Dalam
diskusi rutin Selasa pagi; mas Poedji menerangkan dalam salah satu slidenya
bahwa orang sukses itu bisa karena
memang didesain dari awal yaitu memang telah dicita citakan; atau sukses karena
balas dendam dari kegagalan sebelumnya atau sukses karena ingin mendapatkan
kemuliaan.
Dari
slide itu kemudian saya merenung sejenak.
Apakah saya termasuk orang yang sukses dan kalau jawabannya iya; sukses
saya itu karena alasan yang mana ?
Kebetulan
pada sesi akhir saya ditanya dan diminta cerita. Saya bercerita mengenai
bagaimana saya membentuk dan mencapai salah satu cita cita dan impian
saya. Ternyata cita cita /impian saya
ini bergerak. Ketika saya remaja saya punya cita cita; kemudian setelah cita
cita itu tercapai; saya punya cita cita lanjutan dan sampai sekarangpun saya
masih punya cita cita yang masih harus dikejar. Jadi cita cita saya ini kayak
moving target; target yang selalu bergerak sesuai dengan kondisinya.
Dalam
forum itu saya ceritakan cita cita saya ketika masih remaja. Ketika saya kecil saya bercita cita menjadi
pilot. Bisa terbang tinggi melihat hamparan bumi dari ketinggian; bisa pergi
dari satu tempat ketempat lain yang sangat jauh. Sangat jauh ! Bisa mengetahui
berbagai kota kota besar. Rasanya menyenangkan dan bergaya !!!
Cita
cita saya ini hapus seketika saat saya lulus SMEP ( Sekolah Menengah Ekonomi
Pertama ). SMEP adalah sekolah semacam SMP kejuruan. Lulusan SMEP hanya bisa melanjutkan
ke SMEA ( Sekolah Menengah Ekonomi Atas ) – saat ini namanya berubah menjadi
SMK. Setelah lulus SD saya memang masuk ke SMEP karena kakak sepupu saya banyak
yang masuk ke SMEP. Hanya itu alasannya. Saya tidak tahu SMEP ini baik apa tidak;
lulusannya nanti bisa melanjutkan kemana saja. Saya tidak tahu itu.
Karena
saya sudah jelas tidak bisa masuk sekolah penerbang yang bisa mengantarkan
menjadi pilot; maka sejak masuk SMEA saya merubah cita cita saya. Saya ingin
kuliah di UNDIP ( Universitas Diponegoro ) Semarang. Mengapa di UNIDP karena
sebagian besar teman yang saya kenal pada kuliah di Semarang; kota yang sangat
dekat dengan Kudus tempat tinggal saya. Dan katanya universitas yang paling
bagus di semarng adalah UNDIP.
Namun
setelah saya nonton film Cintaku
Dikampus Biru yang setting lokasinya adalah kampus UGM ( Univesitas Gajah Mada
) Yogya; keinginan saya berubah lagi. Saya ingin kuliah di UGM !!! Saya lihat
difilm itu bagaimana megahnya kampus UGM. Keinginan saya semakin kuat setelah
saya berdiskusi dengan kakak kakak sepupu saya. Mereka menyarankan saya masuk UGM saja.
Sejak
saya naik ke kelas dua; saya mulai mencari tahu mengenai bagaimana mendaftar
dan masuk UGM. Dan sayapun akhirnya tahu bahwa lulusan SMEA hanya bisa masuk di
dua fakultas di UGM. Ekonomi dan Filsafat. Saya tidak tahu mengenai Fakultas
Filsafat. Saya punya bayangan sedikit
mengenai Fakultas Ekonomi. Dan saya meniatkan diri saya untuk bisa masuk ke
Fakultas Ekonomi UGM.
Sejak
saat itu saya mulai rajin mencari bahan/materi soal test masuk. Untuk masuk ke
UGM harus melalui ujian SKALU. Saya lupa singkatannya; Skalu ini adalah ujian
bersama untuk masuk di Lima Universitas; yaitu Universitas Indonesia;
Universiatas Gajah Mada; Institute Teknologi Bandug; Institute Pertanian Bogor
dan satu lagi ITS ( kalau tidak salah ).
Ternyata
salah satu materi testnya adalah Matematika ! Di SMEA saat itu tidak diajari
matematika. Yang diajarkan adalah aljabar ! Sayapun harus belajar matematika
dari nol. Dan saat itu di Kudus tidak ada bimbingan test. Akhirnya saya pinjam
buku matematika adek saya yang masih SMP. Saya belajar dari jenis jenis
bilangan; dan seterusnya. Tidak jarang adik saya yang masih SMP menjadi guru
matematika saya.
Saat
itu saya harus belajar double. Satu
belajar untuk materi SMEA dan satu belajar untuk materi menghadapi SKALU dengan
mata pelajaran yang berbeda. Saya harus belajar dua kali lipat dengan teman
sepermainan saya. Saya bersyukur orang tua saya mendukung. Meskipun saya tetap
harus membantu pekerjaan orang tua; namun beliau memberikan sedikit dispensasi.
Saya belajar siang malam.
Saya
diminta orang tua saya untuk sholat tahajud dan puasa senin kamis. Saya lakukan
itu. Beliau juga sholat tahajut.
Satu
hari; sekitar jam 11; saat mata pelajaran terakhir. Seorang Bapak Guru
menanyakan kepada kami sedang belajar apa ? Dan kamipun menjawab sedang latihan
mengerjakan soal SKALU. Dengan spontan Bapak Guru mengatakan tidak mungkinlah
kalian masuk SKALU; karena materi pelajarannya berbeda. Dengan spontan pula
saya berdiri dan mengatakan; Jangan Mengejek Pak !!! Paling kamu saja yang bisa
masuk, respond Pak Guru.
Ejekan
Pak Guru itu bukan membuat kami putus asa; namum membuat kami bertambah giat
belajarnya. Kami ingin membuktikan kepada Pak Guru bahwa kami bisa masuk SKALU.
Dan terbukti beberapa dari kami bisa lolos masuk SKASU, pengganti dari SKALU.
SKASU karena pengikut ujian bersamanya saat itu menjadi Sepuluh Universitas.
Saya masuk Faktultas Ekonomi UGM; teman saya ada yang masuk Universitas
Diponegoro; ada yang masuk IKIP Semarang.
Terima
kasih Pak Guru; Ejekan Bapak menjadi Vitamin tambah darah bagi kami.
Semoga
menginspirasi …… ( 100113 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar