Ini
masih cerita sekitar pemasangan kawat gigi anak saya. Kami dan keluarga biasa
melakukan perawatan gigi di Rumah Sakit swasta ini. Disamping memang sudah
kenal dengan dokter giginya; juga karena Rumah Sakit ini termasuk Rumah Sakit
international. Jaringannya sangat luas dan kualitasnya pun bagus. Bila
dibanding dengan Rumah Sakit lain yang berlebel international, Rumah Sakit ini
tergolong relatif lebih murah. Itulah pertimbangan kami melakukan perawatan di
Rumah Sakit ini.
Kami
dan keluarga belum pernah melakukan pemasangan kawat gigi. Suatu saat sekitar
setahun yang lalu ketika anak saya membersihkan karang gigi, kami pernah tanya
apakah dokter ini bisa melakukan pemasangan kawat gigi. Dan ternyata dia bilang
tidak kompeten. Kalau pasang kawat gigi, dia menyarankan ke ortodentis. Dia
sebut nama sejawatnya yang praktek di Rumah Sakit itu.
Malam
itu, kami ke dokter ortodentis. Kami berkonsultasi atas masalah gigi anak
saya. Beliau menyarankan agar satu gigi di
cabut, kemudian di rapikan dengan pemasangan kawat gigi. Biaya pemasangan kawat
giginya Rp 12 juta dan bisa dibayar 3 kali. Karena dokter ortodentis ini tidak melayani
mencabut gigi, akhirnya kami pergi ke dokter gigi langganan yang juga praktek
di Rumah Sakit itu. Namun sayangnya
beliau tidak praktek malam. Terpaksa besuk kami harus kembali lagi ke Rumah
Sakit ini yang kalau mau parkir sulitnya setengah mati.
Setelah
kami utarakan saran dari dokter ortodentis, dokter gigi ini memeriksa anak
saya. Sekarang rekomendasinya giginya harus di cabut dua, bukan hanya
satu. Kami diskusi agak lama. Dokter
ortodentisnya menyarankan di cabut satu, tapi dokter gigi ini merekomendasikan
dua. Akhirnya kami diyakinkan bahwa
lebih baik dua yang di cabut, depan bawah satu dan satu lagi di ujung. Dalam
hati kami berkata, apa dokter ortodentisnya tidak teliti memeriksanya ya.
Kami
kembali lagi ke dokter ortodentis dengan gigi yang sudah di cabut. Dokternya meminta di foto dan balik lagi
Selasa depan, katanya. Kami mengangguk.
Ini sudah tiga kali ke dokter gigi, namun belum bisa dikerjakan juga. Kami
mengerti bahwa giginya harus di foto terlebih dahulu.
Selasa
depannya kami menghadap lagi dengan membawa hasil foto gigi. Ada lembar foto yang kami serahkan. Setelah di
amati dan dipelajari, dokter ortodentisnya mengatakan, ini tulang giginya
tipis, dan meminta untuk di foto khusus
gigi depan bawah ( seperti di zoom gitu ). Malam itupun tidak jadi di
pasang kawat giginya.
Sambil
pulang, kami mencoba mencari dokter ortodentis lain sebagai alternatif pilihan.
Anak saya sudah mulai complaint. Ini sudah 2 minggu lebih bolak balik ke dokter
ortodentis, tapi belum bisa dipasang juga. Belum lagi nanti kalau control
setiap bulannya. Saya repot juga bolak balik
Malang Surabaya. Dokternya tidak prakteks setiap hari, keluh anak saya.
Beruntunglah
kami. Kami mendapat referensi dari teman teman kantor. Mereka langganan dokter ortodentis ini.
Kliniknya bagus, wangi dan modern; tambahnya.
Berbekal
nomor telpon yang diberikan oleh teman saya ini, kami telpon dan janjian dengan
dokter ortodentis ini. Sekali datang, langsung bisa menyimpulkan banyak hal.
Banyak informasi baru yang kami peroleh dalam pertemuan pertama ini. Informasi
ini belum kami peroleh dalam empat kali pertemuan dengan dokter ortodentis yang
lama. Menyangkut biaya kami diberikan pilihan dengan ditunjukkan barangnya.
Dari yang Rp 4 juta sampai yang Rp 8 juta. Yang diatas itu hanya ditunjukkan
brosurnya. Yang harganya diatas Rp 4 juta bahannya relatif lebih nyaman
dibanding dengan yang Rp 4 juta. Untuk
yang Rp 5 juta keatas bedanya hanya pada estetikanya saja. Kenyamaannya sama.
Kami
ketemu dokter ortodentis ini jauh lebih senang. Karena komunikatif, educatif
dan jauh lebih murah.
Saya,
istri dan anak saya akhirnya mengatakan, begitulah cara Tuhan menunjukkan yang
terbaik. Tuhan menciptakan kesulitan
kesulitan pada kami untuk berobat di dokter ortodentis di Rumah sakit itu. Coba
kalau tidak ada kesulitan, kita tidak bakal berpindah ke dokter lain. Ternyata
kita bisa berhemat Rp 7 juta belum termasuk biaya control setiap bulannya.
Disamping itu, kita bisa memanfaatkan waktu dengan lebih baik lagi. Kalau di
Rumah Sakit; dokternya hanya berpraktek 2 kali seminggu. Kalau yang ini bisa
setiap hari. Bisa janjian. Jadi tidak harus menunggu terlalu lama.
Memang,
seperti yang kita yakini, Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk umat Nya.
Kita sering kali tidak sabar dengan cara Tuhan menunjukkan dan mengarahkan
kita. Sering Tuhan memudahkan kita.
Sering juga Tuhan memberikan kesulitan kepada kita. Kalau kita bersabar, tentu
kita akan tahu hikmah dari kesulitan yang diberikan Tuhan. Namun kalau kita
tidak bersabar, kita tidak akan memetik hikmahnya. Ada cerita orang yang terhindar dari
kecelakaan pesawat melalui bocornya ban mobil. Karena harus menambal ban,
akhirnya dia terlambat sampai di airport dan ditinggal pesawat. Saat itu dia
menggerutu. Namun beberapa saat kemudian dia mendapat berita bahwa pesawat yang
meninggalkannya mengalami kecelakaan.
Seorang
teman bertanya; bagaimana kita tahu bahwa kesulitan dan hambatan itu adalah
cara Tuhan mengaturnya dan bukan karena kecerobohan dan kelalaian kita.
Pertama;
apakah kita telah menyempurnakan ihtiar kita. Ihtiar kita adalah cara manusia
memantaskan untuk mendapatkan sesuatu. Kita bekerja keras adalah cara mulia
untuk mendapatkan rezeki. Kita belajar adalah cara mulia untuk lulus.
Yang
perlu direnungkan adalah tingkat kesempurnaan ihtiar. Saya pernah melakukan
wawancara untuk calon pemimpin. Saya minta menceritakan pengalaman kerja keras
yang pernah dilakukannya. Salah satu dari mereka menjawab kalau dia pernah
bekerja sampai larut malam, sampai jam 21.00.
Satunya lagi bercerita bahwa dia pernah sampai 3 hari tidak pulang.
Tidur hanya 3 jam. Ukuran sempurnanya seorang juara akan berbeda dengan ukuran
sempurnanya seorang pemalas. Targetnya tidak masuk akal, kata seorang peserta
pelatihan. Tidak masuk akal bagi average
people, kata saya. Namun bagi sang pemenag, target itu sangat masuk akal.
Kedua;
apakah kita telah sungguh sungguh memohon kepada Nya. Seorang teman auditor mengatakan
kalau dia selalu cemas. Cemas memikirkan jangan jangan masih ada yang
terlewatkan sehingga cabang yang dia beri nilai bagus, terjadi kasus. Kalau
kita sudah yakin 95% pekerjaan sudah kita cover dengan baik, yang 5 % serahkan
kepada Tuhan melalui doa kita. We do the best, and let God do the rest, kata
seorang bijak.
Kalau
ihtiar telah kita sempurnakan, doa telah kita panjatkan; yang ketiga,
bertawakal dengan tetap memohon untuk diberikan kemudahan dan hikmah. Seorang
bijak menasehati; bila kau tidak ridlo atas takdirmu; kau tidak akan bisa
menikmati kebahagiaan dunia. Ustad kami mengatakan kalau kau kehilangan
sesuatu; bertawakallah, introspeksi dan mohon ganti yang lebih baik kepada yang
Maha Memberi Hidup.
Semoga
menginspirasi … ( NA )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar