Dikisahkan, suatu pagi Ibu
Nyai pergi ke pasar dengan ditemani beberapa orang assistant. Ditengah
perjalanan terdengar suara ribut ribut dari sebuah rumah. Teriakan disaut
teriakan, sumpah serapah dibalas sumpah serapah. Bahkan ada suara peralatan
dapur yg dibanting.
Mendengar suara suara ribut
ribut itu, Ibu Nyai kemudian bertanya kepada assistantnya, Suara apa itu ?
Maklum Bu Nyai selama ini belum pernah mendengar dan merasakan ribut ribut
seperti itu di rumahnya. Kemudian
dijelaskanlah oleh assistentnya bahwa suara itu adalah suara suami istri yang
sedang bertengkar. Wah ramai ya, seru juga, kata Bu Nyai.
Suara ribut2 dari pertengkaran
suami istri itu terngiang ngiang di fikiran Bu Nyai selama dalam perjalanan ke
pasar sampai pulang kerumah. Timbullah keinginan Bu Nyai untuk merasakan
suasana pertengkaran keluarga sebagai suatu pengalaman. Dan syetanpun
mengomporinya.
Suatu sore; ketika pak Kyai –
sang suami turun dari masjid di depan rumah. Berjalan jalan santai dengan
tangan menggenggam tasbih sambil menikmati sejuknya udara pegunungan. Tiba tiba
dari belakang Ibu Nyai melempar sapu dan mengenai punggung Pak Kyai. Tujuannya satu; agar pak Kyai marah dan
terjadilah pertengkaran. Namun ternyata;
Pak Kyai tidak marah. Pak Kyai hanya tersenyum dan berkata lembut : sapu koq
dilempar sambil menyerahkannya sapu itu kepada Bu Nyai. Kemudian Pak Kyai
melanjutkan berjalan melihat tanaman di kebun belakang rumah.
Malam harinya; ketika makan malam tiba; di ruang
makan; Pak Kyai bertanya; Nyai, hari ini ada sedikit yang luar biasa. Nyai
melakukan beberapa hal yang tidak biasa. Ada apa tho ini ? Mendengar pertanyaan
dengan penuh kelembutan; hati Nyai tidak tertahan dan akhirnya menangis sembari
meminta maaf. Itu semua dilakukan hanya untuk memancing kemarahan Pak Kyai;
hanya pingin merasakan bagaimana rasanya bertengkar.
Kejadian serupa sering kita
alami dan temukan di rumah; dikantor; dijalan dan dimana saja. Kejadian yang
memancing kita marah. Atau tindakan yang
kita lakukan dan memacing orang lain untuk marah. Stimulus tindakan yang tidak
baik akan memancing reaksi yang tidak baik pula. Padahal kalau kita mau merenungkan; apakah
ada orang yang pingin bikin orang lain susah ? Apakah ada orang yang pingin
bikin orang lain menderita ? Secara normal; tidak ada satu orangpun didunia ini
yang pingin bikin orang lain menderita.
Mungkin andapun bertanya; mengapa banyak orang melakukan tindakan yang
menyebalkan ? Pernahkah anda bertanya dengan setulus tulusnya kepada orang yang
bertindak menyebalkan itu ? Dan apa
jawaban dari orang yang bertindak menyebalkan itu ? Inilah yang sering kita
jumpai. Maaf tidak sengaja. Maaf; saya tidak bermaksud mengganggu. Maaf; saya
tidak tahu kalau itu menyinggung perasaanmu; dan kalimat kalimat lain yang
senada. Dan reaksi anda ketika mereka meminta maaf ? Ada yang tersenyum dan
lalu memaafkan. Ada yang tidak mau memaafkan tapi langsung pergi dengan
ngedumel. Ada yang tidak mau memaafkan dan mengajak bertengkar.
Ketika anda pergi namun tidak
mau memaafkan; hati anda masih
terbebani; sementara mereka sudah tidak terbebani karena sudah meminta
maaf. Lalu siapa yang dirugikan ?
Ketika anda tidak mau
memaafkan dan mengajak bertengkar. Reaksi merekapun bisa macam macam. Meminta
maaf kembali dengan lebih tulus dan menjabat tangan anda. Membiarkan anda marah marah sendiri. Atau
meladeni anda marah dan terjadi pertengkaran. Dan bila terjadi pertengkaran;
siapa yang diuntungkan ? Bukankah Tak ada seorangpun diuntungkan dari
pertengkaran itu. Yang ada hanyalah kerugian. Kerugian membuang energy yang sangat banyak.
Orang bertengkar membutuhkan energy yang besar sekali. Lebih baik energy besar
itu disalurkan kepada hal hal yang positif dan penuh manfaat. Kerugian fisik (
kalau sampai adu fisik ). Atau Paling tidak, akan terjadi kerugian moril. Malu.
Dalam posisi apapun Anda; Anda
bisa menghindarkan kerugian dari sebuah pertengkaran; bila anda menahan diri
untuk tidak meladeninya. Bukankah untuk suatu pertengkaran dibutuhkan dua orang
yang marah ?
Semoga kita terhindar dari
pertengkaran …… ( KSB 16/5/2012 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar