15 Desember 2009

SEGELAS

True Story : Jangan pernah berhenti untuk berbuat baik ( email dari seorang sahabat )

Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa dikantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar, oleh karena itu ia membawakan segelas besar susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya,  "berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini ?"
Wanita itu menjawab: "Kamu tidak perlu membayar apapun".
"Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan" kata wanita itu menambahkan. Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata :" Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada anda."

Sekian belas tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Paradokter dikota itu sudah tidak sanggup menanganinya.

Mereka akhirnya mengirimnya ke kotabesar, dimana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut. Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas 
pancaran aneh pada mata dokter Kelly. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit, menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu. Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, Ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan... . Wanita itu sembuh !!. Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan kepadanya untuk persetujuan.

Dr. Kelly melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien. Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus dicicil seumur hidupnya..

Akhirnya Ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut, dan ada sesuatu yang menarik perhatuannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi.. "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu.." tertanda, DR Howard Kelly.
Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa: "Tuhan, terima kasih, bahwa cintamu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia."


01 Desember 2009

PACKING

Bagi  yang sering bepergian, ternyata urusan packing pakaian sangatlah penting. Kalau kita tidak pandai dalam mengatur dan memasukkan barang kedalam koper kita; kita akan kesulitan dalam perjalanan. Barang yang mestinya bisa masuk dalam satu tas; bisa tidak muat dalam dua tas. Bukankah ini sangat merepotkan.

Saya punya seorang teman; yang karena masa kecil dan mudanya tidak pernah jauh dari orang tua; mengalami kesulitan didalam packing pakaian ini; bahkan melipat pakaian kotorpun bingungnya bukan main.

Lain halnya dengan teman satunya lagi. Dia paling jago dalam packing memacking.  Ketika beliau pergi haji; beliau sering dimintai tolong untuk membereskan packing  ini. Dengan jenis dan besar koper yang sama; ditangan beliau ini seakan barang apa saja bisa dimasukkan. Saya perhatikan bagaimana cara beliau packing.  Beliau akan bagi barang dalam beberapa kategori; yaitu barang yang sulit dilipat ( seperti celana jean ) dan pakaian yang mudah dilipat ( seperti kaos ) dan barang yang berukuran kecil atau yang dapat dilipat menjadi kecil.

Yang pertama dimasukkan kedalam koper adalah barang besar yang sulit dilipat; misalnya celana panjang ( apalagi yang berjenis jean ) kemudian baju yang memang tidak boleh dilipat lipat menjadi kecil supaya tidak kusut. Setelah itu mulailah beliau memasukkan barang yang mudah dilipat menjadi agak kecil ( misalnya kaos ). Sampai disini saya lihat koper sudah penuh; sementara barang yang harus dimasukkan masih cukup banyak. Dan yang beliau lakukan adalah menggulung pakaian berbahan kaos menjadi gulungan kecil dan diselipkan di sela sela pakaian yang telah ditata. Hasilnya luar biasa. Ternyata masih muat banyak juga. Terakhir beliau masukkan barang barang kecil, seperti kaos kaki; pakaian dalam; dsb. Barang barang tersebut juga digulung kecil dan diselipkan dipinggir pinggir dinding koper. Setelah semua masuk koper ditutup; dan koper begitu berat dan padat karena semua terisi seakan akan tidak ada rongga lagi.

Sahabat; Tuhan menciptakan waktu 24 jam sehati; 7 hari seminggu; dst. Kita tidak bisa mengurangi atau menambahnya. Seperti koper seragam haji yang kita tidak bisa memperkecil ataupun memperbesarnya. Tugas kita adalah memilah aktifitas kita. Mana yang harus didahulukan masuk dalam agenda kita; mana yang bisa diselipkan diantara agenda agenda yang lainnya. Dan tentu saja agenda besar dan agenda kecil sangat tergantung pada diri kita; pada misi kita, yang sangat mungkin bisa berbeda dengan orang lain. Dan kita tidak berhak untuk menghakiminya.

Semoga menginspirasi ...... ( htl atlit 19.35 wib )

30 November 2009

MARAH

Selama  dua minggu ini saya mendapatkan dua cerita yang bertopik kemarahan. Cerita pertama saya peroleh dari radio. 

Dikisahkan; ada seorang pimpinan pabrik keluar dari ruang rapat dengan muka merah padam menahan amarah. Dia berjalan menuju tempat dimana para karyawan bekerja. Dilihatnya semua karyawan bekerja dengan tekun dan cekatan; kecuali seorang  laki laki muda yang hanya bengong berdiri didekat tempat itu. Dihampirinya pemuda itu. Kemudian ditanya; berapa gajimu sebuan; kata pimpinan tersebut. Dengan kelihatan  takut pemuda itupun menjawab :  800 ribu Pak. Dengan serta merta pimpinan pabrik ini mengambil dompet dan dikeluarkannya beberapa lembar. Ini uang Rp 2,4 juta;  gajimu 3 bulan kedepan. Sekarang kamu keluar dari  pabrik dan jangan pernah kembali lagi.  Dengan sangat ketakutan;  pemuda inipun bergegas keluar pabrik. Setelah melihat pemuda itu keluar; pimpinan ini menghapiri para karyawan yang sedang tekun bekerja. Dia tanya kepada salah satu dari supervisor di tempat itu, kamu tahu dari bagian mana pemuda pemalas tadi; bisanya Cuma berdiri melihat teman temannya bekerja keras, tanyanya dengan nada kesal.  Maaf pak demikian kata sang supervisor; pemuda itu bukan karyawan sini; dia karyawan catering yang sedang mengirim makan siang. Gobrak .....  Rp 2,4 juta  melayang.

Kisah kedua diceritakan oleh sahabat saya. Ini kejadian yang dialaminya sendiri.  Suatu hari water heater teman saya ini rusak. Dipanggilnya tukang untuk memperbaikinya. Siang hari pembantunya telpon mengabarkan bahwa water heaternya telah selesai diperbaiki. Ketika sampai dirumah setelah seharian kerja penuh dengan masalah yang membuatnya uring uringan; teman saya bermaksud mandi untuk menyegarkan badan.  Sampai dikamar mandi; diputarnya kran air dan betapa kagetnya; ternyata air yang keluar bukan air panas; padahal kran merah telah diputar penuh. Dengan marah marah dia keluar kamar mandi dan dipanggilnya pembantunya keras keras. Dengan  ketakutan pembantunya masuk kamar mandi. Kurang dari satu menit pembantunya mengatakan air panasnya sudah keluar pak. Teman saya bertanya kamu apakan, koq cepat sekali. Dengan senyum pembantunya mengatakan Bapak tadi lupa menekan tombol on nya.

Sahabat, kejadian seperti itu sering juga kita alami. Ketika marah,  fikiran kita buntu; berhenti tidak bekerja.  Respond yang diberikan hanyalah berdasarkan emosi semata.  Ada beberapa alternatif yang disarankan untuk menghadapi situasi itu. Mulai dari tarik nafas dalam dalam;  cuci muka sampai dianjurkan untuk berbaring. Intinya adalah bagaimana kita sedikit menunda respond kita, sehingga fikiran  kita mulai bekerja lagi. Dengan fikiran mulai bekerja;  tekanan emosi akan turun. Dengan fikiran mulai bekerja; unsur untung rugi mulai diperhitungkan. Bukankah tidak pernah ada orang yang melakukan pengrusakan setelah  untung ruginya diperhitungkan ?

Tenang  dulu pak;  berfikirlah yang jernih ..........

Semoga menginspirasi ...... (  hotel century 06.01 wib )

20 November 2009

BAPAK TUKANG TAMBAL BAN

Ada satu keluarga yang tinggal di pinggiran kota besar. Mereka mengontrak rumah dengan kondisi yang hanya cukup untuk sebagai tempat untuk berlindung dan  berteduh dari panas dan hujan. Secara ekonomi kehidupan keluarga ini jauh dari kehidupan yang layak, cukup, berada ataupun mapan.  Penghasilan yang tidak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari istri dan kedua buah hatinya yang masih sangat membutuhkan  biaya untuk sekolah. Si Ayah setiap harinya membuka jasa tukang tambal ban di pinggir jalan. Sedangkan si Ibu jadi buruh cuci pakaian di rumah-rumah tetangga sekitarnya. Begitulah kehidupan keluarga ini sudah dijalani bertahun-tahun.

Namun keluarga ini tidak pernah mengeluh atau protes atas kehidupan yang telah ditakdirkan oleh Allah kepada mereka. Malah justru sebaliknya keluarga ini sangat mensyukuri atas apa yang telah dikaruniakan  oleh Allah, kepada mereka. Diberi kehidupan yang tentram, damai  dan kesehatan itu sudah suatu kenikmatan yang luar biasa bagi mereka. Dan terus tekun beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sholat lima waktunya tidak pernah bolong. Puasa sudah menjadi kebiasaan mereka.

Dengan penghasilan yang tidak menentu mereka masih bisa menabung walaupun sedikit. Yang lebih mengagumkan lagi, tidak lupa disisihkan sebagian dari penghasilan mereka yang pas-pasaan untuk disedekahkan kepada yang berhak. 

Suatu malam si Ayah berbincang-bincang dengan si Ibu dibangku kayu depan rumah, sedangkan kedua buah hati mereka sudah terlelap :

Ayah     : Ibu, apa ibu menyesal dengan kehidupan kita jalani sekarang. 

Ibu        : Tidak pak. Ya ini memang sudah yang telah di takdirkan Allah kepada kita. 

Ayah     :  apa ibu punya keinginan ? 

Ibu        : sebenarnya Ibu ingin sekali melaksanakan rukun islam yang ke lima. 

Dengan agak kaget, bukan karena keinginan yang tidak mungkin dapat terpenuhi, tapi karena keinginan si Ibu ini sama dengan keinginan si Ayah. 

Ternyata mereka sudah lama mempunyai keinginan yang sama. Yaitu menjalankan ibadah haji untuk memenuhi panggilan Allah.

Seperti ada kekuatan yang maha dahsyat yang dirasakan si ayah yang mendorongnya untuk segera bermunajat kepada Allah. Dipeluknya si Ibu, dengan suara bergetar si Ayah berkata: “Ayah juga punya keinginan yang sama, ayo bu segera ambil air wudhu kita sholat bersama dan  bermunajat kepada Allah. Si ayah merasa yakin sekali bahwa do’a-do’a nya di dengar oleh Allah.

Dengan keyakinan yang sangat kuat bahwa Allah akan mengabulkan do’a-do’a hambaNya.dan dengan terus berikhtiar. 

Ayah     : bu, mulai besok, ayah buka tambal ban sampai malam, tapi ayah tidak  meminta                              ongkos, ayah niatkan untuk ibadah kepada Allah. 

Ibu        : Alhamdulillah, mudah-mudah Allah memberi kemudahan kepada kita. 

Begitulah waktu berjalan sejak hari itu si Ayah buka jasa tambal ban mulai pagi hingga malam hari. Pagi sampai sore tetap ditarik ongkos, setelah sholat maghrib tidak titarik ongkos. Di luar dugaan,setiap hari  tambal ban si ayah ramai tidak seperti biasanya.  Sudah berpuluh puluh sepeda motor dan mobil yang menikmati jasa tambal ban gratis si ayah bila malam hari. 

Seiring waktu berjalan, suatu malam kurang lebih jam 19:30 tiba- tiba ada mobil mewah yang berhenti di tempat tambal ban si ayah. Keluarlah dari mobil seorang pria paro bayah dengan pakaian necis dengan nama “si kaya”. mendekatlah si ayah sambil bertanya; 

Ayah     : maaf, bisa saya bantu pak 

Si kaya : ban mobil saya bocor, tolong di tambal, jangan lama-lama pak.!! 

Ayah     : baik pak, saya usahakan. 

Bongkar pasang dan tambal ban, sudah menjadi makanan Ayah sehari-hari, jadi dalam waktu 10 menit, sudah selesai semua. 

Ayah     : Sudah selesai pak, silahkan jalan, hati-hati. 

Si Kaya : berapa ongkosnya..?, Tanya si kaya sambil mengambil uang kecil di dashboard mobil. 

Ayah     : Tidak usah pak terima kasih, silahkan jalan. 

Si kaya : ini uang jasa bapak, yang sudah menambal ban mobil saya. 

Ayah     : terimah kasih pak, saya sudah berjanji karena saya niatkan kerja saya ini hanya untuk beribadah kepada Allah.

Karena terburu-buru dan tidak mau terus berdebat akhirnya si kaya pergi meninggalkan ayah yang masih berdiri. 

Sepulang dari keperluannya, sambil menjalankan mobil si kaya dalam hatinya terus bertanya-tanya. Mengapa tukang tambal ban tadi tidak mau di kasih uang. Dan kata-kata tukang tambal ban itu, terus terngiang-ngiang di telinga si kaya “saya niatkan kerja saya ini hanya untuk beribadah kepada Allah” 

Karena tidak tahan dengan rasa keingin tahuan akan alasan si tukang tambal ban. Siapakah bapak si tukang tambal ban itu sebenarnya ? 

Sebulan kemudian datanglah kembali si kaya ke tempat tambal ban. 

Ayah     : maaf, bisa saya bantu pak ? 

Si kaya : bapak masih ingat dengan saya, waktu ban mobil saya ini bocor, dan bapak tidak mau                     saya kasih ongkos….!!!! 

Ayah     : yang menambal ban disini banyak, maaf pak kalo saya lupa, ada apa ya pak ??  Tanya                    si ayah agak sedikit takut, mungkin ada yang salah pada saat menambal,sehingga                           menimbulkan kerusakan atau ada barang yang tertinggal. !!?? berbagai pertanyaan                       bergayut di benak si ayah.sambil terus mempersilahkan duduk si kaya di bangku kayu                    alakadarnya. 

Si kaya : Tidak pak, saya penasaran saja. Kenapa bapak tidak mau dikasih ongkos, dan bapak                        juga berjanji, niat kerja bapak hanya untuk beribadah kepada Allah.!? 

Maka mulai berceritalah si ayah dari awal hingga akhir, bahwa ini semua mereka lakukan karena keinginan yang sangat kuat untuk menjalankan ibadah haji memenuhi panggilan Allah. Lalu dengan mata berkaca-kaca,  si kaya balik bercerita kepada ayah . 

si kaya : bapak, Mungkin ini sudah menjadi kehendak Allah,mempertemukan saya dengan                           bapak, ketahuilah bahwa ketika ban mobil saya bocor,dan saya menambal ban di                             tempat bapak. Itu adalah perjalanan saya menuju suatu tempat, karena sudah ada janji                 untuk ketemuan langsung dengan client-client saya, jam 20.00. Saya tidak bisa                               membayangkan seandainya tidak ada bapak yang buka tambal ban disini,dan bapak                       lebih dari 10 menit  untuk menambal ban mobil saya, sehingga saya terlambat dan                          mungkin saya akan kehilangan kesempatan yang sangat berharga bagi kemajuan                             perusahaan saya.dan saya sudah tidak akan dipercaya lagi oleh client-client saya,                           karena sudah ingkar janji. Dan perlu bapak ketahui juga dari hasil pertemuan itu                             perusahaan saya telah memenangkan tender yang nilai keuntungannya miIlyaran                          rupiah. bapak, oleh karena itu saya akan memberikan hadiah untuk bapak, seperti apa                  yang bapak dan ibu inginkan.yaitu berangkat ibadah haji ke tanah suci dan bersama-                       sama      dengan saya.  

Mendengar pernyataan si kaya, badan ayah seperti bergetar antara percaya dan tidak, maka di panggilnya si ibu yang ada di dalam bilik bersama kedua anaknya. Dipeluknya istri dan kedua anaknya, diajaknya mereka mengucap syukur kepada Allah, bahwa apa yang telah mereka lakukan dengan tulus dan ikhlas ini tidak sia-sia. Dan do’a-do’a yang mereka panjatkan tiap hari akhirnya terjawab sudah. 

Tidak sampai disitu kalau Allah sudah berkehendak, sepulang dari tanah suci, keluarga ini akhirnya di pekerjakan di perusahaan si kaya. Ayah di jadikan penjaga gedung, Dan Ibu di kantin perusahaan, dan mereka sekarang tinggal  di lingkungan perusahaan.Kedua buah hatinya juga bisa sekolah.  

“Ya Allah ampuni dosa kami, karena hamba-hambaMU penuh dengan dosa” 

“Ya Allah berikanlah petunjukMU agar kami dimudahkan dalam segala urusan” 

“Ya Allah berikanlah kami kesehatan, agar kami dapat terus beribadah kepadaMU” 

“Ya Allah bukakanlah hati kami, agar kami jadi hamba-hambaMU yang ikhlas dan pandai bersyukur” 

“Manusia hanya bisa berencana namun tetap Allah yang menentukan” 

“tidak sulit bagi Allah untuk mengubah kehidupan manusia,semudah membalikkan telapak tangan”

 

 Disadur dari emal sahabat.

 

 


 

 

17 November 2009

KEIKHLASAN

Bila dua sendok makan gula putih dimasukkan kedalam gelas, kemudian masukkan setengah sendok kopi bubuk dan tuangkan air panas, lalu aduklah.  Orang jawa menyebut minuman tersebut sebagai wedang kopi ( wedang artinya air panas ).  Gula putih yang kita campurkan kedalam minuman tersebut dan menyebabkannya terasa manis tidak pernah disebut namanya sebagai pelengkap nama kopi, menjadi kopi gula, tidak pernah ada nama itu.  Dan apabila gula, kopi,  air panas dan susu diaduk, orang menyebutnya sebagai kopi susu. Kembali nama gula tidak pernah disebut kendati rasanya berperan sangat significant.  Padahal tanpa gula, minuman  itu disebutnya kopi pahit.

Bila dua sendok makan gula putih dimasukkan kedalam gelas, kemudian tuangkan air panas dan celupkan teh, orang jawa menyebutnya wedang teh. Kembali nama gula tidak pernah disebut meskipun rasa gula sangat dominan didalam minuman itu. Apabila beberapa biji es batu kita masukkan kedalam minuman tersebut, maka wedang teh itu berubah namanya menjadi es teh. Kembali nama gula tidak pernah disebut lagi. Kalau toh ada orang yang mau menyebut agak lengkap disebutnya  es teh manis, dan bukan es teh gula.

Demikianlah kodrat gula.  Rupanya gula memang diciptakan dengan tingkat keikhlasan yang sangat tinggi.  Tidaklah perlu mengabadikan nama saya; yang penting sifat dan rasa saya bisa mewarnai dan bermanfaat bagi alam sekitar, demikian kira kira sifat gula tersebut. 

Bagi gula, nama tidaklah penting. Yang paling penting bagaimana sifat, fitroh dan manfaat gula bisa mewarnai kehidupan yang sangat beragam.  Inilah bentuk keikhlasan yang sangat tinggi.  Satu tingkatan yang sangat sulit dicapai oleh makhluk yang namanya manusia. Untuk bisa mencapai tingkat itu, diperlukan pemahaman yang dalam tentang hakekat hidup.  Apa yang kau cari kawan ? Demikianlah pertanyaan sangat sangat sederhana,  namun sulit sekali menjawabnya. Diperlukan perenungan yang sangat dalam, dan tidak cukup hanya ditingkat fikiran; tapi perlu perenungan yang mendalam.  Dengan merenung sejatinya kita mengingat kembali posisi kita sebagai makhluk yang kecil, yang lemah dan yang sangat tergantung ( dependent ) yang kehadirannya dimuka bumi mengemban satu amanah dalam kehidupan. Dengan merenungkan makna dan hakekah hidup, orang akan menjadi jauh lebih dewasa menyikapi hidup dan kehidupan.

Mari kita Lihat bagaimana kisah orang orang hebat, bagaimana  mereka bersikap lebih sopan; lebih rendah hati;  bukankah mereka selalu mementingkan misi ketimbang nama yang tersohor. Rupanya itulah rahasianya; dengan menemukan hakekat maka semua akan kelihatan begitu sederhananya.

Semoga menginspirasi... ( KSB 21.44 wib )

HIKMAH ....

Saya menilai teman saya ini sangat wise dan inspiring dalam menyikapi hidup. Pandangan dan pemikirannya sangatlah menyejukkan hati. Misalnya saja, ketika anak buahnya mengeluhkan banyaknya karyawan yg pindah "dibajak" perusahaan lain, dengan lembutnya dia mengatakan "kita harus bersyukur, berarti  kita bisa memberikan pekerjaan kepada orang lain yg masih nganggur". Memang teman saya ini tidak mau merekrut pegawai dari orang yang sudah punya pekerjaan. Lain waktu, beliau mengatakan, "sering kita tidak menyangka dan merasa tidak masuk akal, ada seorang yg bisa hidup di reruntuhaan gedung yang ratusan orang lainnya meninggal. Itu pasti berkat amal dan doanya dan doa dari orang lain yg menyayanginya, berarti dia itu orang yg baik dengan sesama.

Mendengar cerita ceritanya itu, saya teringat komentar seorang teman atas status up date saya di FB. Teman yang satu ini komentar, mas-kalau anti virus dikomputer itu bisa di set auto up date, bagaimana dengan anti virus fikiran dan hati kita. Apakah bisa di auto up date ?

Saya sangat yakin bahwa kitapun dilengkapi dengan fasilitas auto update yang jauh lebih hebat dari komputer. Dan seperti juga komputer, auto update hanya bisa jalan setelah di aktifkan auto updatenya. Terus bagaimana cara untuk bisa men setting auto up date di diri kita ? Tuhan mengajarkan kepada kita untuk memahami ayat2 ( tanda2  kebesaran ) Tuhan melalui hukum alam ataupun kejadiaan2 yg kita tangkap melalui panca indra kita. Kemudian pemahaman tersebut dicerna melalui "mata" prasangka baik dan bukan melalui prasangka buruk. Dengan demikian bisa difahami hikmah dibalik kejadian tersebut.

Newton, ketika melihat buah yang jatuh dari pohonnya, kemudian memikirkan kenapa buah tersebut jatuh ke bawah. Kenapa kalau daun jatuh yang juga kebawah tetapi jatuh dengan  kecepatan yang lebih lambat. Dia fikirkan tanda tanda Tuhan dan akhirnya lahirlah satu teori gravitasi.

Seandainya pemikiran Newton tersebut diikuti dengan perenungan mengapa buah yang jatuh tersebut kebanyakan adalah buah yang sudah tua; kenapa buah yang sudah tua warnanya berbeda; kenapa buah yang sudah tua tersebut rasanya juga berbeda dengan ketika masih muda. Kenapa buah katakan apel yang sejenis tapi berasal dari pohon yang berbeda  rasanya sama. Siapa yang ada dibalik semua itu ? Saya yakin; Newton akan menemukan tingkat spiritualitas yang sangat tinggi.

Bukankah Tuhan adalah dzat Yang Maha Mengetahui. Apa yg saat ini kita nilai baik, seminggu lagi belum tentu masih kelihatan/terasa baik, demikian juga sebaliknya, hal yang saat ini kita rasa musibah, bulan depan bisa kita rasakan hikmahnya. Hanya saja kita ini sering kali tidak sabar, sehingga tidak mampu menangkap hikmah.

Semoga menginsirasi ....

02 Oktober 2009

PERLUKAH MEREDIFINISI PEMAHAMAN KITA

Saat iedul fitri kemarin, kami sempat sholat di masjid Jami’ Kudus. Seperti biasa, jamaahnya meluber sampai di jalan dan alon alon. Kalau dibandingkan dengan tahun tahun lalu, sepertinya jamaah sholat ied tahun ini jauh lebih banyak.

Setelah pidato dari Bupati yang menyampaikan selamat hari raya iedul fitri kepada rakyatnya, kemudian dilanjutkan sholat ied dan diakhiri dengan khutbah. Ada hal yang mengusik saya – salah satu hadist yang dikutip adalah mengenai manusia itu tempatnya salah dan lupa. Tidak salah memang. Namun hadist itu yang kalau salah konteks nya bisa dipakai sebagai alasan orang untuk boleh salah dan lupa. Padahal menurut saya, manusia itu ciptaan Dzat Yang Maha Sempurna, yang tentu juga sangat  ( berpotensi ) sempurna ( manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna ), dan kalau sekarang masih sangat jauh dari sempurna, maka tugas kitalah yang mendekatkan ke kesempurnaan.

Saya pernah didatangi salah seorang teman. Dia merasa akhir akhir ini menjadi pelupa dan susah menyerap hal hal baru. Kemudian saya minta dia menceritakan kejadian saat ybs duduk di bangku SD ( berarti sudah lebih dari 30 tahun yang lalu ). Dan dengan lancar dan runtutnya dia ceritakan satu peristiwa.  Lho ... peristiwa 30 tahun yang lalu koq kamu masih ingat ? kata saya. Berarti kamu bukan pelupa dong. Iya mas, tapi untuk kejadian yang kemarin pun saya banyak yang sudah tidak ingat lagi, kata teman saya sedikit protes. Kemudian saya cerita bagaimana fungsi conscious dan unconscious mind, bagaimana proses pennyimpanan dalam memory, apa yang mengganggu dan menghalangi proses itu. Pointnya adalah kalau kita merasa/fikir sesuatu itu penting, maka sesuatu itu akan disimpan dengan sangat baik, sehingga tidak cepat lupa. Dan proses memorynya akan berjalan baik kalau kondisi kita relaks tidak tegang/stress. Alhamdulillah teman saya ini sekarang sudah menjadi officer.

Awal minggu ini, saya juga dengar ustadz di TV, ada satu kalimat yang  juga mengusik saya. Beliau sampaikan, manusia mukmin itu kaya juga boleh. Menurut saya, bukan hanya boleh, tapi harus kaya. Saya pernah sampaikan kepada ustadz di masjid dekat rumah saya.  Saya bilang, ustadz ..  Tuhan itu menyuruh kita untuk banyak memberi dan berbagi, apakah melalui zakat,shodaqoh, pengajaran, dsb.    Nah, untuk bisa banyak memberi dan berbagi, kita harus punya banyak dulu. Bagaimana mau memberi dan berbagi, kalau yang kita punyai juga sedikit ?  Bukankah diajarkan untuk mencari rezeki/kerja seakan kita akan hidup selamanya, dan beribadahlah seakan kita akan segera mati. Bukankah kita disuruh berhenti sejenak meninggalkan pekerjaan untuk menunaikan sholat jum’at dan setelah itu disuruh kerja lagi ? Jadi menurut pemahaman saya, kita ini dituntut untuk kerja keras, dituntut untuk sukses namun tidak mengingkari fungsi kita sebagai abdi Allah.

Sahabat, kayaknya kita harus meredifinisi atau mendalami ulang pemahaman kita tentang spiritualitas. Saya sering sedih saat puasa kemarin banyak teman yang beralasan sedang puasa ketika dikatakan koq loyo ? Bukankah Allah dan Nabi mengajarkan untuk bergegaslah/menyegerakan sesuatu – tentu yang baik baik; dan saya belum pernah mendengar/membaca nabi menganjurkan “tundalah”, “berlambat lambatlah” untuk mengerjakan sesuatu yang baik.

Semoga menginspirasi ... ( KSB jam 20.36 )

16 September 2009

AMAL BAIK

Dikisahkan; ada 3 orang pengembara yang sedang melintasi padang  pasir yang amat luas terserang badai yang amat dahsyat. Untuk menghindari amukan badai tsb.; ketiga pengembara kemudian berlarian masuk kedalam gua. Namun celakanya; begitu ketiganya baru masuk didalam gua, tiba-tiba satu satunya pintu masuk tersebut tertutup  batu yang amat besar.

 

Dengan kaget; mereka saling pandang dan merekapun berlarian menuju pintu yang telah tertutup  batu. Mereka memeriksa setebal apa batu yang menutup dan bagaimana cara keluar dari gua. Setelah sekian lama mereka mencoba menggeser batu, namun batu tersebut dengan kokohnya tetap diam tak bergerak ditempatnya. Akhirnya merekapun tidak dapat menemukan cara atau jalan keluar dari gua. Dengan setengah putus asa; mereka menyandarkan badannya di dinding gua.

 

Dengan lirih salah satu orang berkata; marilah kita memohon kepada Tuhan untuk membukakan pintu ini. Kita memohon kepada Nya dengan perantaraan amalan baik yang pernah kita lakukan. Ya sudah kamu sendiri saja yang memulai; kata orang kedua sambil tetap menyandarkan badannya didinding gua.

 

Dengan mengatur duduknya; menundukkan kepala – agar khusuk – orang pertamapun mengangkat tangannya. Ya Tuhan; begitu dia memulai berdoa. Saya adalah seorang kepala keluarga. Di rumah saya tinggal istri; anak dan orang tua saya. Saya sangat menghormati dan menghargai orang tua saya. Saya tidak pernah mengijinkan makanan yang saya bawa di makan oleh istri maupun anak saya; sebelum orang tua saya memakannya. Satu hari saya pulang telat. Begitu saya masuk rumah saya dengar anak-anak saya menangis. Mereka menangis karena lapar Tuhan. Melihat saya pulang dengan membawa makanan; merekapun berlarian dan berusaha mengambil makanan yang saya bawa. Makanan tsb. Tetap tidak saya kasihkan kepada mereka. Saya kemudian mencari orang tua saya untuk menikmati makanan yang saya bawa. Tapi sayang orang tua saya ternyata sudah tidur. Melihat neneknya tidur; anak2 saya merengek untuk minta makanan tsb. Saya katakan kepada mereka; makanan ini hanya boleh mereka makan kalau nenek sudah memakannya. Anak2 sayapun tambah keras tangisnya. Mendengar anak saya yang nangis keras; orang tua sayapun terbangun. Dan sayapun segera menyuguhkan makanan yang saya bawa kepada beliau. Setelah beliau makan sekedarnya; beliau menyuruh saya untuk memberikan makanan itu kepada anak dan istri saya. Tuhan; apabila perbuatan itu Kau nilai sebagai amal baik; kami mohon bukakanlah pintu gua ini; demikian orang pertama menyelesaikan doanya. Dan tiba-tiba  batu itupun bergeser sedikit , dan pintupun terkuak sedikit.

 

Kini giliran kau yang berdoa; demikian pinta orang pertama kepada orang kedua.

 

Orang keduapun kemudian mengatur duduknya; berusaha bersikap khusuk; dan kemudian mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Ya Tuhan kami. Saya adalah pedangang. Saya sangat mencintai seorang gadis tetangga saya. Namun gadis tsb. Menolak cinta saya. Satu waktu; didaerah kami dilanda paceklik. Hanya saya yang masih punya simpanan bahan makanan. Masyarakatpun berduyun-duyun membeli bahan makanan kepada saya. Mereka saya layanani dengan baikl; kecuali si gadis yang saya cintai. Kepada dia saya katakan; saya tidak akan menjual bahan ini kepada keluargamu. Saya hanya mau ngasih gratis kepada mu dengan syarat kau mau tidur dengan ku. Setelah berkali-kali menolak; gadis itupun akhirnya menyerah. Saat kami berdua didalam kamar. Dia mengatakan saya terpaksa mau melayanimu karena saya tidak tahan melihat orang tua dan adik-adikku sengsara kelaparan; gadis itu berusaha mengiba kepadaku. Akupun tetap tidak peduli dengan ibaan tsb. Saat kami sudah saling berdekatan; gadis tsb. Dengan lirih berkata; Tidak kah Tuan takut kepada Tuhan ? Mendengar kalimat tsb. Sayapun terkejut dan mundur seketika. Saya kemudian bersujud dan memohon ampun kepada Tuhan. Kemudian gadis itu saya beri bahan makanan gratis tanpa syarat apapun. Tuhan; kalau perbuatan menahan nafsu saya tersebut Kau nilai sebagai amal baik; maka bukakanlah pintu itu; demikian orang kedua mengakhiri doa nya dengan menunjuk kearah pintu. Dan pintupun terkuat sedikit.

 

Kini giliran orang ketiga yang disuruh berdoa.

 

Ya Tuhan. Saya adalah seorang pedagang. Saya mempunyai beberapa karyawan.  Suatu hari ada seorang karyawan saya yang mengundurkan diri tanpa sempat mengambil gajinya. Beberapa tahun kami tunggu namun belum juga datang mengambil gajinya. Kemudian kami putuskan untuk mempergunakan gaji yang tidak seberapa besar itu untuk membeli kambing. Kambing tersebut akhirnya beranak pinak. Kami akhirnya kerepotan untuk memelihara kambing yang sekarang jumlahnya sudah menjadi amat banyak. Kami putuskan untuk menjual beberapa ekor kambing dan hasil penjualan kambing tersebut kami pergunakan untuk menggaji seseorang yang akan memelihara dan menggembalakan kambing-kambing tersebut.

 

Suatu hari mantan karyawan tersebut datang kepada ku untuk mengambil gajinya. Saya katakan ambillah semua yang ada di ladang depan tersebut, itulah gajimu. Saya tidak pernah mengambil sepeserpun hasil dari gajimu untuk keperluanku. Ya Tuhan; kalau perbuatanku mengemban amanah tersebut Kau nilai baik; maka bukakanlah pintu itu. Dan pintupun akhirnya terbuka. Dan ketiga pengembara kini bisa keluar dari gua.

 

Sahabat; marilah kita renungkan sudah adakah perbuatan baik kita yang nantinya akan dapat menyelamatkan kita. Adakah hasil karya kita yang suatu saat dapat membantu kita saat kita menghadapi kesulitan.

 

Semoga menginspirasi.

 

08 September 2009

MEMPERSAUDARAKAN

Sesaat setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah, hal pertama yang dilakukan oleh Rosulullah Saw adalah membangun persatuan dan kesatuan antara kaum muhajirin ( kaum pendatang ) dan kaum Anshar ( kaum asli Madinah ) dengan program “mempersaudarakan”. Setiap satu orang Anshar diminta mengangkat satu orang muhajirin sebagai saudara,  dengan perlakuan selayaknya saudara kandung. Bahkan hampir semua yang dipersaudarakan ini tinggal satu rumah dan berkerja bersama.

 

Tercatat satu kisah seorang Anshar yang dipersaudarakan dengan seorang Muhajirin berkata : Saudaraku, kau kini telah menjadi saudara bagi keluargaku. Aku mempunyai banyak harta. Harta itu akan aku bagi dua denganmu sama banyaknya. Aku juga mempunyai dua orang istri, kalau kau mau,  pilihlah salah satu darinya yang kau suka. Saya akan menceraikan dia dan setelah masa iddahnya selesai kawainilah. Dijawab oleh orang Muhajirin yang dipersaudarakan itu, Saudaraku, itu tidak penting, sekarang tunjukkanlah kepadaku dimana letak pusat pasar kota disini.

 

Setelah ditunjukkan pasar kota tsb, orang Muhajirin tsb kemudian berdagang tepung dan minyak zaitun.  Setelah beberapa saat akhirnya orang Muhajirin tsb mempunyai harta yang cukup dan mengawini seorang wanita anshar yang bukan istri dari saudara tsb.

 

Dengan program mempersaudarakan tsb, perekonomian Madinah berkembang pesat berkat synergy antara kaum Muhajirin yang mahir berdagang ( kebanyakan penduduk Makkah adalah pedagang ) dan kaum Anshar ( kebanyakan penduduk Madinah adalah petani dan peternak ).

 

Ini adalah contoh program yang telah sukses dan dicontohkan Rosulullah.  Kondisi ini bisa diterapkan di tempat kerja kita pasca merger. Sudahkah kita mempersaudarakan  yang dari Eni dan dari Eli ? Bukankah mereka mempunyai kelebihan masing masing yang bisa saling melengkapi ?

 

Semoga menginspirasi.

 

Agar tidak usah dibahas mana yang muhajirin mana yang anshar ya ..... ( waiting room juanda 10.45 )

 

 

25 Agustus 2009

RISIKAH; BANGGAKAH ?

Hari pertama puasa, diberitakan di salah satu surat kabar di Jawa Timur - ada seorang tahanan titipan kejaksaan yang dilantik menjadi anggota DPRD. Berita tersebut dilengkapi dengan foto anggota dewan dan pengawalnya ( tentu dari penegak hukum ).

Kalau dahulu, sebagai anggota dewan, selalu sebutannya adalah anggota dewan yang terhormat. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan anggota dewan tadi saat mendengar disebut yang terhormat ? Risihkah; banggakah, atau biasa saja ? Atau barangkali di Indonesia, sebutan yang terhormat sudah tidak ada maknanya lagi ?

Marilah kita sedikit perhatikan berita berita di TV atau medai lain.

 Ada seorang atau bahkan banyak orang pejabat yang ketika ditetapkan sebagai tersangka, dan di masukkan dalam tahanan, malah melambaikan tangannya kepada wartawan. Banggakah ? Risikah ? atau biasa sajakah ?

Ada seorang atau bahkan banyak orang TOP yang ketika dibebaskan dari penjara karena terbukti korupsi, membunuh atau tindak kejahatan lainnya langsung menggelar koferensi pers. Rupanya masa penyesuaian dan rehabilitasi di masyarakat setelah lama dipenjara sudah tidak diperlukan lagi saat ini. Bahkan ada yang dengan percaya dirinya mau mencalonkan diri sebagai ketua partai besar. Dan anehnya tidak ada reaksi dari masyarakat ataupun kalau ada sangatlah sedikit jumlahnya.

Saya juga tidak habis mengerti; beberapa kali saya menjumpai seorang laki laki muda memakai kaos warna hitam yang dipunggungnya bertuliskan “TAHANAN CIPINANG”. Risihkan ? Banggakah ?

Acara reality show; saat ini banyak disiarkan oleh stasiun TV swasta. Isinya banyak mengekspos “wadi” ( kejelekan/rahasia ) keluarga. Koq ya banyak saja pesertanya “DIUMBAR WADINYA”.

Sahabat, sudah separah itukah moral masyarakat kita ? Sudah begitu permisivekah terhadap hal hal negative ?

Marilah kita renungkan; Kita sebagai wakil Tuhan dimuka bumi ini; apa yang dapat kita lakukan untuk paling tidak mengerem atau mengurangi laju kemerosotan moral seperti ini. 

Semoga menjadi bahan renungan bersama ..... ( Klampis Semolo Barat : 21.35)

11 Agustus 2009

APAKAH ADA JAMINAN ?

APAKAH ADA JAMINAN ?

Ketika saya dinas di Jakarta tahun lalu; ada seorang sahabat karib saya yang mempunyai kebiasaan “luar biasa” dimata saya. Mengapa luar biasa ? Karena dia selalu mengerjakan sholat Isya’nya dikantor ( kalau sudah masuk waktunya dan belum pulang ), sedangkan saya, sudah terbiasa - sholat Isya’ nya selalu dirumah. Sekalipun pulang dari kantor sudah jam 23.00, tapi tetap saja saya mengerjakan sholat Isya’ nya dirumah. Pikir saya, sholat itu menghadap Yang Maha Suci, jadi sebaiknya ( toh sempat juga kalau dirumah ) saya bersih bersih badan dahulu, kemudian sholat dan langsung tidur dalam keadaan masih berwudlu dan segar.

Suatu waktu kita ngobrolin kebisaan dia itu. Dia cerita kalau dia mengusahakan agar sebelum meninggalkan kantor selalu menunaikan sholat Isya’ dulu. Kemudian saya tanya kenapa gak nunggu sampai dirumah saja ? Memangnya ada jaminan kalau kita bisa sampai rumah mas, jawabnya. 
Duengggg ..... betapa kagetnya saya. Jawaban yang sangat sederhana tapi maknanya Luar Biasa.

Apakah ada jaminan ??? Itulah cerminan “creating sense of crisis atau creating sense of urgency”. Apakah betul betul ada krisis ? Bukan. Namanya saja creating sense of ... 

Dalam konsep motivasi, salah satu faktor yang dahsat dalam motivasi adalah adanya “keterdesakan” adanya “ancaman”. Faktor ini lebih dahsat daya dorongnya daripada faktor hadiah. Istri saya sering mengingatkan anak anak agar belajar sekarang; siapa tahu pas mau ada test ada pemadaman listrik atau tidak enak badan. Dia berusaha menciptakan “apakah ada jaminan” ; creating sense of crisis.

Saya teringat masa kuliah. Saat saya ambil mata kuliah maksimal, dan di semester itu kegiatan saya padat; biasanya Index Prestasi saya tinggi. Kenapa ? Karena saya selalu terhantui bahwa besuk tidak ada waktu banyak untuk belajar; jadi setiap saat saya menyempatkan baca buku; meskipun terkadang mata sudah ngantuk. Saya telah masuk pada “ tidak ada jaminan besuk sempat”. Sebaliknya ada satu semester yang saya hanya mengambil sisa mata kuliah yang tinggal empat mata kuliah dan di semester itu saya tidak banyak kegiatan; justru index prestasi saya berada pada level yang paling rendah. Kenapa ? Karena saya telah terjebak dengan perasaan besuk masih ada waktu luang untuk belajar. Dan yang terjadi .... akhirnya Sistem Kebut Semalam.

Apabila perasaan “apakah ada jaminan” atau creating sense of crisis ada disetiap langkah kita; rasanya tidak akan ada tugas dan kewajiban kita yang terlambat. Kebiasaan untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban menjelang dead line tidak pernah terjadi. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya menciptakan perasaan tersebut ? Menurut saya, merenungkan atas kejadian yang kita alami, yang dialami oleh saudara kita, teman kita dan kejadian alam lainnya akan memperkaya khasanah perasaan dan hati. Bukankah dengan merenung akan dapat mendengarkan kata hati ? Merenung dan tidak sekedar memikirkannya .....

Manfaatkan 5 hal sebelum datangnya 5, itulah hadis nabi yang kemudian dilagukan oleh Rhoma Irama. Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa tuamu ( tidak ada jaminan sempat menjadi tua ); Manfaatkan masa sehatmu sebelum masa sakitmu ( tidak ada jaminan bisa sembuh ), Manfaatkan masa kayamu sebelum miskinmu ( tidak ada jaminan kaya terus ); Manfaatkan waktu senggangmu sebelum datang waktu sempitmu ( tidak ada jaminan senggang terus ); Manfaatkan masa hidupmu sebelum datang waktu matimu ( tidak ada jaminan nanti kita masih hidup ).

Semoga menginspirasi ...... ( Makasar 22.40 )


09 Agustus 2009

SYUKUR

Dikisahkan sepasang suami istri baru saja melangsungkan pernikahan. Si suami didalam cerita itu digambarkan sebagai seorang laki laki yang pendek dan jelek, sedangkan si istri di gambarkan seorang perempuan yang cantik jelita. Suatu hari si istri yang cantik jelita itu berdandan, sehingga kelihatan cuantik tik tik …… Melihat istri yang begitu cuantik tik tik dengan begitu kagum dan takjubnya, si suami berucap Syukur kehadirat Tuhan karena telah diberikan istri yang begitu cantiknya. Mendengar sang suami mengucap syukur, kemudian si istri berdoa, Ya Tuhan semoga perkawinan kami ini dapat mengantarkan keluarga ini menuju surga Mu. Permudahlah suamiku bersyukur karena telah diberikan nikmat istri, dan permudahlah diriku bersabar untuk melayani suami dengan setulus hati. Bukankah orang yang pandai bersyukur dan bersabar itu dekat dengan surga Mu ya Tuhan.

Demikian kira kira penggalan cerita yang disampaikan oleh salah satu ustad Pondok pesantren Langitan dalam khutbah nikah seorang saudara saya. Dijelaskan bahwa dengan bekal syukur dan sabarlah seorang bisa tenang hidupnya. Dengan syukur dan bersabarlah orang akan dengan gampang menguak tabir rahasia Tuhan. Dengan syukur dan sabarlah seorang dengan gampang akan memilah mana yang merupakan kebutuhan hidup mana yang merupakan keinginan dan hawa nafsu. 

Sahabat, marilah kita renungkan apakah pasangan kita, teman kita, lingkungan kita akan masuk surga lewat pintu syukur atau pintu sabar menghadapi dan melayani diri kita ? Kalau lewat pintu syukur berarti kita ini nikmat bagi mereka, kalau lewat pintu sabar berarti kita ini …….. he he he

Semoga menginspirasi ……. 

03 Agustus 2009

Mbah Surip dan filosofi air.

Kalau kita terbang diatas pulau Kalimantan dan kebetulan duduk di dekat jendela, maka kita dapat melihat sungai yang begitu lebar berkelok kelok diantara warna hijau hutan belantara. Demikian juga ketika saya minggu ini mau mendarat di airport Kuala Lumpur, dari atas kelihatan sungai yang berkelok kelok, indah sekali. Ustad saya pernah bertanya mengapa sungai itu selalu berkelok kelok dan tidak ada yang lurus seperti jalan tol. Mungkin kurang indah dilihat kali ya ?

Air, sebagai ciptaan Tuhan mempunyai fitrah selalu mengalir dari daerah tinggi ke daerah rendah, selalu mengalir dari daerah pegunungan dan berakhir di laut. Mekipun kita pompa ke atas pun akhirnya juga akan mengalir ke bawah. Begitu taatnya air terhadap fitrah yang diberikan Tuhan kepadanya. Kalau seandainya ada barang yang menghalanginya untuk mentaati fitrahnya, maka barang tersebut akan disingkirkan dengan sekuat tenaga, sehingga seringkali kita jumpai ada pohon tumbang, tanah longsor, rumah ambruk karena telah menghalangi air dalam memenuhi fitrahnya. Bagaimana kalau barang yang menghalangi perjalananya sangat kuat, air akan mencari jalan keluar yang lain, dia akan mencari jalan yang berbeda. Itulah sebabnya sungai selalu berkelok kelok. Begitu besar perjuangannya, tidak pernah mengenal lelah dan tidak pernah mengenal menyerah. Begitu besar perjuangan air dalam mentaati perintah Tuhan. Bahkan dengan berkelok keloknya sungai itu telah membuat sungat menjadi lebih panjang, yang berarti tanah yang dilewati sungai menjadi lebih banyak, yang berarti tanah yang subur dari manfaat sungai menjadi lebih luas. Itulah salah satu hikmah berkelok keloknya sungai disamping kelihatan indahnya tadi.

Bagaimana dengan mbak Surip dengan lagunya Tak Gendong. Kalau dilihat dari wajah, mohon maaf mbah Surip bukan termasuk artis yang bisa dijadikan idola, dari segi suara juga tidak ada istimewanya, dari segi lirik lagunya, sama sekali tidak ada maknanya. Terus bagaimana ceritanya mbah Surip bisa tersohor seperti saat ini ?

Konon lagu Tak Gendong telah diciptakan tahun 1983. Sejak saat itu mbah Surip telah menawarkan lagu itu kepada beberapa perusahaan rekaman, tapi tidak satupun yang mau menerimanya. Mbah Surip tidak kenal menyerah. Ditawarkannya terus lagu ciptaannya yang menurut mbah Surip sangat bagus itu kemana mana. Baru pada tahun 2007 ada satu produsen yang mau menerimanya. Tidak tahu apakah karena terpaksa menerima atau karena apa, tapi kenyataannya baru pada tahun 2009 lagu tersebut diedarkan, dan meledak ...... sangat populer.

Rupanya mbah Surip meneladani filosofi air, tidak kenal lelah tidak kenal menyerah. Ditolak sekali maju lagi, ditolak lewat jalan satu, dia coba jalan satunya lagi. Bahkan kabarnya syairnyapun mau dikompromi untuk sedikit direvisi agar kelihatan mengikuti perkembangan jaman. Itulah mbah Surip dengan filosofi airnya. Mbak Surip sadar betul dengan fitrah manusia. Bahwa manusia diciptakan untuk meraih sukses. Tentu kalau Tuhan memfitrahkan seperti itu, pastilah Tuhan juga melengkapinya dengan instrumen untuk sukses. Dan mbah Surip telah membuktikan bahwa kesuksesan nyanyiannya tidak “hanya” tergantung pada wajah elok rupawan, suara merdu merayu seperti yang ditampilkan oleh penyanyi sukses selama ini. Mbah Surip seakan menyadarkan kita semua bahwa dengan kegigihan kesuksesanpun bisa diraih, tentu juga dengan bantuan Tuhan lewat doanya.

Dimana ada kemauan disitu ada jalan ...... enak tho ... mantap tho .... tak gendong kemana mana ..... tak gendong kemana mana.

Semoga menginspirasi ( KLIA 16.25 waktu setempat ).

09 Juli 2009

HILANGNYA KEBAHAGIAAN

Dikisahkan, ada raja merasa terkagum kagum melihat seorang rakyatnya yang hidup begitu damai dan tenteram. Kalau dilihat dari penghidupannya sehari hari, rakyat tersebut yang bernama Djamal tidaklah berkecukupan, bahkan dapat dikatakan jauh dari cukup. Dia hanyalah seorang buruh tani dengan seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil kecil. Dia tinggal di gubug kecil didekat sawah. 

Bila dibandingkan dengan dirinya, bagaikan langit dan bumi. Dia seorang raja yang sangat berkecukupan. Ibaratnya semua yang diinginkannya dapat dipenuhi. Dia punya kekayaan materi yang sangat banyak, yang kalau dimakan untuk tujuh turunanpun tidak bakal habis. Dia ditemani seorang istri yang sangat cantik dan 2 orang anak yang sangat tampan. Dia hidup didalam istana yang sangat mewah. Namun demikian, hidupnya selalu gundah gulana, tidak se tenteram dan se bahagia Pak Djamal.

Di suatu sore, ketika dia bersama penasehatnya, dia ceritakan isi hatinya tersebut. Diapun mengutus si penasehat untuk menyelidiki apa rahasia hidup pak Djamal sehingga dalam ketidak cukupanpun dia bisa hidup begitu bahagianya.

Mohon Tuan raja memberikan kepada hamba 100 keping uang emas dan lihatlah apa yang terjadi, begitu kata si penasehat. Setelah mendapat 100 keping uang emas, satu keping uang dipecah menjadi 2 bagian. 99 keping uang yang masih utuh ditambah dengan separo keping kemudian oleh sipenasehat dimasukkan dalam kantong hitam. Pada malam hari, dengan sembunyi sembunyi dibawalah kantong hitam tersebut ( setelah dibagian bawah kantong dilobangi sedikit ) kerumah Pak Djamal dan diletakkan dipojok pekarangan rumah.

Keesokan hari, kantong hitam tersebut ditemukan oleh Bu Djamal ketika dia membersihkan pekarangan. Setelah membuka kantong hitam, Bu Djamal terduduk lemas melihat begitu banyak keping emas yang ada didalamnya. Dengan berteriak dipanggilnya Pak Djamal. Setelah tenang, dihitunglah jumlah keping emas yang ada didalam kantong. Ditemukan 97 keping dan separo keping uang emas. Pak Djamal kemudian meminta Bu Djamal menunjukkan dimana kantong tersebut ditemukan. Dan ternyata didekat lokasi ditemukannya kantong itu, ditemukan satu keping lagi. Setelah dicari cari ditemukan satu keping lagi. Wah kalau begitu masih banyak keping uang yang tercecer, begitu gumam Pak Djamal. Kalau gitu kita cari lagi Bu, ajaknya.

Seharian Pak Djamal dan Bu Djamal mengitari pekarangan dan menyingkap setiap batu yang ada dipekarangan rumahnya, bahkan sampai pada jalan didepan rumahnya untuk mencari keping emas yang tercecer. Ayo, jangan malas tho Bu, kita harus cari lagi keping emas yang tercecer, pasti masih ada yang tercecer, minimal masih separo keping. Tidak mungkin hanya 99,5 keping. Gitu aja malas, gerutu Pak Djamal dengan sedikit jengkel melihat Bu Djamal hanya duduk duduk. Setelah menjelang malam, Bu Djamal mengingatkan Pak Djamal untuk mandi dan berhenti mencari kepingan uang. Namun Pak Djamal dengan emosi membentak Bu Djamal, satu perilaku yang selama ini tidak pernah dilakukan suami istri ini. Malampun Pak Djamal masih memikirkan uang keping yang disangkanya masih tercecer, dan dia tidak menghiraukan lagi anak dan istrinya. Hari demi Hari hubungan antar Pak Djamal, Bu Djamal dan anak2 nya tidak sedekat dulu lagi. Pak Djamal masih memikirkan bagaimana caranya menemukan keping uang emas yang masih tercecer.

Melihat kejadian itu, kemudian si penasehat mengatakan kepada sang Raja. Tuanku, begitulah kalau orang hanya memikirkan apa yang belum diperoleh. Padahal mereka telah memperoleh 99,5 keping, tapi masih menganggap ada kepingan yang tercecer. Itulah bedanya Pak Djamal dulu dengan Pak Djamal sekarang. Kalau dulu, Pak Djamal focus pada apa yang telah diperoleh dan dipunyai, yang telah menjadi haknya. Pak Djamal sekarang focus pada apa yang belum diperolehnya, yang dikiranya sudah menjadi haknya.

Semoga menginspirasi ... ( htl century jam 05.20 ).

24 Mei 2009

JALAN YANG TIDAK RATA

Anak anak memang keingin tahuannya sangat besar. Ketika diajak jalan-jalan pasti banyak hal yang ditanyakan, bahkan seringkali “terasa menjengkelkan”.
Suatu saat, ketika saya ajak mereka pergi ke Malang, dijalan tol Surabaya – Gempol ( sebelum ada bencana lapindo ), sebelum daerah Sidoarjo – jalan tol yang mulus dan lurus itu – diberikan sesuatu – saya tidak tahu terbuat dari apa – tapi yang jelas ada efek getarnya. Ketika kendaraan melaju kencang diatas jalan yang mulus, lurus itu – yang seringkali membuat penumpangnya tertidur – tahu tahu sepanjang kurang lebih 15 meter, ban kendaraan itu berbunyi drel drel drel sehingga kendaraannyapun bergetar. Anak anak pada protes, kenapa sih jalan sudah bagus bagus koq dibuat kasar gitu ? Nah kemudian kami – saya dan istri – kebagian menjelaskan.

Coba kamu perhatikan, demikian istri saya mulai menjelaskan, ketika kita masuk tol waru sampai sebelum jalan yang kamu katakan dibuat kasar itu, siapa saja dimobil yang tidak tidur ? Khan hanya papa yang tidak tidur – itupun karena papa harus nyetir. Semua penumpangnya tertidur. Dengan dibuat bergetar, kita akhirnya terbangun khan ? Tapi ma, khan mengganggu orang yang sedang tidur, protes anak ke dua saya. Iya, lebih baik kita yang terbangun daripada papa yang nyetir ikut tertidur. Iya khan ? demikian penjelasan istri saya.

Sahabat, marilah kita renungkan. Bukankah itu seperti kehidupan keseharian kita ? Siapapun yang masih hidup pastilah mengalami dan melalui goncangan goncangan. Mulai dari yang kecil, sedang sampai yang besar, yang semuanya bersifat relatif. Mudah mudahan kita menyikapinya tidak seperti anak saya, jalan yang dibuat kasar itu dianggapnya mengganggu kenikmatan tidurnya, tapi seperti istri saya yang menganggapnya sebagai media agar sang sopir tetap konsentrasi dan focus pada tujuan.

Semoga menginspirasi ...... ( apartement kristal, 24 mei 09 – 20.57 )

14 Mei 2009

Waktuku istirahat ...



13 April 2009, jam 9.36 pagi, telepon berdering, membawa berita duka, salah seorang kawan saya hari ini diberikan ujian, anaknya dipanggil oleh Tuhan. 6 tahun, 3 bulan, 10 hari usianya . Usia yang semestinya hanya menyisakan keindahan, kelucuan dan kebahagiaan saja.



Saya membantu memegang jenasahnya dan menurunkannya ke liang lahat, dan ayahnya langsung yang menguburkannya. Ketabahan seorang ayah, saya lihat hari ini.



Sebelum jenasah dikuburkan, beliau berkata, bahwa usia 6 tahun adalah usia dimana anaknya masih belum baligh, belum mengenal istilah dosa, halal dan haram. Argonya belum jalan. Sehingga tidak perlu dimintakan maaf, kecuali maaf dari orang tuanya.



Bahwa kematian sang anak adalah nasihat yang sangat luar biasa, nasihat yang tidak ada lagi nasihat setelahnya.



Saya jadi teringat keluarga saya, betapa banyak waktu yang saya sia siakan, waktu yang seharusnya saya gunakan untuk anak anak saya, untuk istri saya, betapa masih banyak waktu yang belum maksimal saya gunakan untuk kebahagiaan mereka. Malah mungkin ada banyak waktu dimana saya mengecewakan mereka.



Saya masih sering kalah oleh kelelahan saya, oleh rasa kantuk saya, egoisme keinginan saya, sehingga saya berhenti bermain dan tidak memberikan mereka waktu saya.



Padahal, seharusnya saya bisa lebih berbagi. Jam 5.30 pagi saya ke kantor, dan sering sampai rumah jam 9 malam. Jam 11 kadang sudah tidur. Jadi hanya 2 jam untuk keluarga. 16 Jam di kantor, dan 6 jam untuk diri saya sendiri karena saya tidur. Betapa egois dan tidak proporsionalnya.



Ketika menurunkan jenasah siang tadi, saya tahu, sang anak beristirahat selama lamanya. Istirahat dari semua permainannya. Dan saya ? kenapa saya harus mengorbankan waktu keluarga saya karena saya mengantuk, lelah dan ingin beristirahat ? bukankah kelak saya akan punya waktu dengan cara beristirahat di liang lahat ?



Seharusnya saya tahu, seharusnya saya lebih meluangkan waktu untuk keluarga saya, karena saya masih punya waktu untuk beristirahat nanti, di sana, di liang lahat. Jika saya memberikan semuanya untuk keluarga saya, mustinya saya bisa beristirahat dengan baik di liang lahat.



Karena saya bisa tersenyum dan bercerita pada malaikat maut, bahwa saya sudah melakukan tugas saya dengan baik, tugas yang semestinya dan seharusnya saya lakukan. Keluarga !



Tuhan, beri saya kesempatan ….
( dari kiriman email seorang sahabat, thanks friend )

CARA PANDANG

Pak, komputer saya koq gak bisa ganti layar, padahal sudah saya enter berkali kali. Demikian keluhan petugas lapangan kepada help desk.

Setelah bertanya beberapa hal, petugas help desk akhirnya mengetahui bahwa petugas lapangan tersebut salah click menu. Hal yang biasa terjadi pada saat awal implementasi komputerisasi.

Dengan penuh kesadaran bahwa salah menu itu biasa terjadi di awal implemntasi, maka dengan penuh kesabaran pula petugas help desk memandu petugas lapangan. Bapak .... kayaknya bapak salah ngeclicknya, jadi sekarang bapak keluar dulu ya... demikian petugas help desk mulai memandu. Baik pak, demikian sahut petugas lapangan. Beberapa detik kemudian petugas help desk menanyakan kembali : Sudah keluar Pak ? yang dijawab oleh petugas lapangan : belum, sebentar lagi pak. Nah, sekarang sudah pak, teriak petugas lapangan. Ok, coba sekarang lihat bagaimana tampilan dilayarnya ? Wah, sebentar Pak, kalau gitu saya masuk lagi ya !! Lho... kamu dimana ? Khan Bapak tadi minta aku keluar, ya sekarang masih dihalaman tho Pak. !!!?????@@@

Sahabat, bagaimana penilaian anda terhadap petugas lapangan diatas ? Coba tulislah penilaian anda tadi.

Sekarang kalau saya katakan bahwa petugas lapangan tadi berada di satu daerah terpencil. Berubahkah penilaian anda terhadap petugas lapangan itu ?

Kalau saya tambahkan informasi bahwa petugas lapangan itu saat ini telah berumur 60 tahun dan selama lebih dari 40 tahun telah mengabdikan dirinya menjadi penjaga gardu yang hanya menulis aktifitasnya di buku besar ( log book ). Bagaimana penilaian anda ? Berubahkah ?
Sahabat, saya kira kejadian yang hampir serupa sering kita temui dalam kehidupan sehari hari, yang menyebabkan kesalahan fahaman, bahkan seringkali sampai mengakibatkan salah menyalahkan yang berpengaruh pada hubungan pribadi. Paradigma dan persepsi yang salah akan mengakibatkan respond yang salah pula.

Teman saya pernah mengatakan : Orang baru baca kata pengantarnya koq sudah berani menyimpulkan isi bukunya yang setebal 350 halaman. Seek first understand to be understood, Berusaha mengerti lebih dahulu, baru dimengerti. Memang sulit, perlu kesabaran, perlu tenggang rasa.

Semoga menginspirasi ...... ( juanda, 08.40 wib )

24 Maret 2009

CINTA SEJATI -

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka menikah sudah lebih 32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata "Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan
keluar dari bibir bapak...bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".

Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka.

"Anak2ku .... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah....tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian….sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini.

Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno.

Merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno. D
engan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.

Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2..
disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak Suyatno bercerita.

"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan.

Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..

Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama…dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,"

disadur dari: SSK

KOMUNIKASI

Begitu mendapat kabar ada helicopter jatuh, si reporter kita – Abdi – nama panggilannya, segera meluncur kelokasi. Sesampai di lokasi, didapatinya badan helikopter yang sudah di tutup terpal dan di police line, sehingga sang reporter kita ini tidak dapat mendekat. Dari keterangan petugas, diketahui 1 pilot dan 1 penumpang saat ini dirawat di RS terdekat. Maka meluncurlah Abdi ke RS. Sesampai di RS dengan mudah ditemuinya sang pilot. Inilah wawancaranya.

Abdi : Apakah Bapak pilot helikopter yang jatuh itu ?
Pilot : Iya, betul
Abdi: Sebelum menerbangkan helikopter tsb. memangnya Bapak tidak melakukan pengecekkan terlebih dahulu ?
Pilot : Mas, itu prosedur tetap, yang tidak boleh diabaikan. Semua saya sudah cek, kondisinya ok.
Abdi : Lha, terus kenapa bisa jatuh ?
Pilot : Tanya aja pada penumpangnya, itu yang di sebelah sana, yang kaki dan tangannya di perban semua.


Abdi : Apakah Bapak penumpang helikopter yang jatuh itu ?
Penumpang : Betul mas.
Abdi : Bisa diceritakan bagaimana jatuhnya pesawat itu ?
Penumpang : Begini lho mas, sebelum terbang saya khan tanya kepada pilot apa gunanya tombol tombol yang ada di cockpit. Kemudian pilot menjelaskan kalau Tombol yang hijau itu untuk menghidupkan kipas, tombol kuning untuk komunikasi, dsb. Nah, setelah helikopter terbang, saya merasa kedinginan, maka saya matikanlah itu tombol hijau, tombol kipas, dan seketika itu pula helikopter jatuh.
Abdi : kipas yang dimana yang bapak matikan ?
Penumpang : Itu lho mas, kipas besar yang ada di atas helikopter.

Ha ha ha ..... itulah cerita yang saya dapat di lantai 10. Biasanya untuk mengusir kejenuhan, beberapa teman suka cerita yang lucu, dan biasanya menceritakan kekonyolan seseorang. Saya sangat terinspirasi dari cerita itu. Saya membayangkan saat proses merger nanti,cerita seperti itu bisa saja terjadi, tentu saja dengan kondisi dan situasi yang berbeda.

Pada saat learning process, banyak istilah yang biasa di LB namun asing bagi BN atau sebaliknya. Oleh karena itu kita harus hati hati untuk menjelaskan. Samakan pengertian terlebih dahulu agar tidak terjadi misunderstanding. Jangan sampai baling-baling di bilang kipas, mati deh ...... Thank you friend atas ceritanya.

Semoga menginspirasi ......... ( Mampang Raya )

14 Maret 2009

PENTINGNYA MERASA PENTING

Seminggu sebelum hari raportannya Ikal dan Arai, Bapaknya begitu sibuk mempersiapkan diri, khususnya mengenai pakaian yang akan dikenakannya pada hari yang sangat penting, hari dimana anak kandungnya dan anak angkatnya mau menerima hasil belajar selama setahun. Maklum raport tersebut harus diambil oleh orang tua atau wali murid.

Bapak mengeluarkan baju safari dengan empat saku yang sebetulnya sudah tidak baru lagi. Baju itu direndam dengan daun pandan supaya bau wangi dan diseterika – meskipun dengan seterika arang - biar licin. Begitu juga sepatu. Sepatu yang belum tentu setahun sekali dipakai itu di jemur, dibersihkan dan disemir. Bapak pada hari H akan duduk di kursi nomor 3, yang artinya Ikal masuk the best 3 dan juga kursi nomor 5 sebagai wali murid dari Arai, yang artinya Arai masuk the best 5. Begitulah kira-kira sepenggal cerita dari novel sang pemimpi oleh Andreas Hirata.

Mengapa Bapak yang dalam kesehariannya tenaga rendahan, begitu serius mempersiapkan diri untuk mengambil raport kedua anaknya. Karena Bapak begitu bangga dan merasa menjadi orang penting di hari raportan tersebut.

Demikian juga yang dialami oleh Istri saya. Setiap jam 04.00 pagi sudah bangun menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan anak dan suaminya. Karena badannya kurang sehat dan tetap juga bangun jam 04.00 kemudian saya tanya kenapa tidak bangun jam 05.00 saja. Jawabannya inspiring sekali. Anak anak itu khan jam 6.00 harus sudah berangkat sekolah, dan dia harus sudah makan pagi jam 05.30. Kalau aku bangun jam 05.00 gak nutut ( tidak terkejar ). Saya khawatir anak2 tidak sempat sarapan pagi, terus di kelas merasa lapar, tidak konsentrasi, terus nilainya jelek, terus ada rasa minder yang akan mempengaruhi perkembangannya, terus ... terus ....... Miris ( takut ) juga saya membayangkan kelanjutan kalimat terus ... terus .... itu.

Dua minggu lalu anak saya nekat ikut acara expedisi untuk International Award for Young People. Saya sebagai orang tua berusaha mencegahnya karena saya lihat anak saya itu sudah 2 minggu kurang enak badan dan saat itu keadaan di Surabaya hujan terus menerus. Namun anak saya nekat dan bersikukuh untuk tetap jalan ikut acara expedisi tsb. Saya lihat dia sudah menyiapkan peralatannya sejak 2 minggu sebelumnya. Dia atur jadual sekolah, belajar dan menyiapkan acara tersebut. Dan akhirnya saya tahu kenapa dia begitu ngotot untuk tetap ikut expedisi di daerah perkemahan didekat Malang. Ternyata Dia adalah ketua panitia. Dia adalah orang penting di acara tersebut. Dia merasa orang yang paling bertanggung jawab atas sukses dan tidaknya acara tersebut.

Dalam buku Berfikir dan Berjiwa Besar juga disebutkan, kalau kita ini merasa menjadi orang penting, maka segala usaha, tindakan dan penampilan kita secara tidak sadar juga akan berperilaku seperti orang penting. Karena itu merupakan manifestasi dari tanggung jawab sebagai orang penting.

Pertanyaannya adalah Bagaimana menciptakan rasa “menjadi orang penting” ? Dialog imajiner ini mudah mudahan dapat menginspirasi kita semua.
Pada acara pemakaman ada seorang pelayat ( P ) berdialog dengan keluarga almarhum ( K ).
P : Sakit apa Pak almarhum ?
K : Kurang tahu mas, badannya panas sekali dan katanya merasa lemas terus.
P : Apa sudah dibawa ke dokter atau Rumah Sakit ?
K : Belum sempat. Rencananya sih kalau sudah gajian dibawa ke dokter. Maklum mas, kami ini hidupnya pas pasan. Mau pinjam tetangga juga gak enak. Toh seharusnya sudah hari Jum’at lalu uang gajiannya turun. Tapi karena ada kesalahan di bank, katanya baru hari Senin besuk ini ditransfer. Dan ternyata hari Minggu ini nyawa anak ini sudah tidak tertolong lagi.

Seandainya kita adalah karyawan bagian transfer yang melakukan kelalaian tersebut dan mendengar dialog itu, apa yang kita rasakan ? Merasa berdosa, hanya karena kelalaian kita itu timbul korban, meskipun meninggal adalah urusan Tuhan.

Sahabat, marilah kita renungkan bersama, seberapa penting peran yang kita lakukan, seberapa besar manfaat yang akan diperoleh dan seberapa besar bencana yang terjadi kalau kita lalai baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Karena “perasaan” itulah yang akan menentukan “keseriusan” kita.

Semoga menginspirasi ......... ( cengkareng, 09.25 ),

20 Februari 2009

DIPINGPONG ?

