26 Maret 2023

 Oleh : Noor Aidlon

 

DULU. Ketika masih remaja di kampung. Setiap menjelang masuk bulan Ramadhon; kami beramai ramai melakukan kerja bakti. Bersih bersih Masjid atau Mushola.

Tikar kita bersihkan di sungai. Yang airnya masih jernih; seperti kaca. Seperti aquarium besar. Benda apapun didalam air sungai bisa dilihat dari atas sungai. Saking jernihnya. Dan juga saking bersihnya. Air mengalir sangat deras. Sehingga kalau tidak dipegangi; tikar itu bisa hanyut. Terbawa air sungai.

Lantai Mushola atau Masjid kita bersihkan. Dengan cara di guyur air dari ember. Air ditimba dari sumur. Dibawa dengan ember. Lalu diguyurkan. Sak orangnya sekalian. Seger sekali. Ramai sekali. Asyik sekali. Lantai yang masih berupa plesteran semen itu digosong dengan serabut kelapa. Lalu diguyur lagi pakai air. Digosok lagi. Diguyur lagi. Sampai beberapa kali.

Kalau ada dana; dinding dicat dengan cat tembok warna putih. Kalau tidak ada dana; cukup dicat dengan gamping.

Para remaja begitu suka cita membersihkan Mushola dan Masjid. Riak tawa selalu mewarnai kerja bakti itu. Apalagi kalau pisang dan ketela godok datang. Langusng disikap habis. Nikmat sekali. Sambil makan; sambal cerita. Derai tawa tidak pernah berhenti. Itulah kehidupan remaja desa. Jaman itu.

Kerja bakti adalah agenda tahunan.  Bersih bersih tahunan. Membersihkan mushola dan masjid sehari hari dilakukan oleh kami juga. Sesuai jadual masing masing. Terkadang juga dilakukan oleh Bapak bapak yang datang lebih dulu. Bersih bersihnya hanya menyapu lantai. Dan menghapus papan tulis. Untuk dipakai ngaji malam nanti.

Ahad lalu. 19 Maret 2023. Kami bekerja bakti. Bersih bersih Mushola ( BBM ) istilahnya Pak Alfand. Menyambut bulan Ramadhon. Levelnya : Deep Cleaning. Daily cleaning telah dilakukan rutin oleh pegawai Mushola. Kita bersihkan obyek obyek yang tidak terjangkau dalam daily cleaning.

Kita bersihkan kap lampu. Lampu utama Mushola. Yang tergantung tinggi itu. Yang sekaligus berfungsi sebagai hiasan. Kami bersihkan pilar pilar mushola. Kami bersihkan almari bagian atas. Yang terkadang luput dari daily cleaning. Kami bersihkan Gudang juga. Menyortir mana barang yang masih dipergunakan dan mana yang bisa disingkirkan. Potong ranting ranting tanaman agar lebih rapi dan lebih terang.

Bersih bersih dilakukan oleh Bapak bapak. Guyup sekali. Tidak ada strata sosial disana. Semua melebur menjadi satu = tukang bersih bersih. Yang mantan Direktur juga melakukan bersih bersih. Yang pengusaha juga melakukan hal yang sama. Semua menyatu. Semua bisa saling bully.  Itulah keistimewaan berja bakti. Siapapun bisa memerintahkan siapapun. Tanpa ada yang merasa diperintah.  Berat sama dipikul; ringan sama dijinjing.

Konsumsi mengalir deras. Melebihi yang dibutuhkan. Habis makan nasi pecel. Datang lagi nasi campur. Sudah ada pisang godong; datang lagi pisang goreng. Inilah wujud kerja pemersatu bangsa.

Teman saya bertanya. Mengapa perlu kerja bakti. Khan sudah ada marbot. Kerja bakti hanyalah media. Media untuk keguyupan. Media untuk menimbulkan rasa sense of belonging. Media kebersamaan.

Sebetulnya bisa juga membayar tukang atau cleaning service untuk melakukan deep cleaning. Tapi kebersamaan antara jamaah tidak akan tercipta. Emosi dan perasaan antar jamaah tidak akan terikat.

Memang. Didalam kehidupan sosial; sering diperlukan mainan. Ruang ketiga yang bisa menjadi obyek untuk kerja sama. Yang menjadi pemicu kebersamaan. Kalau dalam istilah organisasi. Harus ada yang menciptakan Group Dinamic.

Kerja bakti adalah salah satu contohnya. Arisan adalah contoh lainnya. Dengan alasan arisan, terciptalah wadah silaturahim. Secara rutin. Bisa bulanan. Bisa tiga bulanan.

Ini contoh lainnya. Dalam suatu acara reuni Keluarga Alumni diusulkan agar reuni dilakukan setiap tahun. Semua sepakat. Pertanyaannya : apakah kesepakatan itu bisa mengikat ( binding ) orang untuk hadir pada reuni tahun berikutnya ? Ternyata level bindingnya rendah.

Kemudian dibuatlah satu mainan. Agar bisa mendorong anggota untuk hadir. Disepakati dibentuk Yayasan. Dan Yayasan membentuk badan usaha. Modalnya patungan. Patungan dari ratusan anggota.  Untuk mendirikan BPRS ( Bank Perkreditan Rakyat Syariah ).

Setiap tahun BPRS mengundang  RUPS ( Rapat Umum Pemegang Saham ). Waktunya bulan Syawal. Sekalian halal bil halal. Secara otomatis mereka diundang. Yang hadir banyak sekali. Termasuk yang bukan pemegang saham. Selesai acara RUPS dilanjutkan dengan acara guyon. Saling bully. Seperti masa kuliah dulu.

BPRS maju sekali.  Kemudian mereka mendirikan BPRS baru. Juga melakukan aquisisi BPRS lain. Saat ini mereka sudah  mempunyai paling tidak 12 BPRS. Yang masing masing juga mempunyai cabang dan kantor kas. Sudah besar sekali. Kemudian dibentuklah holding. Kekayaannya sudah Trilyunan. Karyawan sudah banyak. Apalagi nasabah yang dibantu; lebih banyak lagi.

Mainan yang diciptakan pada tahun 2008 itu sudah beranak pinak. Mainan itu tetap berfungsi sebagai wadah kebersamaan. Wadah bersilaturahim setahun sekali. Lewat Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ). Dan mainan itu; kini sudah bisa nyangoni…

Nah sekarang giliran panjenengan untuk menggerakan teman teman. Membuat mainan. Yang bisa menjadi  rahmatan lil alamin.

 

#NA

#KSB 250323