Saya baru tahu ceritanya minggu
lalu. Cerita yang lumayan lengkap. Tidak sepotong potong.
Ternyata selain Umar bin Khotob
ada satu nama lagi yang dimohonkan Nabi Muhammad untuk masuk Islam. Dia adalah Muhiro. Muhiro adalah orator ulung
pada jaman itu. Kata kata yang disusunnya
bisa menghipnotis banyak orang. Seandainya
Muhiro ini masuk Islam, tentu perkembangan Islam akan sangat cepat. Begitu kira kira logika Nabi Muhammad saat
itu. Saat itu beliau masih belum Hijrah.
Masih di Mekkah. Penganut Nabi masih belum banyak.
Disisi lain. Bila Umar masuk Islam, masyarakat tidak akan
berani lagi mengganggu, memerangi kaum Muslimin. Dua tokoh ini merupakan kombinasi yang baik.
Demikian kira kira logika Nabi saat itu.
Dalam sejarah tercatat, hanya
Umarlah yang masuk Islam. Yang menambah kekuatan kaum Muslimin. Yang sejak itu
orang segan untuk mengejek kaum Muslimin.
Sedangkan Muhiro sampai meninggal
masih dalam keadaan kafir. Masih belum masuk Islam.
Muhiro mempunyai anak bernama
Walid. Dan Walid mempunyai anak bernama Cholid.
Tercatat dalam sejarah, Cholid bin Walid ini termasuk panglima perang Nabi yang paling bisa
diandalkan. Disegani oleh lawan dan di hormati oleh pasukannya.
Allah mengabulkan dua doa nabi
itu dengan cara yang berbeda. Pertama dikabulkan secara tunai, yaitu Umar bin
Chotob. Yang proses keislamannya sangat mengharukan. Yang kedua, dikabulkan tidak saat itu juga.
Tapi ditunda. Dikabulkan pada anak
keturunannya. Yaitu Muhiro.
Saya teringat kisah seorang ustad
dari Sumenep. Selepas lulus SMA dia lari ke Surabaya. Mau kuliah, katanya. Secara logika tekat anak ini tidak mungkin
terwujud. Berangkat ke Surabaya saja
nggandol truk. Tidak berbekal sama
sekali. Tidak ada tempat yang dituju. Tidur di masjid saja di usir. Bagaimana
mau kuliah.
Namun ternyata dia bisa lulus
sarjana. Lulus dari IAIN Surabaya. Sekarang menjadi ustad yang cukup terkenal. Kenyataan
itu telah menjungkir balikkan logika. Tidak sesuai matematikanya manusia.
Itu berkat doa orang tua saya.
Katanya. Orang tuanya selalu berdoa agar diberikan kehidupan yang lebih baik.
Baik untuk keluarganya. Baik untuk sesamanya. Dan doa itu ditunaikan pada anaknya.
Anaknya telah memantaskan diri untuk terkabulnya doa orang tuanya. ( NA_KSB_300919 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar