Pemimpin itu begitu di cintai oleh rakyatnya. Dia begitu
dekat dengan rakyatnya. Dia sangat tahu kondisi dan apa yang dirasakan
rakyatnya. Rakyatnya juga begitu dekat dengannya. Rakyatnya tidak sungkan
dan tidak takut mengadukan apapun masalah yang dihadapi kepadanya.
Hari itu salah
satu rakyatnya mengunjungi tempat kediaman pemimpin itu. Rumahnya sangat
sederhana, tidak ada penjagaan sama sekali, padahal dia adalah pemimpin negara,
pemimpin pemerintahan. Makanya begitu mudah rakyatnya bisa berkunjung dan
mengadukan permasalahan apapun di rumah pemimpinnya. Dia tidak lagi mengenal
open house, karena setiap hari, setiap saat rakyatnya bebas berkunjung.
Bukankah istilah open house itu diperuntukkan bagi pejabat yang tidak
membebaskan rakyatnya berkunjung setiap saat, setiap waktu ?
Sesampai di
depan pintu rumah, sesaat sebelum mengucapkan salam, rakyat itu, tamu itu
mendengar suara wanita yang sedang marah marah. Suara marah wanita terdengar
sangat jelas karena memang rumah sang pemimpin begitu sederhana dan jauh dari
kriteria besar dan megah.
Kemudian
diurungkanya niatnya untuk mengucapkan salam. Dia tunggu sejenak. Namun masih
terdengar wanita itu marah marah. Dia marah kepada suaminya. Namun tidak ada
satu katapun yang terdengar dari sang suami. Dia sangat tidak enak mendengar
wanita yang sedang memarahi suaminya. Dia sangat kenal dengar suara wanita
tersebut yang tidak lain adalah istri sang pemimpin itu sendiri. Sejenak
kemudian diapun pergi meninggalkan rumah pemimpinnya. Dia pulang ke rumahnya
dengan fikiran penuh tanda tanya.
Beberapa saat
kemudian, pemimpin itu keluar rumah mau berangkat ke masjid. Di tengah jalan
dia ketemu tetangganya. Disampaikanlah oleh tetanganya kalau tadi ada tamu yang
berkunjung ke rumah namun tidak jadi masuk.
Setelah
menyelesaikan ibadah di masjid, sang pemimpin tidak langsung pulang kerumahnya.
Namun dia langsung kerumah tamu yang urung bertemu dengannya.
Setelah ketemu,
dengan sebelumnya meminta maaf karena dia tidak mendengar dan mengetahui ada
tamu, maka sang pemimpin menanyakan apa tujuan dia mau bertemu di rumahnya.
Dengan sedikit
ragu ragu, sang rakyat inipun menceritakan tujuan berkunjung kerumah
pemimpinnya. Dia mau mengadukan masalah rumah tangganya. Namun sebaiknya tidak
usah saya ceritakan kepada Tuan, begitu kata sang rakyat. Mengapa ?
Tanya sang pemimpin. Rasanya Tuan menghadapi masalah yang sama dengan saya.
Maafkan saya Tuan. Saya sempat mencuri dengar bagaimana Tuan dimarahi oleh istri
Tuan. Dan rupanya Tuan tidak mampu menanganinya. Tuan hanya berdiam diri.
Itu juga yang saya alami Tuan. Bagaimana saya akan minta bantuan kepada orang
yang sedang menghadapi masalah yang sama, yang juga tidak mampu
menyelesaikannya. Lanjut sang rakyat.
Dengan sambil
tersenyum, sang pemimpin menjelaskan. Kalau ada orang yang sedang marah dan
kita meladeninya, bukan solusi yang di dapat, justru pertengkaran yang semakin
hebat yang didapat. Dan itu yang sangat diharapkan oleh setan !!! Nanti,
ketika suasananya sudah membaik, kalau sudah tidak dalam kemarahan, saya akan
jelaskan kepada istri saya. Dan tentu saja saya akan awali dengan meminta maaf.
Cara ini yang biasa saya lakukan untuk menghadapi istri yang sedang marah. Dan
selama ini working well.
Sahabat, manusia
diberikan dua fikiran. Fikiran sadar ( consious mind ) dan fikiran bawah sadar
( unconsious mind ). Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa consious mind
berfungsi menangkap apa yang ada di sekeliling kita melalui kelima panca indera
kita. Sedangkan uncounsious mind berfungsi untuk menyimpan memori. Hanya hal
hal yang dianggap pentinglah yang akan disimpan didalam unconsious mind. Hal
yang tidak dianggap penting akan lewat begitu saja. Itulah sebabnya kita
seringkali tidak ingat warna pakaian teman kita yang baru 5 menit yang lalu
kita temui. Karena warna baju tidak kita
anggap penting. Antara consious mind dan unconcious mind terdapat satu alat
yang disebut activated rectingular system, semacam sliding door. Hal hal yang
ditangkap oleh consious mind dan dianggap penting akan dimasukkan kedalam unconsious
mind melalui sliding door ini. Begitu juga ketika memory tsb akan kita panggil
lagi, unconsious mind akan mencarikan dan mengeluarkan ke consious mind melalui
sliding door. Namun sayangnya sliding door ini bisa macet juga, sehingga tidak
bisa membuka sesuai yg dikehendaki. Kapan akan macet, ketika kondisi kita
panik. Oleh karena itu ketika ujian, ketika waktunya hampir habis kita menjadi
lupa semua yang telah kita pelajari semalam. Meskipun kita ingat persis semalam sudah membaca di bab apa
dan dihalaman kanan/kiri. Dan baru setelah kita keluar ruang ujian, masuk kamar
mandi semua ingatan keluar semua. Mengapa ? Karena saat itu kita dalam
kondisi relax. Begitu juga ketika seorang anak baru ngambek, susah sekali di
nasehati. Karena kondisi sliding door nya masih macet. Perlu dibuat relax,
dibuat santai. Menasehati dengan cara memangku anak akan jauh lebih efektif.
Karena saat itu anak dalam kondisi relax.
Nasehat sang
pemimpin sangat logis. Jangan berargumen dengan orang yang dalam kondisi
emosional. Tidak akan bisa di terima. Ajaran agama menyebutkan, bila kau marah,
maka berwudlulah, duduklah atau
berbaringlah. Disitulah kita akan menjadi lebih relax. Saat itulah logika kita
jalan. Saat itulah rasional dan nalar kita jalan. Dan saat itulah kita
siap menerima masukan orang lain.
Jadi hindarilah
adanya 2 orang yang marah dalam waktu bersamaan, niscaya tidak akan terjadi
pertengkaran. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengendalikan diri; menahan
diri dan tidak terpancing oleh lawan bicara.
Semoga
menginspirasi ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar