B |
ayi perempuan ini diberi nama
Aminah. Yang kelak melahirkan manusia termulia : Muhammad.
Aminah lahir dari pasangan suami : WAHAB bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab
dan istri : BARRAH binti Abdul Uzza bin Usman bin Abdu Ad-Dar bin Qushay bin
Kilab. Dengan demikian Aminah dikenal sebagai keluarga Bani Zuhrah.
Nenek moyang Aminah juga
dikenal sebagai Banu Jadrah ( Anak anak tukang tembok). Karena mereka yang
membuat dinding Ka'bah ketika banjir besar melanda Mekah.
Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang sangat terhormat dan tinggal di
sekitar Ka'bah. Berdekatan dengan tempat tinggal keluarga Abdul Muttholib dari
Bani Hasyim yang juga sangat terhormat.
Sebagaimana layaknya seorang anak, Aminah kecil sering bermain2 di sekitar
Ka'bah bersama teman2nya. Termasuk anak2 dari keluarga Abdul Muttholib yang
berjumlah 10 orang lelaki.
Sesuai tradisi keluarga terhormat, ketika menginjak remaja Aminah menjalani
masa pingitan. Tidak bisa bebas lagi bermain dan bercengkerama dengan
teman2nya. Dia Lebih banyak beraktifitas di dalam rumah sambil menunggu
pinangan. Pinangan dari keluarga yang sederajat. Tradisi yang berlaku zaman
itu.
Selama menjalani pingitan itu, Aminah selalu berharap Abdullah bin Abdul Muttholib
- teman sepermainan masa kecilnya yang akan meminangnya.
Sementara itu Wahab bin Abdul Manaf, Bapak Aminah berharap yang sama. Namun
beliau juga mengetahui kondisi Abdul Muntthalib yang lagi galau.
Galau karena nadzarnya. Nadzar yang diucapkan puluhan tahun sebelumnya. Ketika
masih muda.
Nadzar itu berbunyi, jika aku diberikan 10 anak lelaki, maka aku akan kurbankan
satu orang diantara mereka.
Kita tahu - saat itu, mempunyai anak lelaki merupakan satu kebangaan keluarga.
Apalagi jumlahnya banyak. Apalagi Abdul Munttholib berkedudukan sebagai
pembesar kaum Quraisy. Penguasa Mekkah. Penjaga Ka'bah. Sempurnalah kebanggaan
Abdul Muttholib.
Kebanggan itu yang akhirnya membuat Abdul Muttholib bingung. Betapa dia
menyayangi semua anaknya. Namun nadzar harus dilaksanakan. Demi menjaga
martabat dan kehormatannya.
Tekatnya sudah bulat. Nadzar harus dipenuhi. Dan kesepuluh anaknya pun kemudian
dibawa ke Ka'bah. Mereka semua anak yg baik. Anak yg berbakti pada orang tua.
Diantara berhala2 yang ada di sekitar Ka'bah, kesepuluh anak itu berdiri
berjejer untuk diundi. Untuk menentukan, siapa yg akan dikurbankan.
Dan hasil undiannya jatuh pada anak bungsunya - Abdullah. Anak yang paling
disayanginya.
Ketika persiapan pengurbanan dilakukan, banyak masyarakat yang mencegahnya. Kalangan
perempuan banyak yang menangis histeris. Namun Abdul Muttholib menakfikan
semuanya.
Sampai Al Maghairah datang menghampirinya. Dengan lemah lembut dia berkata. Kalau
sampai Nadzar ini dilaksanakan, akan menjadi tuntunan dan kebiasaan baru bagi
kaum Quraisy, kata orang itu. Dan itu sangat mengerikan. Ini akan mengubah tata
nilai masyarakat Quraisy yg dikenal berhati lembut dan penyayang. Menjadi tata
nilai yang kejam dan mengerikan. Maka tundalah dulu pengurbanan ini, mintalah
petunjuk kepada ahli nujum yang ada di Khaibar. Turutilah nasehatnya. Kalau
memang dia menyuruh melaksanakan, laksanakan pengurbanan ini.
Abdul Muttholib sepakat. Merekapun berangkat menemui ahli nujum. Jangan kau
kurbankan anak itu, kata ahli nujum itu. Nadzar itu mengerikan dan harus
diganti. Gantilah dengan mengurbankan 100 ekor unta.
Betapa gembiranya kaum Quraisy mendengar kabar itu. Mereka menyambut dengan
gegap gempita. Demikian juga dengan keluarga Abdul Muttholib. Hati mereka lega
penuh syukur.
Mereka segera menyiapkan 100 ekor unta untuk dikurbankan dan nadzarpun
dianggap telah dipenuhi.
Kini Abdul Muttholib mulai berfikir mencari menantu - untuk Abdullah. Anak bungsu kesayangannya.
Memang mencari menantu harus
hati2. Jangan sampai salah pilih. Ini tidak sekedar mencari pendamping hidup anak.
Tapi lebih jauh dari itu. Menyiapkan keturunan keluarga. Keturunan yang lebih
baik untuk kehidupan dunia dan akherat.
Pilihannya jatuh kepada keluarga Bani Zuhrah. Keluarga Wahab bin Abdul
Manaf. Keluarga yang sangat terhormat. Aminah dipinang untuk menjadi istri
Abdullah bin Abdul Muttholib.
Kelak, dari pernikahan ini lahir seorang anak laki laki. Yang oleh Abdul Muttholib,
sang kakek, pengganti sang ayah yang sudah meninggal terlebih dahulu, diberi
nama Muhammad. Nama yang tidak lazim. Nama yang aneh untuk masyarakat Mekah
saat itu.
Nama itu sesuai saran pendeta ahli kitab beberapa tahun sebelumnya. Akan lahir
seorang lelaki yg paling mulia dari Mekah. Namanya Muhammad. Maka kelak
siapupun yg punya cucu laki2, berilah nama Muhammad. Barangkali bayi itu yang
dimaksud dalam Al Kitab.
Dan Abdul Muttholib adalah orang yang pertama kali memberikan nama Muhammad
untuk cucu lelakinya.
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttholib menjadi manusia paling mulia.
Yang ditunjuk menjadi Nabi terakhir.
Allahumma shalli alaa Muhammadinin 'abdika wa rosulika nabiyyil ummi wa'alaa
aalihii wa sallim."
#NA
#KSB
#091023