Telur
yang ditemukan petani kecil itu
ditetaskan bersama sama dengan 9 telur
ayam kampung yang dipeliharanya. Setelah
menetas kesepuluh anak ayam itupun kesana kemari bersama sama. Sang induk
berusaha melindungi ke sepuluh anaknya; menyuapinya dan mengajarinya berjalan
dan mencari makan. Sang induk tidak menyadari bahwa ada satu anak yang bukan
berasal dari telurnya sendiri. Semua diperlakukan sama tidak pilih kasih.
Menjelang
remaja; mulailah kelihatan ada satu anak ayam yang tumbuh besar beda dengan
saudara anak ayam lainnya. Tubuhya lebih
besar; paruhnya lebih panjang dan kakinya lebih kokoh. Ketika di kepakkan sayapnya panjang dan lebar.
Melihat
ciri cirinya; jelaslah bahwa satu ekor anak ayam ini sebetulnya bukan sekedar
anak ayam; namun anak elang !!! Tapi kalau
anak elang mengapa kalau di halau hanya lari seperti anak ayam lainnya dan
bukannya terbang; fikir sang petani kecil itu.
Dari
hari ke hari diamatinya anak ayam itu. Dan sampai suatu saat; petani kecil
inipun semakin yakin bahwa itu bukan anak ayam; itu adalah anak Elang.
Disuatu
siang dibawanya anak elang naik ke
sebatang pohon yang sangat tinggi. Dan dilemparkannya anak elang dari
ketinggian; dan dengan refleknya dia buka sayapnya dan dikepakkannya sayapnya …
Terbang !!! Kejadian ini diulanginya
berkali kali. Semakin lama anak elang tidak hanya bisa terbang untuk mencegah
agar tidak mati jatuh; namun dia mampu terbang tinggi membumbung ke angkasa.
Sekarang anak elang itu telah menemukan jati dirinya. Dia menyadari dia adalah
anak elang bukan anak ayam.
Kita
adalah mahluk cipataan Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa. Kita diciptakan
dengan tingkat kesempurnaan yang sangat tinggi. Kita dibekali dengan bekal yang
sangat memadai. Kita diberikan potensi untuk meraih kesuksesan dunia akherat.
Kita diberikan fasilitas yang memungkinkan mengelola dunia dengan sebaik
baiknya. Dengan kondisi yang demikian; mungkinkah manusia diciptakan untuk
gagal ?
Ada
beberapa hal yang menyebabkan manusia belum mampu memanfaatkan potensinya yang
sangat tinggi itu.
Pertama;
Pendidikan. Seperti cerita diatas. Meskipun dia seekor anak elang namun dia
tidak menyadari dirinya mempunyai potensi yang jauh lebih besar dari anak ayam.
Sehari hari dia dididik untuk berperilaku sebagai anak ayam. Pendidikan lingkungan kita sering kali tidak
mendukung. Lihatlah bagaimana kalau anak kecil jatuh dan menangis. Orang tua
sering menyalahkan lantainya yang nakal ! Satu contoh manipulatif. Anak dididik
untuk tidak jujur terhadap dirinya.
Pendidikan
lingkungan kita cenderung permisif terhadap kesalahan dan kegagalan. Yang
penting lulus adalah bukti bagaimana permisifnya kita. Kalau tidak lulus akan
mengatakan banyak juga yang tidak lulus koq !
Kedua;
Berdalih. Memang berdalih adalah
kecenderungan manusia. Berdalih tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Berdalih sebagai usaha pembenaran. Berdalih hanya akan menyalahkan
lingkungan. Kalah dalam pertandingan
sepak bola berdalih karena lapangan becek.
Memang musuhnya bermain dilapangan yang berbeda yang tidak becek ? Berdalih adalah ciri khan orang kalah;
pecundang; the looser !!!
Ketiga;
Kurang ambisi. Kata ambisi di Indonesia dikonotasikan negatif. Orang yang
berambisi di cap orang yang rakus yang suka menghalalkan segala cara. Ambisi
adalah bagus. Orang yang berambisi adalah orang yang berani menentukan standard
tinggi. Orang yang berani bermimpi
tinggi. Orang yang berani bercita cita tinggi. Tuhan mengajarkan untuk itu.
Tuhan mengajarkan masuk surga. Tuhan mengajarkan untuk berilmu, dan sebagainya.
Itu semua adalah ambisi. Agar ambisi ini tidak nabrak norma; tidak nabrak nilai
agama; maka perlu ada bimbingan; perlu ada koridor. Hanya mereka yang berambisi
tinggilah yang akan menemukan jalan keluar. Hanya mereka yang berambisi
tinggilah yang mempunyai motivasi tinggi.
Hanya mereka yang berambisilah yang mau; mau dan mau meraih impiannya.
If you want to; you will find a way. If you do not want to; you will find
excuse; katanya.
Keempat;
penafsiran yang salah terhadap beberapa ajaran. Kita diajarkan hidup sederhana.
Hidup sederhana adalah melakukan kehidupan yang sewajarnya; tidak berlebih
lebihan. Banyak yang menterjemahkan
salah. Hidup sederhana diterjemahkan tidak perlu kaya; tidak perlu banyak uang.
Penerjemahan dan penafsiran itu sangat keliru; mengingkari perintah Tuhan;
menistakan ke Maha Kaya an Tuhan. Orang
yang banyak hartanya tetap bisa hidup sederhana. Nabi dan sahabat sahabatnya contohnya. Beliau beliau bukannya orang yang miskin;
tapi banyak harta. Namun harta dan
kekayaannya bukan hanya untuk dirinya tapi untuk umatnya. Hidup beliau tetaplah sangat sederhana !!
Itulah
penghalang penghalang cemerlangnya potensi kita. Kita adalah mahluk yang sangat
istimewa. Tuhan menciptakan dengan kesempurnaanya. Tinggal kita sendiri. Mampukah kita mengasah kesempurnaan potensi
itu; mampukah kita menghilangkan keempat penghalang diatas sehingga kita
menjadi anak elang yang siap terbang tinggi ke angkasa dengan kedua sayapnya
yang kokoh.
Semoga
menginspirasi ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar