulullah.
Yang disukai Rasulullah.
Dan jangan lupakan pula hak dirimu dan keluargamu. Keluarga yang kuat disukai oleh
Allah dan Rasulullah.
Kalimat itu diucapkan menjelang tengah malam. Di restaurant Hotel Westin yang
sudah sangat sepi. Tinggal meja bundar yang kami tempati, yang masih penuh.
Oleh 8 orang.
Saya meresapi kalimat itu. Sambil melihat jauh kesana. Kebawah dari ketinggian
restaurant. Lewat dinding kaca yang mengitari ruang restaurant itu.
Daerah Surabaya Barat kelihatan ramai oleh lampu penerangan jalan. Pun lampu
rumah rumah hunian. Lalu lintas sudah tidak berlalu lalang lagi. Tidak sesibuk
beberapa jam sebelumnya.
Kalimat itu diucapkan oleh lelaki kecil dan ceking. Yang barusan membeli sebuah
helikopter baru. Yang saat ini sedang membangun masjid diatas tanah 20 Ha di
Kalimantan Timur. Dengan budget satu trilyun Rupiah. Gambarnya ditunjukkan ke
saya. Dari layar Handphone. Masjid dengan gaya timur tengah. Dengan beberapa
menara di sekitarnya.
Coba perhatikan. Adakah orang jatuh miskin karena membangun masjid. Adakah
orang yang jatuh miskin karena menyantuni anak yatim. Tidak pernah ada. Yang
ada rezekinya malah semakin berkembang. Karena keberkahan ada disana. Namun
banyak orang masih belum meyakininya. Meyakininya dengan kokoh.
Kalimat itu diucapkan oleh lelaki kecil nan aceking yang malam itu melakukan
final nego dengan teman saya. Dan saya diminta mendampinginya.
Tengah malam mereka bersalaman. Sudah sepakat. Esuknya perjanjian itu mereka
tanda tangani. Semoga berkah. Kalimat itu diucapkan mereka berdua. Hampir
bersamaan. Tanpa komando. Tanpa janjian.
Menjelang tidur, kalimat lelaki kecil nan ceking itu kembali muncul dalam pikiran
saya. Merenungi maknanya. Kalimat yang mudah diucapkan. Namun begitu sulit
melakukannya.
Perbaruhi syahadatmu. Kata teman saya yang lain puluhan tahun yang lalu.
Mengingatkan saya ketika saya kelihatan ragu mengambil keputusan. Untuk sesuatu
yang baik.
Pak Robby Djohan ( mantan ) Presiden Direktur Bank Niaga yang legendaris. Sebelum
menyetujui suatu usulan, senantiasa menanyakan ini. Apakah kamu yakin usulanmu
ini membawa kebaikan dan workable.
Didalam Al Quran ada 2 kata yang susunannya tidak pernah terbalik. Dua kata
berurutan ini muncul beberapa kali. Kata itu adalah Amanu wa 'amilus sholihat.
Beriman ( yakin ) dan kerjakan kebajikan.
Yakin dulu baru kerjakan. Kalau masih ragu. Pikir lagi. Analisa lagi
secara mendalam. Baru ambil keputusan. Kerjakan atau tinggalkan. Jangan pernah
mengambil keputusan kalau masih belum yakin. Itulah yang diajarkan Rasulullah.
Ada orang yang cepat yakin. Nalurinya begitu kuat. Yang diasah berdasarkan
pengalaman. Ada juga mereka yang perlu waktu dengan mempertimbangkan terlebih
dahulu. Perlu mengumpulkan data. Setelah cukup analisanya baru yakin.
Meskipun berbeda pendekatan, namun keduanya bisa dikategorikan sebagai ilmul
yakin. Yakin berdasarkan ilmu. Ada dasarnya.
Boss saya dulu. Meskipun secara prinsip dia bisa menyetujui proposal kredit,
namun untuk tanda tangan, dia minta di ketemukan dengan calon nasabah terlebih
dahulu. Di kantor nasabah. Di pabrik nasabah. Bukan dikantor kami. Seeing is
believing. Itu jargonnya. Itulah Ainul yakin.
Kembali ke cerita lelaki kecil nan ceking. Dia berprinsip berpartner dengan
Allah dan Rasulullah. Dia tidak melihat dan ketemu Allah dan Rasulullah. Sama
seperti kita. Namun keimanan dan keyakinan terhadap yang ghoib sangat kokoh.
Seakan dia mampu melihat dan bertemu Allah dan Rasulullah. Saat ini.
Keimanan seperti itulah yg mengagumkan Nabi Muhammad. Seperti yang disabdakan
beliau ini. Orang yang paling menakjubkan imannya adalah mereka yang datang
setelah kalian ( generasi jauh dibawah para sahabat ), lalu mereka menjumpai
sebuah kitab yang berasal dari wahyu (Al-Qur'an), kemudian mereka mengimaninya
dan mengikutinya. Mereka inilah orang yang paling menakjubkan imannya.
Jadi iman kita yang dikagumi Rasulullah, saudara. Iman penjenengan sedoyo.
Lantas, apakah panjenengan bangga dengan sanjungan itu. Ataukah Malu ?
# NA
#Sancaka
#22 Agustus 2024.