Oleh : Noor Aidlon
P |
ERANG
khandaq adalah perang yang sangat momumental bagi umat Islam saat itu. Perang
ini terjadi pada tahun 5 Hijriah. Disebut
Perang Khandaq karena kaum Muslimin menggunakan strategy parit ( khandaq ) yang
digali mengelilingi kota Madinah.
Perang ini disebut juga dengan perang Ahzab ( sekutu ), karena beberapa pasukan sekutu ( gabungan dari suku Quraish Mekah, Kabilan Arab yang berada disekitar Mekah dan kaum Yahudi ) berencana menyerang kaum muslimin di Madinah.
Jumlah pasukan sekutu 10 ribu orang dengan logistik yang sangat besar.
Sedangkan pasukan Muslim hanya berkekuatan 3 ribu pasukan dengan logistik
seadanya. Satu kekuatan yang tidak berimbang.
Awalnya sekelompok orang Yahudi dari Bani Nadhir disertai beberapa orang dari
Kabilah Bani Wa'il datang kepada pemimpin Quraish Mekah.
Mereka menghasut kaum Quraish untuk memerangi kaum Muslimin di Madinah. Mereka
meyakinkan kaum Quraish, bahwa dengan bantuan sejumlah kabilah Arab dan kaum
Yahudi Madinah, penyerbuan kali ini pasti akan berhasil mengalahkan kaum Muslimin.
Mereka
menawarkan strategy perang dengan cara mengepung kota. Kaum Muslimin Madinah
akan dikepung dari segala arah. Akan diisolasi di dalam kota. Akan diputus mata rantai
logistiknya. Akan ditutup jalur pelariannya. Kaum Muslimin tidak akan bisa lari
kemana mana. Diperkirakan dalam beberapa bulan akan mati kelaparan.
Strategi yang masuk akal. Akhirnya pemimpin kaum Quraish menyetujui strategi ini. Kemudian dihubungilah para pemimpin kabilah di sekitar Mekah untuk mendukung rencana ini. Merekapun setuju. Terbentuklah koalisi besar.
Setelah persiapan logistik dan pasukan dimatangkan. Berangkatlah mereka yang
berjumlah 10.000 dibawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb menuju ke Madinah. Dengan
membawa logistik yang banyaknya luar biasa. Dengan bendera perang yang bekibar
kibar. Dengan semangat yang membara.
Mendapat laporan adanya rencana penyerbuan, Nabi Muhammad memerintahkan kaum
Muslimin untuk bersiap siaga. Karena kalah kekuatan, akhirnya diputuskan menggunakan
strategi bertahan. Bertahan di dalam kota Madinah untuk menghadapi serbuan
pasukan sekutu.
Salman Al Farisiy yang berasal dari Persia mengusulkan membangun parit untuk menghambat
pasukan musuh. Strategi itu biasa dipakai oleh bangsa Persia untuk bertahan. Nabipun menyetujui strategi itu.
Dibangunlah parit sepanjang 5.000 hasta, lebar 7 - 10 hasta dengan kedalaman 9
hasta dalam waktu kurang dari 2 pekan. Parit selebar dan sedalam itu tidak
akan bisa dilalui oleh pasukan berkuda maupun berunta.
Betapa terkejutnya pasukan gabungan ketika sampai batas kota Madinah. Mereka
mendapati parit yang lebar dan dalam mengelilingi kota Madinah. Mereka bertanya
tanya taktik apa ini yang dipakai kaum Muslimin. Mereka tidak mau gegabah
bertindak. Takut terperangkap dalam jebakan. Mereka memutuskan untuk menunggu
beberapa hari sambil melihat apa yang akan terjadi.
Kaum Muslimin dengan perbekalan yang terbatas tetap bertahan dan menunggu di dalam
kota yang terkepung. Hati diteguhkan. Doa doa dipanjatkan.
Dalam suasana tegang, tiba tiba menyelinaplah seorang dari pasukan sekutu menghadap
Nabi. Dia adalah Nu'aim bin Mas'ud. Nu'aim bercerita dia telah masuk
Islam dengan sembunyi sembunyi. Tak satupun dari kaumnya yang mengetahui
keislamannya.
Perintahkan
kepada saya apa yang engkau inginkan ya Rosulullah, kata Nu'aim. Gagalkanlah
serbuan musuh kepada kami, kata Nabi Muhammad. Ketahuilah wahai Nu'aim bahwa
perang itu adalah muslihat.
Nu'aim faham maksud Nabi. Dia segera pamit untuk kembali lagi ke pasukannya.
Nu'aim segera menemui pemimpin Yahudi sekutunya. Dia mengatakan : Ketika
pasukan Muslimin berhasil dikalahkan, pasukan Quraish dan kabilah Arab akan kembali
ke Mekah. Ke daerahnya masing masing. Dan kamu akan tetap tinggal di sini - di Madinah,
berdekatan dengan kaum muslimin yang masih hidup. Suatu saat nanti, bila ada pembalasan dari
kaum muslimin, kamulah yang pertama akan menjadi sasaran. Karena kamu yang
paling dekat. Oleh karena itu, jangan mau
tergesa gesa menyerbu kaum muslimin sebelum kamu memperoleh jaminan dari kaum
Quraish dan sekutunya. Argumentasi Nu'aim masuk akal dan bisa diterima oleh
pemimpin Yahudi.
Berhasil meyakinkan Yahudi, Nu'aim kemudian menghadap pemimpin Quraish.
Melaporkan bahwa kaum Yahudi tidak benar benar mau membantu. Untuk membuktikan
hal itu, perintahkan mereka agar besuk pagi melakukan penyerbuan.
Abu Sofyan percaya Nu'aim dan kemudian memerintahkan pasukan Yahudi melakukan
penyerbuan. Mendapat perintah penyerbuan yang tiba tiba, pasukan yahudi protes.
Dia minta jaminan.
Timbul saling ketidak percayaan di antara pemimpin pasukan dan kaum yahudi.
Abu Sofyan sebagai komandan pasukan yang juga berasal dari kaum Quraish Mekah
melakukan konsolidasi internal, khususnya di antara pasukan dari Mekah.
Ditengah tengah ketidak solidan pasukan, tiba tiba Allah mengirim badai besar yang
memporak porandakan perkemahan dan perbekalan pasukan sekutu. Unta dan kuda
lari tunggang langgang kesana kemari. Persedian logistik tumpah morat marit.
Pasukan tercerai berai. Kepanikan melanda pasukan sekutu.
Melihat logistik yang kocar kacir dan mental pasukan yang turun drastis, Abu
Sofyan memutuskan dan memerintahkan pasukan untuk kembali ke Mekah. Dia
berfikir pasukannya akan kalah perang dan akan banyak menjadi korban.
Kaum Muslimin menang tanpa peperangan.
Minoritas dan serba keterbatasan memenangkan perang dengan kecerdikan strategi
dan bantuan Tuhan yang Maha Kuasa.
Apakah hal serupa akan terjadi pada pilpres 2024. Yang kekuatan pesertanya
sangat njomplang.
Mampukah badai pergerakan kampus; kritikan pedas dari para guru besar dan
aktifis memporak porandakan tim besar dengan dana tak terbatas itu. Waktu yang
akan menunjukkannya (KSB 11 Feb 2024 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar