Istilah agoraphobia ini ditemukan oleh Wesphal pada tahun 1871.
Saat itu Wesphal menemukan ada 3 orang pria yang mengalami gangguan kejiwaan.
Mereka merasa sangat ketakutan berjalan di tempat terbuka. Merasa terjebak. Takut terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan. Sesuatu yang membahayakan dirinya. Rasa panik menyerang mereka. Jantung berdebar, badan gemetar; sulit
bernafas; keluar keringat yang berlebihan.
Bahkan pada level tertentu – penderita Agoraphobia bisa kehilangan akal
sehatnya. Tidak bisa berfikir jernih dan kelihatan bodoh.
Kini. Setelah berbulan bulan tinggal dirumah. Karena Virus. Karena mentaati
anjuran pemerintah untuk tidak keluar rumah. Banyak orang yang mengalami gejala yang sama
dengan Agoraphobia. Meskipun tidak persis sama. Dan dengan kadar yang berbeda.
Teman baik saya. Setelah dua bulan penuh tinggal dirumah.
Kerja dari rumah; beribadah dirumah. Merasa kekhawatiran yang luar biasa untuk
keluar rumah. Dia bertanya apakah saya sudah keluar rumah ? Saya bilang saya
sudah sering keluar rumah. Karena memang ada keperluan yang tidak bisa
diselesaikan dari rumah. Tidak khawatir tertular ? Saya menjaga diri saya. Saya pakai masker.
Bawa hand sanitizer. Dan sedapat mungkin menghindari kerumunan. Dan usahakan
jangan menyentuh benda di ruang public. Banyak yang sudah keluar rumah ? Tanyanya
lagi. Dilampu merah sudah panjang antrian
mobilnya, jawab saya. Saya berharap jawaban saya yang terakhir itu bisa
meyakinkan dirinya. Bahwa diluar sana sudah ada kehidupan normal.
Beberapa saat kemudian. Dia memberanikan diri keluar rumah. Untuk yang
pertama kalinya. Dia hanya putar putar bawa mobil. Menyusuri jalanan. Belum
berani berhenti berbelanja. Meskipun dia
pakai masker dan sedia hand sanitizer. Mengapa
tidak mampir ke convenience shop yang bersih. Tanya saya. Enggaklah. Masih
takut. Cari yang tidak banyak pembelinya. Saya berusaha meyakinkan. Iya, saat saya masuk sih tidak ada
pembelinya. Tapi kalau tiba tiba banyak yang datang, bagaimana ? Timbul perasaan akan terjebak. Ini salah satu
ciri agoraphobia itu. Itu dialami teman saya 2 bulan yang lalu.
Ini cerita teman satunya lagi. Dia baru berani ke kantor beberapa
hari belakangan ini. Masih takut. Takut
terima tamu. Katanya. Padahal ini kantornya dia sendiri. Dia pemiliknya. Dia bisa
membuat aturan apapun dikantor itu. Seketat apapun juga. Untuk menjaga agar
tidak ada yang tertular. Maupun menulari. Tapi itulah yang namanya phobia. Akan
sehat sering tidak jalan.
Persis yang saya rasakan saat jumatan untuk yang pertama kali
itu. Setelah pandemi ini. Saya duduk diantara para jamaah. Yang jarak satu
jamaah dengan jamaah lainnya sudah diatur. Jaraknya 1,5 meter. Menerapkan prinsip physical distancing. Tapi
toh saya tetap was was. Ketika saya lihat ada yang tidak memakai masker. Dan
tidak membawa sajadah sendiri. Meskipun
dia duduk jauh dari saya. Bayangan virus beterbangan menghantui saya. Padahal
saya juga tahu virus itu bukan airborn. Padahal saya juga memakai masker.
Padahal saya juga memakai sajadah sendiri. Yang ukurannya relative besar. Yang tangan
saya dan muka saya tetap berada diatas sajadah saya sendiri. Bukan di lantai
masjid. Akal sehat saya saat itu betul
betul buntu. Kalah dengan ketakutan saya. Akal sehat itu mulai normal ketika
saya merenung dirumah.
Pada malam harinya. Memutar ulang apa yang saya lihat
dan rasakan di masjid.
Akal sehat saya mengatakan. Kondisi jumatan itu masih relative
aman. Paling tidak untuk diri saya sendiri. Yang melengkapi dirinya dengan alat
pengaman. Meskipun ada beberapa jamaah yang mbandel. Tidak mentaati aturan.
Dan saya berniat akan jumatan di masjid itu lagi. Dengan
tetap memakai masker. Membawa sajadah. Memakai baju lengan Panjang. Betul; saya
sudah merasa lebih nyaman pada jumatan yang kedua itu.
Saya teringat nasehat senior saya dulu. Kedewasaan bersikap adalah ciri dari seorang
pemimpin. Kedewasaan adalah kombinasi antara keberanian dan pertimbangan (
courage and consideration ). Kalau hanya berani saja tanpa pertimbangan namanya
bonek. Dan kalau hanya pertimbangan saja tanpa keberanian namanya pengecut; yang tidak akan pernah menang.
Panjenengan termasuk yang mana ?
#NA
#KSB250620
Tidak ada komentar:
Posting Komentar