31 Oktober 2010

Ada satu keluarga yang tinggal di pinggiran kota besar

Mereka mengontrak rumah dengan kondisi yang hanya cukup untuk sebagai tempat untuk berlindung dan berteduh dari panas dan hujan.

Secara ekonomi kehidupan keluarga ini jauh dari kehidupan yang layak, cukup, berada ataupun mapan.

Penghasilan yang tidak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari istri dan kedua buah hatinya yang masih sangat membutuhkan biaya untuk sekolah.

Si Ayah setiap harinya membuka jasa tukang tambal ban di pinggir jalan.

Sedangkan si Ibu jadi buruh cuci pakaian di rumah-rumah tetangga sekitarnya.

Begitulah kehidupan keluarga ini sudah dijalani bertahun-tahun,

Namun keluarga ini tidak pernah mengeluh atau protes atas kehidupan yang telah ditakdirkan oleh Allah kepada mereka.

Malah justru sebaliknya keluarga ini sangat mensyukuri atas apa yang telah dikaruniakan oleh Allah, kepada mereka

Diberi kehidupan yang tentram, damai dan kesehatan itu sudah suatu kenikmatan yang luar biasa bagi mereka.

Dan terus tekun beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sholat lima waktunya tidak pernah bolong.

Puasa sudah menjadi kebiasaan mereka.

Dengan penghasilan yang tidak menentu mereka masih bisa menabung walaupun sedikit

Yang lebih mengagumkan lagi, tidak lupa disisihkan sebagian dari penghasilan mereka yang pas-pasaan untuk disedekahkan kepada yang berhak.

Suatu malam si Ayah berbincang-bincang dengan si Ibu dibangku kayu depan rumah, sedangkan kedua buah hati mereka sudah terlelap :

Ayah : Ibu, apa ibu menyesal dengan kehidupan kita jalani sekarang.

Ibu : Tidak pak. Ya ini memang sudah yang telah di takdirkan Allah kepada kita.

Ayah : apa ibu punya keinginan

Ibu : sebenarnya Ibu ingin sekali melaksanakan rukun islam yang ke lima

Dengan agak kaget, bukan karena keinginan yang tidak mungkin dapat terpenuhi, tapi karena keinginan si Ibu ini sama dengan keinginan si Ayah.

Ternyata mereka sudah lama mempunyai keinginan yang sama. Yaitu menjalankan ibadah haji untuk memenuhi panggilan Allah.

Seperti ada kekuatan yang maha dahsyat yang dirasakan si ayah yang mendorongnya untuk segera bermunajat kepada Allah.

Dipeluknya si Ibu, dengan suara bergetar si Ayah berkata: “Ayah juga punya keinginan yang sama, ayo bu segera ambil air wudhu kita sholat bersama dan

Bermunajat kepada Allah. Si ayah merasa yakin sekali bahwa do’a-do’a nya di dengar oleh Allah.

Dengan keyakinan yang sangat kuat bahwa Allah akan mengabulkan do’a-do’a hambaNya.dan dengan terus berikhtiar.

Ayah : bu, mulai besok, ayah buka tambal ban sampai malam, tapi ayah tidak meminta ongkos, ayah niatkan untuk ibadah kepada Allah.

Ibu : Alhamdulillah, mudah-mudah Allah memberi kemudahan kepada kita.

Begitulah waktu berjalan sejak hari itu si Ayah buka jasa tambal ban mulai pagi hingga malam hari.

Pagi sampai sore tetap ditarik ongkos, setelah sholat maghrib tidak titarik ongkos.

Di luar dugaan,setiap hari tambal ban si ayah ramai tidak seperti biasanya.

Sudah berpuluh puluh sepeda motor dan mobil yang menikmati jasa tambal ban gratis si ayah bila malam hari

Seiring waktu berjalan, suatu malam kurang lebih jam 19:30 tiba- tiba ada mobil mewah yang berhenti di tempat tambal ban si ayah.

Keluarlah dari mobil seorang pria paro bayah dengan pakaian necis dengan nama “si kaya”. mendekatlah si ayah sambil bertanya;

Ayah : maaf, bisa saya bantu pak

Si kaya : ban mobil saya bocor, tolong di tambal, jangan lama-lama pak.!!

Ayah : baik pak, saya usahakan.

Bongkar pasang dan tambal ban, sudah menjadi makanan Ayah sehari-hari, jadi dalam waktu 10 menit, sudah selesai semua.

Ayah : Sudah selesai pak, silahkan jalan, hati-hati.

Si Kaya : berapa ongkosnya..?, Tanya si kaya sambil mengambil uang kecil di dashboard mobil.

Ayah : Tidak usah pak terima kasih, silahkan jalan.

Si kaya : ini uang jasa bapak, yang sudah menambal ban mobil saya.

Ayah : terimah kasih pak, saya sudah berjanji karena saya niatkan kerja saya ini hanya untuk beribadah kepada Allah.

Karena terburu-buru dan tidak mau terus berdebat akhirnya si kaya pergi meninggalkan ayah yang masih berdiri.

Sepulang dari keperluannya, sambil menjalankan mobil si kaya dalam hatinya terus bertanya-tanya. Mengapa tukang tambal ban tadi tidak mau di kasih uang.

Dan kata-kata tukang tambal ban itu, terus terngiang-ngiang di telinga si kaya “saya niatkan kerja saya ini hanya untuk beribadah kepada Allah”

Karena tidak tahan dengan rasa keingin tahuan akan alasan si tukang tambal ban. Siapakah bapak si tukang tambal ban itu sebenarnya ?

Sebulan kemudian datanglah kembali si kaya ke tempat tambal ban.

Ayah : maaf, bisa saya bantu pak ?

Si kaya : bapak masih ingat dengan saya, waktu ban mobil saya ini bocor, dan bapak tidak mau saya kasih ongkos….!!!!

Ayah : yang menambal ban disini banyak, maaf pak kalo saya lupa, ada apa ya pak ??

Tanya si ayah agak sedikit takut, mungkin ada yang salah pada saat menambal,sehingga menimbulkan kerusakan atau ada barang yang tertinggal. !!?? berbagai

pertanyaan bergayut di benak si ayah.sambil terus mempersilahkan duduk si kaya di bangku kayu alakadarnya.

Si kaya : Tidak pak, saya penasaran saja. Kenapa bapak tidak mau dikasih ongkos, dan bapak juga berjanji, niat kerja bapak hanya untuk beribadah kepada Allah.!?

Maka mulai berceritalah si ayah dari awal hingga akhir, bahwa ini semua mereka lakukan karena keinginan yang sangat kuat untuk menjalankan ibadah haji memenuhi

panggilan Allah. Lalu dengan mata berkaca-kaca, si kaya balik bercerita kepada ayah .

si kaya : bapak, Mungkin ini sudah menjadi kehendak Allah,mempertemukan saya dengan bapak, ketahuilah bahwa ketika ban mobil saya bocor,dan saya menambal ban

di tempat bapak. Itu adalah perjalanan saya menuju suatu tempat, karena sudah ada janji untuk ketemuan langsung dengan client-client saya, jam 20.00.

Saya tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada bapak yang buka tambal ban disini,dan bapak lebih dari 10 menit untuk menambal ban mobil saya,

sehingga saya terlambat dan mungkin saya akan kehilangan kesempatan yang sangat berharga bagi kemajuan perusahaan saya.dan saya

sudah tidak akan dipercaya lagi oleh client-client saya, karena sudah ingkar janji. Dan perlu bapak ketahui juga dari hasil pertemuan itu perusahaan saya telah

memenangkan tender yang nilai keuntungannya miIlyaran rupiah. bapak, oleh karena itu saya akan memberikan hadiah untuk bapak, seperti apa yang bapak dan ibu

inginkan.yaitu berangkat ibadah haji ke tanah suci dan bersama-sama dengan saya.

Mendengar pernyataan si kaya, badan ayah seperti bergetar antara percaya dan tidak, maka di panggilnya si ibu yang ada di dalam bilik bersama kedua anaknya.

Dipeluknya istri dan kedua anaknya, diajaknya mereka mengucap syukur kepada Allah, bahwa apa yang telah mereka lakukan dengan tulus dan ikhlas ini tidak sia-sia

Dan do’a-do’a yang mereka panjatkan tiap hari akhirnya terjawab sudah.

Tidak sampai disitu kalau Allah sudah berkehendak, sepulang dari tanah suci, keluarga ini akhirnya di pekerjakan di perusahaan si kaya. Ayah di jadikan pejaga gedung,

Dan Ibu di kantin perusahaan, dan mereka sekarang tinggal di lingkungan perusahaan.Kedua buah hatinya juga bisa sekolah.


“Ya Allah ampuni dosa kami, karena hamba-hambaMU penuh dengan dosa”

“Ya Allah berikanlah petunjukMU agar kami dimudahkan dalam segala urusan”

“Ya Allah berikanlah kami kesehatan, agar kami dapat terus beribadah kepadaMU”

“Ya Allah bukakanlah hati kami, agar kami jadi hamba-hambaMU yang ikhlas dan pandai bersyukur”


“Manusia hanya bisa berencana namun tetap Allah yang menentukan”

“tidak sulit bagi Allah untuk mengubah kehidupan manusia,semudah membalikkan telapak tangan”

( diambil dari email kiriman sahabat )

10 Agustus 2010

BELAJAR DARI ORANG BIJAK

Pingin anaknya yang masih remaja itu kelak bisa menjadi manusia yang mampu memaknai hidup dengan lebih baik; maka dikirimkanlah anak itu untuk belajar kepada seorang bijak yang tinggal di daerah pegunungan. Demikian awal cerita yang pernah saya baca.

Lalu berangkatlah anak itu menuju ke pegunungan dimana orang bijak itu tinggal.
Disepanjang jalan dilihatnya hamparan sawah yang menghijau ditumbuhi dengan beraneka macam sayuran. Setiap orang yang ditemuinya begitu ramah menyapa. Meskipun dengan cara menyapa yang berbeda tidak seragam; namun ketulusannya dapat jelas dirasakan.

Sampai didaerah pemukiman; bertanyalah anak itu kepada orang yang sedang membersihkan atau lebih tepatnya merapikan pagar rumah yang terbuat dari tanaman – dimana rumah orang bijak itu. Dengan ramah; orang yang ditanya itu menunjuk sebuah rumah besar yang paling bagus, yang terletak diujung jalan. Apa betul itu rumahnya; konfirmasi seakan tidak percaya. Yang ada difikiran anak ini; orang bijak itu tinggal di gubuk; jauh dari keramaian; menarik diri diri dari hiruk pikuk duniawi.
Lebih terkejut lagi; ketika bertemu dengan orang bijak itu. Ternyata dia memakai celana jean yang dipadu dengan kaos bergambar harimau. Ah … apa betul ini orangnya, fikir anak itu.

Setelah bersalaman dan menyampaikan maksud kedatangannya; anak itu dipersilakan melihat lihat sekelilingnya. Maaf ya; kata orang bijak itu-saya sekarang sedang sibuk melayani tamu; kamu bisa berkeliling rumah dan pekarangannya terlebih dahulu. Disana ada lukisan; ada patung; ada juga semacam kebun binatang kecil. Kalau haus silakan ambil sendiri minuman yang disediakan. Nikmati semuanya; dan kita akan bertemu 1,5 jam lagi di ruang tamu ya. Oh ya; sambil menikmati pemandangan dan hidangan hidangan itu; saya titip sendok ini. Sendok ini saya isi dengan beberapa tetes air. Tolong dijaga jangan sampai tumpah. Selamat menikmati dan sampai jumpa 1,5 jam lagi di ruang tamu; kata orang bijak itu.

Setelah 1,5 jam; mereka bertemu di ruang tamu. Mana sendok yang saya titipkan; Tanya orang bijak itu. Dengan masih penasaran anak itu menyerahkan sendoknya dan air yang masih utuh didalamnya. Bagus kau telah menjaga titipan saya; kata orang bijak itu. Terus bagaimana pendapatmu tentang lukisan; patung; binatang-binatang dan hidangan yang ada ? Kau suka ? Tanya orang bijak itu lagi. Maaf Pak, saya tidak terlalu memperhatikan itu semua. Saya takut air yang didalam sendok ini tumpah, jadi saya focus menjaganya.

Lho .. apa kamu tidak ingin menikmati keindahan karya seni; lezatnya hidangan hidangan itu ? Tanya orang bijak. Sebetulnya sih pingin; namun saya focus menjaga sendok beserta isinya. Begitu jawab si anak itu. Kalau gitu, coba kamu keliling lagi ya, dan ini sendok beserta isinya. Kemudian si anak berkeliling menikmati keindahan karya seni dan lezatnya hidangan.

Setelah 1,5 jam; mereka bertemu lagi di ruang tamu. Bagaimana pendapatmu tentang karya seni dan hidangan yang disajikan. Tanya orang bijak. Luar biasa Pak. Saya belum pernah melihat lukisan yang begitu indah; kolam dan ikannya yang begitu lucu. Saya tidak menyangka Bapak begitu hebat mengokeksi semua itu. Kata anak itu. Syukurlah kamu bisa menikmati semua itu; tapi ngomong ngomong mana sendoknya ? Tanya orang bijak. Dengan kebingungan anak itu mencari cari sendoknya. Tidak usah di cari. Saya tadi mengamati kamu, kata orang bijak. Kamu berkeliling menikmati lukisan; makan snack yang disediakan dan saya masih melihat kamu menjaga sendokmu. Namun setelah sampai di kolam ikan; rupanya kamu keasyikan memberikan makan dan bermain dengan ikan; rupanya kamu telah meletakkan sendok itu diatas batu. Dan kemudian kamu melihat bunga bunga disekitar kolam dan kamu sudah melupakan sendok yang saya titipkan.

Demikianlah hidup anakku; lanjut orang bijak. Ada yang terlalu focus menjaga titipan sehingga tidak bisa menikmati keindahan dan kenikmatan yang disediakan; dan ada yang sebaliknya terlalu asyik menikmati keindahan dan kenikmatan; namun lupa akan titipannya.

Yang terbaik adalah tetap menjaga titipan, dan masih tetap bisa menikmati keindahan dan kelezatan yang memang disediakan untuk nya.

Semoga menginspirasi …. ( Tebet barat 21.55 )

25 Mei 2010

HOBBY

Kalau bicara masalah hobby sering kali kita mengatakan tidak masuk akal; koq bisa ya ... ? Demikian juga yang terjadi beberapa hari yang lalu ketika kami ngobrol saat ta'jil ( buka puasa ). Ada seorang teman yang cerita kalau hobbynya memelihara ular - binatang buas yang menjijikkan ( menurut saya ). Tapi bagi teman ini yang memang hobby; ya ... seneng sekali saat membelai badan binatang itu; bagaimana kagumnya dia dengan warna kulitnya. Ular itu dipelihara sejak mulai kecil dengan ukuran panjang kurang dari setengah meter dan saat ini panjangnya telah menjadi 2 meter. Apa makanannya ? Ternyata setiap 2 minggu sekali diberi makan seekor ayam. Teman saya ada yang komentar; oh ... jadi jatah laukmu kamu kasihkan ke ular tho ? Makanya kamu kurus ...

Lain lagi dengan sahabat saya yang hobbynya mancing. Biasanya dia menyalurkan hobbynya itu tengah malam di tengah laut; atau paling tidak di tepi laut. Dibela bela in begadang semalaman dengan terpaan angin laut yang ganas dan sering kali hasilnya .... gak dapat ikan juga. Dan kejadian seperti itu berulang. Tempatnyapun bisa berpindah pindah. Banyak sekali pengorbanan yang dilakukan untuk melakukan hobbynya itu. Gak nyesel ? tanya saya ketika dia cerita dari mancing dengan hasil nol. Namanya hobby ya ... seneng saja; asyik.

Ada juga orang yang hobbynya koleksi barang antik; misalnya sepeda motor antik. Untuk mendapatkan spion asli saja dia rela berburu ke berbagai tempat; yang terkadang ongkosnya kalau dihitung sudah dapat untuk membeli satu sepeda motor baru. Belum lagi mencarinya blusukan sana sini. Mbela in bener. Kalau ditanya kenapa ? Hobby sih; jawabnya .... Melakukan hobby punya keasyikan dan kesenangan tersendiri yang tidak dapat dijelaskan dengan logika; seperti halnya Cinta.

Saya teringat salah satu tulisan di Garuda Magazine beberapa bulan yang lalu. PEOPLE CAN DO ANYTHING; IF THERE'S LOVE INVOLVE.

Sahabat; Marilah kita renungkan bersama, apakah pekerjaan yang saat ini kita kerjakan; yang sering kali kita sebut sebagai ibadah; yang seringkali kita lakukan dengan mantra "demi untuk keluarga" telah dilapisi dengan LOVE. Seberapa kuatnya kita mbela-in nya; mencerminkan seberapa besar LOVE yang kita balutkan. Bahkan ada pepatah yang mengatakan : Idealnya kita mengerjakan apa yang kita sukai; tapi kalau; kita akan berusaha menyintai apa yang kita kerjakan.


Semoga menginspirasi

04 April 2010

NASEHAT DARI BAPAK TANI # 2

Ketika musim penghujan datang; Bapak menyiapkan bibit padi. Padi memang paling cocok ditanam di musim penghujan. Padi termasuk tanaman yang membutuhkan air yang banyak. Apakah bisa padi ditanam ditanah yang kurang air ? Bisa; namanya padi gogo; yaitu padi yang ditanam diatas tanah yang kurang air; tapi tanahnya harus tanah yang gembur; tidak bisa ditanam di tanah liat yang keras. Padi gogo ini bisa tumbuh dan berbuah; namun hasil panennya tidak sebagus padi yang ditanam ditanah yang cukup air.

Saya masih ingat; suatu saat di musim tanam padi yang kedua. Kenapa musim tanam padi kedua ? Ya, dengan adanya bibit Unggul; umur padi tidak lagi 3,5 - 4 bulan tapi lebih pendek; bahkan ada yang kurang dari 3 bulan. Anggap saja padi mulai ditanam di bulan Desember dan akan masuk musim panen di bulan Feburari/Maret. Karena Februari/Maret masih masuk musim penghujan; maka para Bapak Tani bisa menanam padi lagi. Inilah yang disebut dengan musim tanam padi ke dua. Biasanya ini akan berakhir panen di bulan Mei/Juni. Namun, seringkali musim penghujan berhenti lebih awal. Kalau sudah demikian maka pengairan padi di sawah sangat tergantung pada air yang mengalir di sungai. Dan kalau ternyata musim kemarau datang lebih cepat juga; maka seringkali air sungaipun tidak banyak lagi. Kalau sudah demikian maka harus diatur pembagian waktu mengairi sawah. Kalau tidak akan terjadi rebutan air; yang bisa berujung pada perkelaian. Saya sering disuruh Bapak menunggu air yang mengaliri sawah kami. Tujuannya agar tidak diserobot sawah sebelah. Jadi padi benar benar membutuhkan banyak air.

Ketika musim kemarau datang; Bapak menyiapkan bibit kedelai. Kedelai adalah termasuk tanaman kering yang tidak mau kena air. Kena hujan sehari saja; maka tanaman ini akan mati. Beberapa kali Bapak mengalami gagal panen kedelai; gara gara ada salah musim ( istilah Bapak untuk menyebut hujan yang turun dimusim kemarau ). Kedelai yang sudah berbunga itupun mati.

Jadi kalau diperhatikan; Bapak Tani ini sukses tidaknya banyak tergantung pada musim. Seringkali saya melihat Bapak tidak segera menyiapkan lahan untuk musim tanam padi kedua. Ketika saya Tanya kenapa, Bapak hanya menjawab – Tunggu perkembangan musim dulu – istilah sekarang wait & see. Kalau ternyata musim penghujan segera berakhir dan segera masuk musim kemarau; maka Bapak tidak akan menyiapkan bibit padi; tapi Bapak akan menyiapkan bibit jagung atau kedelai. Sebenarnya nanam jagung ini lebih cocok untuk masa peralihan musim. Namun Bapak tidak suka menanam jagung; karena tidak banyak menghasilkan uang; katanya.

Suatu saat Bapak mengatakan “Kalau mau panen yang baik; tanamlah tumbuh2an yang sesuai dengan musimnya. Kalau musim penghujan ya tanam padi; kalau kemarau ya tanam kedelai”. Kalau sudah salah musimnya; tanaman akan puso ( gagal panen ).

Saya merenungkan kata kata Bapak. Sesuai dengan musimnya. Kini; Musim; tidak harus saya terjemahkan sebagai musim penghujan dan kemarau. Musim; bisa juga saya terjemahkan dengan waktu; era dan jaman.

Saya melihat bagaimana anak saya yang masih SMA seakan tidak punya waktu lagi untuk bermain. Hari harinya disibukkan oleh sekolah; mengerjakan tugas dan les. Tidak seperti jaman saya; yang sewaktu SMA masih banyak waktu bermain. Pulang sekolah jam 13.00; ada acara tidur siang. Siang sampai Sore bermain; Habis maghrib ngaji di pondok. Baru belajar setelah Isya’.

Saya sering berkelakar dengan teman teman di kantor. Seandainya saya baru masuk test ke perusahaan ini sekarang; barangkali saya tidak lulus test. Seandainya gaya belajar dan gaya hidup anak saya yang sekarang meniru gaya belajar Bapaknya jaman dulu; pastilah akan kedodoran; pastilah tidak akan dapat mengikuti pelajaran.

Saya juga melihat bagaimana ritme kerja saya sekarang dibandingkan dengan masa masa awal saya bekerja. Jaman dulu; yang namanya hari libur; ya betul betul libur; tapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Apalagi dengan adanya Black Berry. Kerja kita sudah seperti ATM; in service 24 jam sehari; 7 hari seminggu.

Musim bisa juga diterjemahkan pimpinan. Seringkali orang mengeluh dengan pimpinannya yang baru; yang gaya memimpinnya tidak seperti pimpinannya terdahulu. Musim juga bisa diterjemahkan sebagai manajemen baru; dengan policy yang baru. Banyak karyawan marah dengan manajeman baru dengan policy barunya yang katanya tidak memihak ke pekerja.

Musim bisa diterjemahkan juga dengan tetangga yang baru; Bisa juga diterjemahkan dengan pemerintahan yang baru; dan seterusnya.

Kalau mau sukses; sesuaikan dengan musimnya. Itulah nasehat Bapak saya. Setiap waktu ada jamannya sendiri sendiri. Setiap jaman ada generasinya masing masing. Yang semuanya itu memerlukan paradigm baru; memerlukan cara pandang yang baru; memerlukan cara berfikir yang baru. Bukankah setiap era/generasi baru mempunyai kebutuhan dan tuntutan yang berbeda. Dan setiap kebutuhan/tuntutan memerlukan kompetensi yang berbeda. Orang yang masih ngotot memakai cara cara lama di era baru ini; akan mengalami kesulitan; keprihatinan dan kesedihan.

Nah; mampukah kita beradaptasi dengan jamannya, dengan generasi dan kebutuhannya tanpa meninggalkan prinsip prinsip hidup yang mulia.

Semoga menginspirasi …… ( Semalang Indah 21.10 wib )

NASEHAT DARI BAPAK TANI # 2

Ketika musim penghujan datang; Bapak menyiapkan bibit padi. Padi memang paling cocok ditanam di musim penghujan. Padi termasuk tanaman yang membutuhkan air yang banyak. Apakah bisa padi ditanam ditanah yang kurang air ? Bisa; namanya padi gogo; yaitu padi yang ditanam diatas tanah yang kurang air; tapi tanahnya harus tanah yang gembur; tidak bisa ditanam di tanah liat yang keras. Padi gogo ini bisa tumbuh dan berbuah; namun hasil panennya tidak sebagus padi yang ditanam ditanah yang cukup air.




Saya masih ingat; suatu saat di musim tanam padi yang kedua. Kenapa musim tanam padi kedua ? Ya, dengan adanya bibit Unggul; umur padi tidak lagi 3,5 - 4 bulan tapi lebih pendek; bahkan ada yang kurang dari 3 bulan. Anggap saja padi mulai ditanam di bulan Desember dan akan masuk musim panen di bulan Feburari/Maret. Karena Februari/Maret masih masuk musim penghujan; maka para Bapak Tani bisa menanam padi lagi. Inilah yang disebut dengan musim tanam padi ke dua. Biasanya ini akan berakhir panen di bulan Mei/Juni. Namun, seringkali musim penghujan berhenti lebih awal. Kalau sudah demikian maka pengairan padi di sawah sangat tergantung pada air yang mengalir di sungai. Dan kalau ternyata musim kemarau datang lebih cepat juga; maka seringkali air sungaipun tidak banyak lagi. Kalau sudah demikian maka harus diatur pembagian waktu mengairi sawah. Kalau tidak akan terjadi rebutan air; yang bisa berujung pada perkelaian. Saya sering disuruh Bapak menunggu air yang mengaliri sawah kami. Tujuannya agar tidak diserobot sawah sebelah. Jadi padi benar benar membutuhkan banyak air.




Ketika musim kemarau datang; Bapak menyiapkan bibit kedelai. Kedelai adalah termasuk tanaman kering yang tidak mau kena air. Kena hujan sehari saja; maka tanaman ini akan mati. Beberapa kali Bapak mengalami gagal panen kedelai; gara gara ada salah musim ( istilah Bapak untuk menyebut hujan yang turun dimusim kemarau ). Kedelai yang sudah berbunga itupun mati.




Jadi kalau diperhatikan; Bapak Tani ini sukses tidaknya banyak tergantung pada musim. Seringkali saya melihat Bapak tidak segera menyiapkan lahan untuk musim tanam padi kedua. Ketika saya Tanya kenapa, Bapak hanya menjawab – Tunggu perkembangan musim dulu – istilah sekarang wait & see. Kalau ternyata musim penghujan segera berakhir dan segera masuk musim kemarau; maka Bapak tidak akan menyiapkan bibit padi; tapi Bapak akan menyiapkan bibit jagung atau kedelai. Sebenarnya nanam jagung ini lebih cocok untuk masa peralihan musim. Namun Bapak tidak suka menanam jagung; karena tidak banyak menghasilkan uang; katanya.




Suatu saat Bapak mengatakan “Kalau mau panen yang baik; tanamlah tumbuh2an yang sesuai dengan musimnya. Kalau musim penghujan ya tanam padi; kalau kemarau ya tanam kedelai”. Kalau sudah salah musimnya; tanaman akan puso ( gagal panen ).




Saya merenungkan kata kata Bapak. Sesuai dengan musimnya. Kini; Musim; tidak harus saya terjemahkan sebagai musim penghujan dan kemarau. Musim; bisa juga saya terjemahkan dengan waktu; era dan jaman.




Saya melihat bagaimana anak saya yang masih SMA seakan tidak punya waktu lagi untuk bermain. Hari harinya disibukkan oleh sekolah; mengerjakan tugas dan les. Tidak seperti jaman saya; yang sewaktu SMA masih banyak waktu bermain. Pulang sekolah jam 13.00; ada acara tidur siang. Siang sampai Sore bermain; Habis maghrib ngaji di pondok. Baru belajar setelah Isya’.




Saya sering berkelakar dengan teman teman di kantor. Seandainya saya baru masuk test ke perusahaan ini sekarang; barangkali saya tidak lulus test. Seandainya gaya belajar dan gaya hidup anak saya yang sekarang meniru gaya belajar Bapaknya jaman dulu; pastilah akan kedodoran; pastilah tidak akan dapat mengikuti pelajaran.




Saya juga melihat bagaimana ritme kerja saya sekarang dibandingkan dengan masa masa awal saya bekerja. Jaman dulu; yang namanya hari libur; ya betul betul libur; tapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Apalagi dengan adanya Black Berry. Kerja kita sudah seperti ATM; in service 24 jam sehari; 7 hari seminggu.




Musim bisa juga diterjemahkan pimpinan. Seringkali orang mengeluh dengan pimpinannya yang baru; yang gaya memimpinnya tidak seperti pimpinannya terdahulu. Musim juga bisa diterjemahkan sebagai manajemen baru; dengan policy yang baru. Banyak karyawan marah dengan manajeman baru dengan policy barunya yang katanya tidak memihak ke pekerja.




Musim bisa diterjemahkan juga dengan tetangga yang baru; Bisa juga diterjemahkan dengan pemerintahan yang baru; dan seterusnya.




Kalau mau sukses; sesuaikan dengan musimnya. Itulah nasehat Bapak saya. Setiap waktu ada jamannya sendiri sendiri. Setiap jaman ada generasinya masing masing. Yang semuanya itu memerlukan paradigm baru; memerlukan cara pandang yang baru; memerlukan cara berfikir yang baru. Bukankah setiap era/generasi baru mempunyai kebutuhan dan tuntutan yang berbeda. Dan setiap kebutuhan/tuntutan memerlukan kompetensi yang berbeda. Orang yang masih ngotot memakai cara cara lama di era baru ini; akan merasakan kesulitan dan kesengsaraan.




Nah; mampukah kita beradaptasi dengan jamannya, dengan generasi dan kebutuhannya tanpa meninggalkan prinsip prinsip hidup yang mulia.




Semoga menginspirasi …… ( Semalang Indah 21.10 wib )

28 Maret 2010

NASEHAT DARI BAPAK TANI # 1

Ketika musim kemarau mau berakhir; yang ditandai dengan munculnya “lintang luku” ( bintang dilangit yang bentuknya menyerupai bajak - dipakai sebagai tanda bahwa musim hujan akan segera tiba ); Bapak saya sudah mulai sibuk mencari bibit padi. Beliau mengambil beberapa karung gabah ( padi kering ) dari gudang; kemudian dijemur. Setelah itu; dipilih butiran padi yang berkualitas baik. Tidak jarang dari sekian karung yang dikeluarkan tidak ditemukan gabah yang layak dibuat benih. Kalau sudah demikian; Bapak saya kemudian datang ke dinas pertanian untuk membeli benih yang berkualitas baik; yang oleh Pak Mantri Tani disebutnya sebagai benih Unggul.

Untuk mencari bibit padi Unggul; Bapak sering memperhatikan betul tanaman padi yang sudah menguning yang akan segera dipanen di setiap sawahnya. Kebetulan lokasi sawah Bapak saya itu berpencar di beberapa lokasi; tidak satu blok. Beliau sering menghitung berapa butir padi pada disetiap bulirnya. Apabila setiap bulirnya terdapat banyak butir padinya; itu berarti padi ini akan menghasilkan lebih banyak. Nah; ini termasuk padi yang bagus. Ini lihat disamping banyak butir padinya; juga padat berisi di setiap butirnya. Ini layak dibuat bibit pada musim tanam tahun depan; kata Bapak saya disatu kesempatan. Tapi rupanya bukan hanya itu kriteria padi yang layak dipakai sebagai bibit. Bapak juga memperhatikan apakah tinggi tanaman padinya sama tinggi; kalau dilihat rata seperti gelaran karpet ? Meskipun menghasilkan banyak butir padi disetiap bulirnya dan setiap butirnya pada berisi; namun kalau tinggi tanaman padi tidak cukup merata; variance ketinggiannya besar; Bapak tidak akan memasukkan padi itu sebagai bibit Unggul. Ketika saya tanyak kenapa ? Penjelasannya cukup simple. Kalau tinggi tanamannya tidak rata; pada njabrik gitu; itu tandanya kualitasnya sudah mulai menurun; dan biasanya kalau dipakai bibit; maka hasil panennya tidak sebagus yang sekarang.

Apabila ada satu lokasi sawah yang padinya memenuhi kriteria bibit; maka ketika padi tersebut dipanen; Bapak akan menyisihkan beberapa karung untuk dipakai sebagai bibit pada musim tanam berikutnya. Bapak menyimpannya terpisah dengan karung karung gabah yang lainnya; biar tidak tertukar. Meskipun sudah disimpan terpisah dengan karung gabah yang lain; Bapak masih juga memberikan tanda/tulisan dikarung yang berisi gabah – bibit Unggul itu.

Begitu ketatnya Bapak didalam memilih bibit padi yang akan ditanam. Saya sering mengeluh ketika diminta untuk mencari bibit padi yang berkualitas. Apakah gabah yang ada ini tidak bisa tumbuh kalau ditanam; Tanya saya setengah protes. Bisa; jawab Bapak saya singkat. Kalau kamu ingin hasil panen padi yang melimpah; kamu harus mencari bibit yang sangat baik; kamu harus mencari bibit Unggul. Karena dengan menanam bibit Unggul inilah; hasil panen akan melimpah. Kalau yang ditanam gabah ini; yang berkualitas “sembarang gabah” jangan harap hasil panennya akan bagus. Kata Bapak saya menjelaskan.

Sekarang saya sedang merenungkan kata-kata Bapak puluhan tahun yang lalu. Kalau pingin hasil panen yang bagus, tanamlah bibit Unggul. Kalau bibitnya kualitas “sembarangan” jangan harap panennya akan bagus. Saya mencoba mengembangkan kalimat itu dengan lebih extrim; agar lebih mudah dicerna. Kalau pingin panen padi; jangan tanam benih jagung. Karena kalau yang ditanam benih jagung; pastilah akan menghasilkan panen jagung. Itulah hukum alam.

Seperti juga pepatah; rajin pangkal pandai; hemat pangkal kaya. Setiap orang juga sudah faham. Sefaham dengan “rahasia sukses”. Setiap orang juga sudah mengetahui; untuk sukses diperlukan kerja keras; usaha yang keras; belajar yang keras; dan berdoa yang keras. Namun sayangnya kita ini; termasuk juga saya; sering lupa. Dengan perilaku yang asal asalan; dengan perilaku kualitas “sembarangan” mengharapkan panen yang berlimpah; mengharapkan sukses yang berlimpah. Bukannya itu ibarat menanam bibit jagung mengharapkan panen padi ? Sepeti buah semangka berdaun sirih – yang hanya ada di dalam lagu.

Semoga menginspirasi …. ( semalang indah, 21.33 wib )

21 Maret 2010

TANGGUNG JAWAB

Pagi itu saya terlibat diskusi dengan salah satu Manager ditempat saya bekerja. Ada seorang staffnya yang minta pindah kerja ke bagian lain; dengan alasan dia tidak cocok kerja di bagiannya yang sekarang. Manager ini kemudian bertanya apakah ada bagian lain yang membutuhkan tambahan staff. Kalau ada; tolong staffnya ini bisa dipindah kesitu; begitu kira kira maksudnya.
Mulailah terjadi diskusi Tanya Jawab. Ketika saya Tanya apakah menurutnya – sebagai supervisor dari staff ini – yang bersangkutan memang tidak cocok kerja dibagiannya sekarang; dijawabnya iya memang tidak cocok. Buktinya banyak pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dengan baik.
Tidak bisa menyelesaikan pekerjaan; menurut saya lebih banyak factor tanggung jawab. Pribadi yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi pastilah akan menyelesaikan setiap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya; meskipun untuk itu dia akan mengalami berbagai kesulitan. Saya pernah melihat seorang teman yang kakinya sedang sakit dan tidak bisa berjalan dengan normal. Kalau kekantor dia diantar oleh istri dan anaknya. Sampai didepan kantor; istri dan anaknya harus membantunya keluar dari mobil; menyiapkan kursi roda; begitu juga saat pulangnya. Saya bisa bayangkan bagaimana dia harus ke kamar kecil. Dengan berbagai kesulitannya dia tetap masuk kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Saya juga sering menjumpai orang yang profesinya tidak sesuai dengan pendidikan formalnya. Seorang Insinyur harus belajar akuntansi. Saya tahu betul bagaimana dia belajar. Dia baca buku akuntansi; terus Tanya kesana kemari hanya untuk mengetahui jurnal. Usaha yang dilakukan 3 kali lipat lebih dari teman2 yang lulusan ekonomi.
Seringkali kita tidak bisa membedakan dengan jelas antara tanggung jawab dan kompetensi/kemampuan. Orang yang mempunyai kompetensi memungkinkan akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan lebih gampang. Meskipun demikian orang inipun sangat mungkin tidak menyelesaikan tugasnya; bila tidak mempunyai rasa tanggung jawab.
Rasa tanggung jawab adalah manifestasi dari tingkat kedewasaan seseorang. Rasa tanggung jawab inilah yang sangat membedakan antara orang dewasa ( bukan tua usia ) dan orang belum dewasa. Banyak orang dengan tingkat umur yang relative lebih muda; mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. Demikian juga sebaliknya; banyak kita jumpai orang yang usianya sudah relative tua; namun mempunyai perilaku kekanak kanakan.
Tanggung jawab sangat berhubungan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk yang bermoral dan beretika. Sangat berhubungan juga dengan manusia yang mempunyai kehendak bebas ( free will ) untuk memilih. Karena manusia diberikan kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah; antara yang bagus dan yang buruk dan diberikan juga kuasa untuk memilih; maka itulah manusia dituntut tanggung jawab. Lain halnya dengan binatang misalnya; yang bertindak hanya karena dorongan factor hormonal. Maka ketika hormon seksualnya tinggi dan ada lawan jenisnya; maka dimanapun berada hewan tersebut akan melampiaskannya. Dan tidak akan ada orang yang mengatakan binatang tersebut tidak sopan; pun juga tidak ada yang menuntut tanggung jawab.
Semoga menginspirasi …. ( Semalang Indah 19.15 wib

28 Februari 2010

BERSYUKUR

Saya perhatikan salah satu staff saya hari itu kelihatannya punya masalah. Wajahnya yang biasa cerita kelihatan murung;  tatapan matanya kosong menerawang.  Saya dekati dia dan dengan berbisik saya Tanya apakah kamu sakit ? Dia tidak menjawab pertanyaan saya; namun sebaliknya malah dia bertanya mas ada waktu, saya mau berkonsultasi. Meskipun sebetulnya sebentar lagi saya ada rapat; namun saya katakana ada; mau diskusi sekarang;  saya menawarkan.

Setelah duduk di ruang kerja saya; akhirnya dia nyerocos berbicara mengungkapkan permasalahan yang dihadapi. Saya biarkan dia bicara terus; saya hanya mendengarkan sampai akhirnya dia menangis. Ditengah tangisan dia katakana bahwa Tuhan Tidak Adil; Saya tidak percaya lagi sama Tuhan; katanya dengan penuh emosi.  Mendengar kalimatnya yang mulai mengingkari  Tuhan; saya menyela dan saya minta dia istighfar; minta ampun kepada  Tuhan. Namun dengan serta merta dia menolak saran saya. Ngapain saya minta ampun; orang saya sudah tidak percaya sama Tuhan; katanya dengan masih emosi.

Setelah beberapa saat terdiam dengan sambil menangis; akhirnya emosinya mulai turun.  Saya mulai bisa diskusi dengan dia; sebut saja namanya  S

NA          : Sudah berapa lama kamu kerja di kantor ini ?

S              : 7 tahun mas

NA          : Bagaimana ceritanya kamu bisa kerja dikantor ini ?

S              : Suatu saat saya melamar jadi pegawai Pemkot.  Pagi itu; waktu diumumkannya hasil test. SAyapun dating untuk melihat pengumuman. Ternyata saya tidak diterima. Dengan rasa sedih saya duduk dirumput halaman Pemkot. Sebelah saya juga duduk beberapa orang; yang kelihatannya juga bernasib sama dengan saya. Kemudian ada salah seorang yang bertanya kepada saya; apakah saya diterima ? Saya jawab Tidak.  Dan ternyata diapun tidak diterima. Dia mengajak saya untuk melamar pekerjaan ke kantor ini.

NA          : Kapan kamu kenal dia ?

S              : Baru saat itu; ketika melihat pengumuman

NA          : Jadi kemudian kamu dan dia melamar ke kantor ini ?

S              : ya; kami janjian memasukkan lamaran bersama sama

NA          : Dia diterima ?

S              : Tidak

NA          : Koq aneh ya ? Kamu dengan tidak sengaja  kenal sama orang itu; bahkan orang itu yang pertama kali ngajak kenalan.  Terus orang itu mengajak kamu melamar di kantor ini. Dan ternyata kamu yang diterima; sementara  orang itu yang mengajak kamu; tidak diterima. Kira kira; kejadian itu semua kebetulan, ataukah ada tangan yang merencanakan ?  Kira kira kamu tahu nggak kenapa kamu yang diterima ?

S              : Tidak tahu mas.

NA          : Kira kira – diantara para pelamar itu, ada gak  yang lebih pinter dari kamu ? Yang lebih bagus dari kamu tapi tidak diterima ?

S              : Ada mas.

NA          : Bukankah itu berarti Tuhan memberikan Amanah kepada kamu untuk mencari rezeki di kantor ini ?

S              : Astaghfirullah; Saya khilaf mas ……

 

SAhabat; didalam kesibukan kita sehari hari; kita memang sering lupa atas nikmat yang telah diberikan kepada kita; sehingga kitapun lupa untuk bersyukur juga.    Ada saran menarik yang bisa kita praktekkan sehingga kita tidak lupa untuk bersyukur; yaitu ketika kita mendapat kenikmatan  apapun dalam bentuk apapun; selalu menanyakan Kenapa mesti saya; bukankah ada orang yang lebih baik dari saya sehingga secara logika lebih berhak ?

 Ketika manasik haji; ustad kami sering mengingatkan bahwa diluar sana ada banyak orang yang lebih kaya dari kita; lebih sehat dari kita; lebih punya waktu dari kita; tapi kenapa kita yang insya Allah berangkat haji dan bukan mereka ?

Semoga menginspirasi …… ( harris htl  00:06 )

03 Februari 2010

Petapa Muda dan Kepiting ( disadur dari email seorang teman )

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan. Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras. Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.

Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?”

“Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,” jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.

Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting.Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. “Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan ?”

Seketika itu, si pemuda tersadar. “Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu.

 *Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. **

*Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman ajarkan.”

Mempunyai rasa belas kasih dan keinginan untuk menolong adalah perbuatan yang sangat mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun termasuk rekan sekerja kita. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.

Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.

Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak.

Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.

 

27 Januari 2010

KESADARAN

Sudah menjadi kebiasaan Umar untuk senantiasa setiap malam berkeliling didaerah yang dipimpinnya. Tanpa pengawal; tanpa ajudan; beliau berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya. Suatu hari; ketika beliau berkeliling;  terdengar suara aneh dari dalam sebuah rumah. Karena ingin tahu apa yang terjadi; kemudian Umar mengintip kedalam rumah. Betapa kagetnya Umar; karena dilihatnya didalam rumah tersebut; ada seorang lelaki tua sedang duduk di kursi; yang dimeja depannya terdapat minuman keras; dan diseberang meja ada seorang wanita yang sedang menari nari.

Melihat kejadian tersebut; maka didobraknya pintu rumah dan kemudian Umarpun masuk. Sebagai pemimpin Umar merasa bertanggung jawab atas perilaku orang yang dipimpinnya.  Umar kemudian membentak dan memarahi apa yang telah dilakukan oleh pria tua tersebut. Kamu telah melakukan satu dosa yang sangat besar.  Saya sebagai pemimpin disini ikut bertanggung jawab atas perilaku penduduk sini.

Dengan santai; Pak Tua tersebut berkata kepada Umar. Hei Umar; kamu telah melakukan tiga dosa. Yang pertama; kamu masuk rumah tanpa minta ijin dengan yang punya rumah;  dosa yang kedua; kamu masuk rumah tanpa salam dan dosa yang ketiga kamu telah merusak pintu rumahku. Mendengar peringatan tersebut; kemudian Umarpun minta maaf dan pamit pergi.

Setelah kejadian itu; Pak Tua jarang kelihatan di majelis atau perjamuan perjamuan.  Kalau toh datang; dia memilih berada jauh dibelakang.

Suatu waktu; Umar menghampiri Pak Tua tadi; dan berbisik ...  Kejadian dirumah Bapak tempo hari itu tak seorangpun yang tahu; karena saya tidak pernah menceritakan hal itu kepada orang lain.  Kejadian itu telah menyadarkan saya; untuk selalu berhati hati; bahkan termasuk didalam mengingatkan penduduk. Saya berterima kasih kepadamu Pak. Dengan agak malu; Pak Tua pun berkata; sejak saat itu pula saya tidak pernah  lagi melakukan  perbuatan tersebut. Bapak telah menyadarkan saya.

Sahabat; berapa banyak diantara kita yang begitu cepat menyadari kesalahan dan memperbaikinya ketika kita diberitahu atas satu kesalahan yang kita perbuat.

Semoga menginspirasi ... ( Semalang Indah ... 12.16 )

26 Januari 2010

YANG TIDAK BISA DIUCAPKAN AYAH"

( tulisan ini kami terima dari email seorang kawan )

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri,yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya..... Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya..
Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiaphari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk
menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerjadan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu disepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya"
,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anakyang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja.....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa
bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalahMama.. ..
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan  Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT....kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelakiyang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam
segala hal..