Oleh Noor Aidlon
S |
ABTU
22 April 2023 - Hari Raya Idul Fitri. Hari raya sesuai Rukyatul Hilal. Jam
05.30 kami sudah siap siap berangkat ke Masjid Agung Kudus. Lokasinya di dekat alun
alun. Dekat juga dengan pendopo Kabupaten. Layaknya masjid jami' di kota kota lainnya.
Masjid
Jami' adalah masjid yang dibangun pemerintah dan juga dibiayai pemerintah.
Karenanya penentuan hari lebarannya juga sesuai ketetapan pemerintah.
Perjalanan
menuju masjid tidak semacet seperti hari raya pada umumnya. Biasanya; banyak
masyarakat berbondong bondong pergi ke masjid.
Baik ke masjid yang di dekat rumah maupun ke masjid yang lebih besar;
yang jauh dari rumah. Banyak juga yang menuju ke lapangan yang dipakai tempat
sholat Ied. Ini tentu menjadikan jalanan
menjadi penuh kendaraan.
Namun
Pagi itu jalan jalan cenderung lengang. Ini menandakan sebagian
masyarakat telah melaksanakan sholat Ied pada hari Jumatnya. Sehari sebelumnya. Hari Raya sesuai dengan hasil perhitungan hisab.
Sebetulnya
yang melakukan rukyatul hilal itu juga melakukan hisab. Hasil
perhitungannya juga persis sama. Tidak berbeda sama sekali. Untuk tahun ini;
sesuai perhitungan; hilal sudah berada diatas ufuk. Baik yang dilakukan oleh
Muhammadiyah; NU maupun pemerintah. Atau siapa saja yang tahu ilmu falaq.
Tingginya masih kurang dari 3 derajat. Mereka sepakat dengan perhitungan itu.
Yang menjadi perbedaan adalah difinisi dari wujudul hilal. Yang satu mendifinisikan hilal dianggap sudah maujud bila posisinya sudah diatas ufuk. Berapapun tingginya. Yang dinyatakan dengan derajat itu. Meskipun masih kurang dari 1 derajat; asal posisi hilal sudah diatas ufuk; dianggap sudah maujud. Dan mulai bulan baru.
Yang satunya lagi mendifinisikan Hilal dianggap mauwujud; kalau sudah bisa dilihat. Dan untuk bisa dilihat; posisi hilal harus mencapai 3 derajat diatas ufuk.
Dengan
demikian sebetulnya kita sdh bisa memprediksi jauh jauh hari. Bahkan jauh
jauh tahun; kapan hari raya akan bersamaan. Dan kapan akan berbeda. Mana yang
benar ? Semua benar. Karena semua mendasarkan pada dalil. Hanya penafsiran dan
pendifisiannya yang berbeda. Dan itu biasa terjadi. Tidak hanya pada dalil awal
puasa maupun dalil hari raya.
Jam
05.40 jalan di depan masjid sudah hampir penuh jamaah. Bahkan Sebagian sudah
ada yang duduk di lapangan alun alun.
Melihat
pintu gerbang masjid masih belum banyak yang lalu lalang, kami berkeyakinan
didalam masjid ada banyak tempat kosong. Dan kamipun menuju kedalam masjid.
Ternyata masih banyak tempat kosong. Jamaah yang duduk di dalam masjid masih
sangat sedikit. Jauh lebih banyak yang duduk di jalan depan masjid.
Anak
saya berbisik. Kalau sholat Ied di dalam masjid, suasananya seperti jum’atan.
Kalau di tempat terbuka, betul betul merasakan suasana lebaran. Aura lebarannya
kuat sekali. Barangkali itu yang menyebabkan mereka memilih tempat terbuka.
Entahlah.
Menjelang
jam 06.00, saya tengok kebelakang, jamaah di dalam masjid masih belum penuh
juga.
Sejenak
ada petugas yang meminta kami menggeser ke kanan. Pak Bupati mau rawuh, tolong
dikasih jalan. Fenomena feodal masih ada. Bisik hati saya. Toh akhirnya saya
nurut geser ke kanan sedikit.
Toh
tidak sulit. Hanya geser pantat saja.
Benar
juga. Tidak berselang lama, Bupati dan anaknya datang. Lewat samping saya.
Nuwun sewu ... nuwun sewu, sambil sedikit membungkukkan badan. Ternyata Bupati
lewat dengan etika sopan santun. Khas priyayi Jawa. Saya salah menilai.
Protokoler yang memang mengharuskan begitu. Untuk menjamin keamanan dan
kelancaran Pak Bupati.
Jam
06.05 rangkaian acara dimulai. Pembawa acara menyampaikan urut2an acara sholat
Iedul Fitri. Diawali sambutan Bapak Bupati. Kemudian pembacaan tuntunan dan
tata cara sholat Ied. Dan dilanjutkan dengan Sholat Ied dan khutbah Iedul
Fitri.
Dalam
sambutannya, Bupati menyampaikan selamat datang kepada warga Kudus yang selama
ini tinggal di luar Kudus. Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan
batin kepada seluruh warga Kudus. Dan ini yang paling memakan waktu lama :
Laporan pembangunan yang telah dikerjakan pemerintah Kabupaten Kudus. Total
waktu sambutan cukup lama. Barangkali sama, atau bahkan lebih lama dari khutbah
Idul Fitri itu sendiri.
Setelah
sambutan; tibalah acara inti sholat Ied beserta khutbah iedul Fitrinya. Isi
khutbah telah ditulis dalam sebuah buku. Buku itu dibagikan kepada jamaan di pintu
gerbang masjid. Saya buka sekilas buku itu. Beberapa halaman. Ini akan menjadi
khutbah yang Panjang. Kalau dibaca semua sesuai text itu.
Namun, ternyata beberapa text khutbah dilewati oleh khotib. Beberapa point di skip. Tidak dibaca. Khotibnya sangat bijak. Melihat situasi. Kiranya para jamaah sudah tidak focus. Matahari sudah mulai meninggi.
Pada
menjelang akhir khutbah, saya agak kaget. Karena ternyata ada dua khutbah pada
sholat Ied. Diantara dua khutbah itu; khotib juga duduk. Persis seperti khutbah
jumat. Pada khutbah kedua; khotib hanya memanjatkan doa.
Jamaah
sholat Ied pagi itu tidak sebanyak biasanya. Sebelum pandemi. Pun jumlah
kendaraan yang parkir.
Puasa
telah selesai. Saatnya sarapan pagi. Nasi Kuning adalah menu hari pertama Idul
Fitri di keluarga kami. Dari tahun ke tahun.
#NA
#KSB
080523
Tidak ada komentar:
Posting Komentar