Setelah melakukan sosialisasi di satu cabang dan makan malam, akhirnya kami kembali ke hotel. Sesampai di kamar badan terasa capai semua. Akhirnya saya memilih mandi membersihkan diri dan melakukan kewajiban sholat isya’ dibanding membaringkan badan di tempat tidur.
Ternyata setelah badan bersih dan menghadap yang Maha Kuasa, badan ini terasa segar kembali. Niat dan godaan untuk terus segera tidur akhirnya terkalahkan dengan keinginan untuk mendown load email, dan browsing beberapa artikel, padahal saat itu jam sudah menunjukkan angka 23.00.
Setelah membuka laptop dan memasang modem, ternyata modem saya rusak. Kemudian saya coba untuk otak atik, tidak berhasil juga, saya coba pakai system restrore juga tidak berhasil. Dan akhirnya laptop saya tutup dan tidur.
Keesokan harinya, saya bawa laptop dan modem saya ke grapari. Saya masuk ke grapari di gedung yang sangat megah, terkesan canggih dan terasa nyaman. Setelah saya diberi nomor antrian, saya berfikir saya harus ngantri lama ( seperti pengalaman rekan saya ). Ternyata saya beruntung karena pas saya masuk, ada customer service yang baru saja selesai melayani salah satu customer.
Saya dilayani oleh seorang pria muda dengan seragam perusahaan itu. Pembawaannya tenang dan ramah, dan penuh percaya diri. Si customer service pria itu yang namanya Haryanto ditemani oleh seorang cewek dengan berbaju putih dan rok berwarna hitam. Saya langsung bisa menebak bahwa si cewek ini adalah seorang trainee. Disamping tidak memakai seragam perusahaan tersebut, dia juga masih kelihatan polos tanpa make up, dan tidak PD.
Hal yang menarik saya adalah ternyata si trainee ini disamping memperhatikan apa yang dilakukan oleh customer service pria, dia juga selalu mengikuti kemana si pria itu pergi. Ketika si customer service ini memerlukan laptop perusahaan – rupanya laptop itu berisi beberapa parameter/tools untuk mendiagnose modem yang sakit – dia tidak menyuruh si trainee untuk mengambilkan di back office, tapi si customer service itu sendiri yang pergi ke back office – tentu setelah ijin kepada saya sebagai customer - dan diikuti oleh si trainee.
Setelah beberapa lama, ternyata customer service tidak berhasil menyelesaikan modem saya, diapun permisi pergi lagi dengan membawa semua perangkat dan sekali lagi diikuti oleh sang trainee. Disini saya melihat perusahaan itu sudah menerapkan apa yang disebut “critical standard” yaitu batasan kapan first handling harus diputus dan kemudian dieskalasi ke yang lebih tinggi. Dia tidak lagi terjebak dengan rasa “penasaran” untuk mengotak atik modem saya, atau dia tidak lagi terjebat dengan “ego” nanti kalau di eskalasi dianggapnya tidak mampu menyelesaikan masalah. Dua hal itulah yang seringkali malah membuat jengkel customer. Dengan meng-eskalasi persoalan itu akhirnya memang saya di refer ke salah satu manager “atasan” nya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh.
Pertama, si customer service bisa segera melayani customer berikutnya. Disini prinsip ban berjalan mulai berlaku lagi. Bisa dibayangkan kalau customer service tersebut “asyik” mengotak atik modem saya, tentu antrian akan semakin panjang, tentu orang akan menunggu semakin lama.
Kedua, saya ditemui oleh manager, yang tentu saja saya merasa lebih diperhatikan, tidak saja kemudian saya diajak ke ruang “exclusive” dan diberi minum namun juga ditemui oleh pejabat dengan level yang lebih tinggi. Kesan “personalize” menjadi terasa. Saya tidak merasa di “pingpong”.
Setelah berkenalan dan basa basi, akhirnya manager itu mengatakan : “bagaimana pak, apa yang bisa saya bantu ?”. Tyung .... disinilah saya merasa sekali kalau sedang dipingpong. Seandainya didalam eskalasi tadi si customer service menjelaskan persoalan dengan baik dan kemudian si manager mengatakan, mohon maaf pak, bapak telah menunggu cukup lama. Kebetulan system kami sedang ada masalah ( misalnya beralasan ) maka bagaimana kalau modem ini bapak tinggal dulu. Nanti kalau sudah selesai kami akan hubungi bapak. Perasaan dipingpong tentu tidak muncul. Padahal kalimat terakhir itu akhirnya juga dinyatakan ( nanti kalau sudah selesai, kami akan hubungi bapak ). Hanya dengan satu kesalahan sedikit, saya sebagai customer - merasakan hal yang berbeda.
Closing yang menarik dari transaksi ini adalah penawaran. Agar Bapak tidak repot-repot, nanti kalau modemnya sudah selesai kemana kami harus antar Pak. Bapak tidak usah ambil kesini, tapi kami yang mengantar saja, begitu manager tersebut memberikan sweetener.
Andai si customer service yang melayani, apakah penawaran yang didalamnya mengandung satu extra effort bisa di berikan ? Apakah customer service punya wewenang untuk itu ?
Mudah-mudahan cerita ini cukup menginspirasi bagi kita .....

28 Januari 2009

IMPIAN


IMPIAN


Teman saya menyarankan kalau mau liburan ke Bali dan berombongan janganlah di bulan Nopember dan Desember. Di bulan bulan tersebut mencari hotel dan penerbangan sangatlah sulit. Kalau toh ada pastilah harganya sangat mahal. Tundalah sedikit waktu sampai pertengahan bulan Januari.

Berdasar saran tersebut, akhirnya kami berombongan 30 orang memutuskan berangkat ke Bali di pertengahan Januari yang lalu. Memang Pesawat dapat yang lumayan murah, namun hotel ternyata masih juga sulit, apalagi kalau tetap ngotot agar rombongan tersebut menginap di satu hotel dan berlokasi didaerah Kuta. Wah, susahnya bukan main. Namun berkat bantuan seorang teman di Denpasar – yang kebetulan istrinya bekerja di hotel tersebut, akhirnya kami mendapatkan hotel seperti yang kami harapkan. Dapat menampung satu rombongan, berlokasi di daerah Kuta, berbintang 4 dan harga berdiskon.

Begitu mendarat di Denpasar, saya kaget juga. Katanya di pertengahan Januari sudah tidak peak time lagi, tapi nyatanya bandara begitu ramai, semua penerbangan full book. Dipintu keluar saya lihat banyak sekali fihak hotel yang melakukan penjemputan. Saya perhatikan juga ternyata hampir sebagian besar berombongan, bahkan banyak yang memakai seragam – ada berseragam formal, seperti batik, jaket, tapi ada juga yang berseragam kaos.

Di hotel tempat kami menginap juga banyak rombongan dari perusahaan. Setelah ngobrol dengan receptionis, tahulah saya bahwa mereka juga mengadakan rapat disitu. Rupanya mereka rapat budget, melihat kembali visi misinya, melihat kembali impian-impiannya.

Berbicara impian, saya teringat impian saya di waktu kecil. Saya dan teman teman saya di kampung waktu itu sering membicarakan impiannya masing masing. Ada seorang teman saya pingin jadi tentara, agar dia bisa pegang pistol dan ditakuti, ada teman saya punya impian bisa memiliki sepeda motor – yang waktu itu masih sangat langka-yang belum tentu kami menjumpai dijalanan, dan saya sendiri punya impian bisa naik pesawat terbang – maklum kami hanya bisa melihat pesawat yang terbang sangat tinggi, yang kelihatan sangat kecil dan tidak terdengar suaranya. Kami hanya tahu kalau ada pesawat yang lewat ketika kami melihat kelangit dan ada benda kecil seperti salib berwarna putih yang berjalan dan dibelakangnya ada asap putih. Saya masih ingat ketika saya bilang impian saya bisa naik pesawat terbang, teman teman saya serentak bilang “kayal” ( artinya tidak mungkin ).

Sekarang, Insya Allah impian kami tersebut telah terwujud. Saya kurang tahu persis terwujudnya itu karena kerja keras kami ataukah hanya “membonceng” keberhasilan pembangunan. Saya sendiri bisa dikatakan paling tidak sebulan sekali bisa naik pesawat, teman saya tidak hanya sudah punya sepeda motor, tapi juga sudah punya mobil.

Bagi anak anak Surabaya sekarang, naik pesawat, mempunyai sepeda motor bukan merupakan kebanggaan lagi, apalagi impian. Kenapa ? Karena barang barang tersebut setiap hari bisa dilihat, setiap hari ada disekitar mereka. Banyak orang mengajarkan agar berani membuat impian yang sangat tinggi. Bahkan anak2 juga sudah bisa dengan lantang mengatakan ‘jangan takut bermimpi tinggi”. Kata “tinggi” adalah relative. Karena relative maka sangat tergantung pada ‘perasaan seseorang’. Seperti halnya kata mahal. Teman saya beli mobil seharga Rp 900 juta dan dia mengatakan murah. Orang yang merasa mampu tentu mengukur mahal atau tinggi berbeda dengan orang yang merasa tidak mampu.

Dalam diskusi “Seninan” di Tunjungan –yang saat ini masih membahas buku berfikir dan berjiwa besar, disebutkan bahwa hal yang paling mendasar untuk berhasil adalah membangun keyakinan. Bagaimana membangun keyakinan diri bahwa manusia itu diberikan instrumen oleh Tuhan yang sangat sempurna, dipersiapkan untuk berhasil. Inilah yang mempengaruhi orang “merasa” mampu atau “merasa” tidak mampu. Kalau orang sudah merasa tidak mampu, bagaimana dia bisa membangun impian yang tinggi sehingga bisa melihat setiap perubahan adalah kesempatan, dan bukan ancaman. Orang yang merasa tidak mampu paling pintar membuat dalih. Itu hasil diskusi teman2.

Sahabat, marilah kita renungkan bukankah Tuhan juga memerintahkan kita untuk berjuang ? Memerintahkan kita untuk berhasil sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi kita sendiri dan lingkungan ? Kalau Tuhan memerintahkan seperti itu, bukankah Tuhan juga melengkapi dengan instrumen sehingga perintah Nya bisa kita laksanakan ? Kalau demikian bukankah kita ini sebetulnya diberikan kemampuan ? Kalau demikian bukankah kita ini layak dan selayaknya untuk bermimpi besar ? Kalau demikian bukankah kita ini sangat mungkin bisa menjadi orang besar ....

Semoga menginspirasi ....... ( century jam 22.45 )