Coba tanyakan
kepada 25 orang yang anda anggap paling pintar di sekitar anda atas 3
pertanyaan berikut dan kemudian catat jawabannya.
Pertanyaan
pertama; apakah dia milih menjadi sukses atau gagal ?
Pertanyaan
kedua; apakah dia milih menjadi kaya atau miskin ?
Pertanyaan
ketiga; apakah dia milih menjadi orang yang memberikan bantuan atau orang yang
menerima bantuan ?
Kemudian
pilih 25 orang lain yang anda anggap paling bodoh disekitar anda dan tanyakan 3
pertanyaan yang sama dan kemudian catat jawabannya.
Kira kira
apakah ada perbedaan jawaban dari 2 kelompok orang tersebut ? Apakah ada
perbedaan jawaban yang diberikan oleh orang yang paling pintar dan yang
diberikan oleh orang yang anda anggap bodoh.
Saya bisa
tebak dengan yakin, bahwa tidak ada satupun perbedaan jawaban. Jawaban orang
yang pintar; yang otaknya encer pastilah akan memilih menjadi orang sukses;
menjadi kaya dan menjadi orang yang memberikan bantuan. Demikian juga dengan
jawaban orang yang otaknya dianggap tumpul.
Kalau
demikian; apakah keinginan menjadi sukses; menjadi kaya dan menjadi orang yang
membantu orang lain itu adalah keinginan yang berasal dari otak ? Tentu bukan.
Keinginan itu adalah keinginan yang berasal dan keluar dari hati nurani; dari
suara hati setiap orang.
Bila anda melihat orang yang hidupnya
memprihatinkan; maka secara naluri anda akan punya keinginan untuk membantu
bukan ? Ketika ada teman di kantor saya yang
tertimpa musibah sakit yang harus diopname di RS; pastilah ada orang
yang inisiatif menginfokan ke teman teman dan membuka kesempatan untuk
menyumbang. Hasilnya ? Alhamsulillah; uang yang terkumpul cukup memadai; bahkan
beberapa kasus bisa terkumpul melebihi yang dibutuhkan untuk berobat. Bukankah
di tempat anda juga demikian ?
Bila anda
melihat ada orang yang sangat bengis; yang menganiaya orang tuanya; apakah hati
anda tidak merasa benci; gregetan kepada orang itu ? Apakah perasaaan seperti
itu hanya anda yang merasakannya ? Coba perhatikan bila anda bersama sama
keluarga; menonton sinetron atau film dan melihat adegan ada orang yang
menganiaya istri dan anaknya. Bagaimana reaksi dari keluarga anda yang menonton
? Sama bukan ? Tentu mereka gregetan; kalau bisa mau memarahai sang suami atau
si ayah yang keras itu. Padahal itu
hanya acting. Tidak jarang kita ikut
menangis melihat adegan yang memilukan. Teman saya berkelakar; dia nangis
karena dibayar untuk nangis; lha kita nangis untuk apa ? Orang itu juga bohong
bohongan; hanya acting.
Saya pernah
melihat film yang menceritakan kisah Pangeran Diponegoro. Bagaimana para
penonton teriak teriak emosional ketika melihat adegan Belanda menyiksa dan
menganiaya penduduk. Dibagian lain;
mereka bertepuk tangan ketika Pangeran Diponegoro yang dengan gagahnya
menunggang kuda dan menghunus kerisnya datang untuk menolong.
Jadi, keinginan
membantu adalah fitrah manusia yang ditanamkan oleh Tuhan kedalam setiap jiwa;
setiap hati nurani. Sedangkan untuk bisa membantu kita harus punya terlebih
dahulu. Demikian juga dengan keinginan menjadi kaya dan sukses adalah fitrah
manusia.
Bila ada orang yang tidak ada
keinginan untuk sukses; tidak ada keinginan untuk kaya dan tidak ada keinginan
untuk membantu orang lain; perlu dicek apakah hatinya masih lembut atau sudah
mengeras atau bahkan sudah mati.