Kalau kita terbang diatas pulau Kalimantan dan kebetulan duduk di dekat jendela, maka kita dapat melihat sungai yang begitu lebar berkelok kelok diantara warna hijau hutan belantara. Demikian juga ketika saya minggu ini mau mendarat di airport Kuala Lumpur, dari atas kelihatan sungai yang berkelok kelok, indah sekali. Ustad saya pernah bertanya mengapa sungai itu selalu berkelok kelok dan tidak ada yang lurus seperti jalan tol. Mungkin kurang indah dilihat kali ya ?
Air, sebagai ciptaan Tuhan mempunyai fitrah selalu mengalir dari daerah tinggi ke daerah rendah, selalu mengalir dari daerah pegunungan dan berakhir di laut. Mekipun kita pompa ke atas pun akhirnya juga akan mengalir ke bawah. Begitu taatnya air terhadap fitrah yang diberikan Tuhan kepadanya. Kalau seandainya ada barang yang menghalanginya untuk mentaati fitrahnya, maka barang tersebut akan disingkirkan dengan sekuat tenaga, sehingga seringkali kita jumpai ada pohon tumbang, tanah longsor, rumah ambruk karena telah menghalangi air dalam memenuhi fitrahnya. Bagaimana kalau barang yang menghalangi perjalananya sangat kuat, air akan mencari jalan keluar yang lain, dia akan mencari jalan yang berbeda. Itulah sebabnya sungai selalu berkelok kelok. Begitu besar perjuangannya, tidak pernah mengenal lelah dan tidak pernah mengenal menyerah. Begitu besar perjuangan air dalam mentaati perintah Tuhan. Bahkan dengan berkelok keloknya sungai itu telah membuat sungat menjadi lebih panjang, yang berarti tanah yang dilewati sungai menjadi lebih banyak, yang berarti tanah yang subur dari manfaat sungai menjadi lebih luas. Itulah salah satu hikmah berkelok keloknya sungai disamping kelihatan indahnya tadi.
Bagaimana dengan mbak Surip dengan lagunya Tak Gendong. Kalau dilihat dari wajah, mohon maaf mbah Surip bukan termasuk artis yang bisa dijadikan idola, dari segi suara juga tidak ada istimewanya, dari segi lirik lagunya, sama sekali tidak ada maknanya. Terus bagaimana ceritanya mbah Surip bisa tersohor seperti saat ini ?
Konon lagu Tak Gendong telah diciptakan tahun 1983. Sejak saat itu mbah Surip telah menawarkan lagu itu kepada beberapa perusahaan rekaman, tapi tidak satupun yang mau menerimanya. Mbah Surip tidak kenal menyerah. Ditawarkannya terus lagu ciptaannya yang menurut mbah Surip sangat bagus itu kemana mana. Baru pada tahun 2007 ada satu produsen yang mau menerimanya. Tidak tahu apakah karena terpaksa menerima atau karena apa, tapi kenyataannya baru pada tahun 2009 lagu tersebut diedarkan, dan meledak ...... sangat populer.
Rupanya mbah Surip meneladani filosofi air, tidak kenal lelah tidak kenal menyerah. Ditolak sekali maju lagi, ditolak lewat jalan satu, dia coba jalan satunya lagi. Bahkan kabarnya syairnyapun mau dikompromi untuk sedikit direvisi agar kelihatan mengikuti perkembangan jaman. Itulah mbah Surip dengan filosofi airnya. Mbak Surip sadar betul dengan fitrah manusia. Bahwa manusia diciptakan untuk meraih sukses. Tentu kalau Tuhan memfitrahkan seperti itu, pastilah Tuhan juga melengkapinya dengan instrumen untuk sukses. Dan mbah Surip telah membuktikan bahwa kesuksesan nyanyiannya tidak “hanya” tergantung pada wajah elok rupawan, suara merdu merayu seperti yang ditampilkan oleh penyanyi sukses selama ini. Mbah Surip seakan menyadarkan kita semua bahwa dengan kegigihan kesuksesanpun bisa diraih, tentu juga dengan bantuan Tuhan lewat doanya.
Dimana ada kemauan disitu ada jalan ...... enak tho ... mantap tho .... tak gendong kemana mana ..... tak gendong kemana mana.
Semoga menginspirasi ( KLIA 16.25 waktu setempat ).