N |
gobrol makan siang di Hotel Jambuluwuk Jakarta itu telah melambungkan ingatan saya kemasa lalu. Lebih dari 20 tahun yang lalu. Ketika ada kunjungan Presiden Direktur. Ketika Para Branch Manager diminta melakukan presentasi mengenai cabangnya masing masing.
Mas Gan teman makan siang saya itu - menanyakan. Lebih tepatnya meminta konfirmasi. Apakah fotocopy KTP yang saya serahkan itu betul betul KTP nya seorang Direktur ?
Saya tidak kaget mendengar pertanyaan itu. Dan saya sudah bisa menebak kemana arah pertanyaan itu. Maka saya tidak perlu menanyakan balik dengan pertanyaan “mengapa”.
Saya langsung jelaskan. Dia sedang mengurus pembaharuan KTP nya. Kalimat ini sekedar hanya untuk save his ( Direktur ) face. Aslinya ya, belum, bahkan tidak ada rencana mengurus pembaharuan KTP. Saya sudah pernah menanyakan itu. Memang KTP yang lama sudah tidak terbaca lagi fotonya. Dan sudah pudar pula huruf hurufnya.
Mas Gan kemudian menceritakan apa yang dikatakan temannya. Yang seorang Bankir. Dia ketemu bankir itu untuk menjajaki pendanaan proyek baru. Dengan jaminan property keluarganya. Yang taksiran nilainya ( appraisal value ) diatas 100 milyar rupiah. Dana ini rencananya untuk dibuat joint investment ke proyek baru. Direktur proyek baru inilah teman saya yang KTP nya saya serahkan kepada Mas Gan itu.
Sang Bankir yang ditemuinya mengatakan - Kalau Direktur ngurus KTP nya saja seperti ini, bagaimana dia mengurus proyeknya. Kalimat inilah yang mengingatkan saya atas kejadian 20 tahun yang lalu itu.
Sang Bankir akhirnya tidak melanjutkan proses Analisa Kelayakan Usahanya. Dengan melihat attitude Direktur memperlakukan KTP nya pendanaan proyek itu berhenti. Berhenti hanya pada KTP yang sudah sangat buram itu.
Inilah cerita 20 tahun yang lalu itu.
Setelah teman saya – Branch Manager – itu selesai memberikan paparannya. Kini giliran Bapak Presdir memberikan arahannya. Apa yang harus dilakukan untuk memajukan cabangnya. Teman saya memperhatikan betul arahan itu. Dia mencatatnya – satu per satu. Diatas stopmap berwarna kuning. Satu muka stopmap itupun penuh dengan tulisan tangannya. Yang berjejer tidak rapi. Tidak ditulis lurus seperti kalau dituis dibuku tulis. Ada yang ditulis melengkung menghindari gambar logo stomap. Ada pula yang ditulis melintang. Dan Pak Presdir memperhatikan itu.
Kemudian, dengan muka agak kecewa, beliau berkata. Kamu mencatat arahan saya bukan pada tempat yang tepat. Kamu tulis asal asalan saja. Jangan jangan seperti itu pula cara kamu mengurus cabangmu. Semua peserta rapat terdiam. Saya merenungkan kata kata Pak Presdir itu. Dan beberapa diantara kami berebut menyodorkan kertas kosong kepada teman saya. Yang sedang berdiri didepan. Yang kelihatan salah tingkah itu.
Teman saya akhirnya juga resign. Saya tidak tahu apakah karena kalimat Pak Presdir itu. Ataukah karena ada penawaran dari perusahaan lain yang lebih menarik.
Mentor saya dulu sering menasehati. Jangan abaikan hal yang kecil. Karena yang kecil itu sering membuat orang terpelet, jatuh. Guru Management mengatakan : setan itu selalu bersembunyi pada hal yang kecil ( detail ).
Kalau kondisi toilet kantor itu bagus, bisa dipastikan ruang tamunya juga bagus. Tempat kerja lainnya juga bagus. Begitu kira kira yang sering diajarkan dalam pelajaran “service” dulu. Cara mengurus toilet sering membuat perusahaan gagal mendapatkan service award.
Teman expatriate saya mengatakan – sangat mudah untuk membuat orang menjadi pintar. Membuat karyawan pintar itu tidak butuh waktu lama. Cukup diajari. Disuruh belajar. Baca buku dan on the job.
Tapi untuk mengubah attitude seseorang perlu waktu yang lebih lama. Perlu ketelatenan. Harus dimonitor setiap saat. Dilakukan mentoring.
Ada satu training – attitudinal training namanya. Training yang bertujuan membentuk attitude ( perlilaku ) seperti yang diinginkan. Training ini harus on the camp. Dimonitor dan diawasi 24 jam. Perlu banyak orang yang terlibat. Waktu yang diperlukanpun lama. Paling tidak tiga minggu.
Awalnya banyak peserta yang tidak lulus dalam training ini. Bukan karena tidak ramah. Bukan karena tidak sopan. Tapi karena gagal membereskan tempat tidur.
Itulah attitude. Yang membuat orang dan perusahaan dihargai dan dihormati. Yang juga bisa membuat orang dan perusahaan dijauhi.
Saat ini banyak kita jumpai orang mengabaikan attitude. Mereka tidak memperhatikan unggah ungguh pergaulan. Saat menjabat sangat dihormati. Atau lebih tepatnya terpaksa dihormati. Kemudian saat tidak menjabat akan banyak dihujat.
Tentu ini tidak termasuk orang yang tinggal di rumah sampeyan.
#NA
#KSB250321
Tidak ada komentar:
Posting Komentar