09 Juli 2009

HILANGNYA KEBAHAGIAAN

Dikisahkan, ada raja merasa terkagum kagum melihat seorang rakyatnya yang hidup begitu damai dan tenteram. Kalau dilihat dari penghidupannya sehari hari, rakyat tersebut yang bernama Djamal tidaklah berkecukupan, bahkan dapat dikatakan jauh dari cukup. Dia hanyalah seorang buruh tani dengan seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil kecil. Dia tinggal di gubug kecil didekat sawah. 

Bila dibandingkan dengan dirinya, bagaikan langit dan bumi. Dia seorang raja yang sangat berkecukupan. Ibaratnya semua yang diinginkannya dapat dipenuhi. Dia punya kekayaan materi yang sangat banyak, yang kalau dimakan untuk tujuh turunanpun tidak bakal habis. Dia ditemani seorang istri yang sangat cantik dan 2 orang anak yang sangat tampan. Dia hidup didalam istana yang sangat mewah. Namun demikian, hidupnya selalu gundah gulana, tidak se tenteram dan se bahagia Pak Djamal.

Di suatu sore, ketika dia bersama penasehatnya, dia ceritakan isi hatinya tersebut. Diapun mengutus si penasehat untuk menyelidiki apa rahasia hidup pak Djamal sehingga dalam ketidak cukupanpun dia bisa hidup begitu bahagianya.

Mohon Tuan raja memberikan kepada hamba 100 keping uang emas dan lihatlah apa yang terjadi, begitu kata si penasehat. Setelah mendapat 100 keping uang emas, satu keping uang dipecah menjadi 2 bagian. 99 keping uang yang masih utuh ditambah dengan separo keping kemudian oleh sipenasehat dimasukkan dalam kantong hitam. Pada malam hari, dengan sembunyi sembunyi dibawalah kantong hitam tersebut ( setelah dibagian bawah kantong dilobangi sedikit ) kerumah Pak Djamal dan diletakkan dipojok pekarangan rumah.

Keesokan hari, kantong hitam tersebut ditemukan oleh Bu Djamal ketika dia membersihkan pekarangan. Setelah membuka kantong hitam, Bu Djamal terduduk lemas melihat begitu banyak keping emas yang ada didalamnya. Dengan berteriak dipanggilnya Pak Djamal. Setelah tenang, dihitunglah jumlah keping emas yang ada didalam kantong. Ditemukan 97 keping dan separo keping uang emas. Pak Djamal kemudian meminta Bu Djamal menunjukkan dimana kantong tersebut ditemukan. Dan ternyata didekat lokasi ditemukannya kantong itu, ditemukan satu keping lagi. Setelah dicari cari ditemukan satu keping lagi. Wah kalau begitu masih banyak keping uang yang tercecer, begitu gumam Pak Djamal. Kalau gitu kita cari lagi Bu, ajaknya.

Seharian Pak Djamal dan Bu Djamal mengitari pekarangan dan menyingkap setiap batu yang ada dipekarangan rumahnya, bahkan sampai pada jalan didepan rumahnya untuk mencari keping emas yang tercecer. Ayo, jangan malas tho Bu, kita harus cari lagi keping emas yang tercecer, pasti masih ada yang tercecer, minimal masih separo keping. Tidak mungkin hanya 99,5 keping. Gitu aja malas, gerutu Pak Djamal dengan sedikit jengkel melihat Bu Djamal hanya duduk duduk. Setelah menjelang malam, Bu Djamal mengingatkan Pak Djamal untuk mandi dan berhenti mencari kepingan uang. Namun Pak Djamal dengan emosi membentak Bu Djamal, satu perilaku yang selama ini tidak pernah dilakukan suami istri ini. Malampun Pak Djamal masih memikirkan uang keping yang disangkanya masih tercecer, dan dia tidak menghiraukan lagi anak dan istrinya. Hari demi Hari hubungan antar Pak Djamal, Bu Djamal dan anak2 nya tidak sedekat dulu lagi. Pak Djamal masih memikirkan bagaimana caranya menemukan keping uang emas yang masih tercecer.

Melihat kejadian itu, kemudian si penasehat mengatakan kepada sang Raja. Tuanku, begitulah kalau orang hanya memikirkan apa yang belum diperoleh. Padahal mereka telah memperoleh 99,5 keping, tapi masih menganggap ada kepingan yang tercecer. Itulah bedanya Pak Djamal dulu dengan Pak Djamal sekarang. Kalau dulu, Pak Djamal focus pada apa yang telah diperoleh dan dipunyai, yang telah menjadi haknya. Pak Djamal sekarang focus pada apa yang belum diperolehnya, yang dikiranya sudah menjadi haknya.

Semoga menginspirasi ... ( htl century jam 05.20 ).