27 Desember 2013

TIPS MENGGAPAI IMPIAN



Saya sudah lama tidak bertemu dengan sahabat saya ini.  Lebih dari 6 bulan tidak bertemu. Namun pertemuan pagi itu telah membuat saya pangling kepadanya. Badannya yang dulu gemuk sekali sekarang sudah tidak  bisa dibilang gemuk lagi. Turun 10 kg dalam waktu 5 bulan mas, katanya. Turun 10 kg dari badannya yang tidak terlalu tinggi telah membuatnya tidak kelihatan bulat lagi.

Pagi itu kami ngobrol banyak hal.  Ada satu yang menarik perhatian saya yaitu bagaimana caranya menurunkan berat badan dan apa pemicunya.

Suatu saat saya medical check up mas. Collesterol dan asam urat saya tinggi. Kata dokter kalau tidak diturunkan bisa komplikasi kemana mana. Jadi motivasinya sih takut sakit komplikasi mas, demikian dia menjelaskan. Kemudian saya melakukan upaya upaya untuk menurunkan collessterol dan asam urat saya. Saya harus lari 3 KM setiap hari. Saya harus mengatur makanan saya. Kalau pagi saya makan sayur dan buah buahan; kalau siang makan siang biasa dan malam makan sayur dan buah lagi. Dan Alhamdulillah collesterol dan asam urat saya sekarang sudah normal. Dan dapat bonus berat badan turun. Jadi tujuannya pingin sehat saja. Turun berat badan saya anggap sebagai bonusnya saja mas.

Upaya  sahabat saya ini rasanya gampang dilakukan oleh setiap orang. Yang susah adalah mempertahankannya secara konsisten selama setengah tahun.  Dia tidak bosan dan berhenti ditengah jalan sebelum tujuan tercapai. Rupanya dia punya rahasia untuk itu.

Pertama, dia punya penyemangat, sumber energy, yaitu istri dan anak anaknya. Dia pingin bisa berdiri sehat saat anaknya merayakan pesta pernikahannya. Saat ini anaknya masih kecil, masih Sekolah Dasar.  Jadi kalau dia melihat anaknya; dia bayangkan bagaimana nanti kalau anaknya menikah.  Dia bayangkan dia bisa berdiri menyambut tamunya dengan tawa lepas, tawa bahagia tanpa ada penyakit yang membebaninya. Istrinya juga menyemangatinya. Istrinya ikut menemani treatment yang dijalaninya.

Kedua, dia tidak mau kalah dengan kesibukan dan rasa malasnya. Dia tempatkan olah raga lari 3 KM dan atur makanan pada prioritas utama. Kalau pagi tidak sempat lari, malam dia akan lari sebagai penggantinya. Setting priority akan menentukan mana yang boleh dikalahkan. Dan dia tidak mau kalah dalam upaya menjaga kesehatan.

Ketiga, take a break. Saya itu punya cheating day mas. Seminggu sekali saya boleh makan ngawur. Hari Sabtu adalah pilihan cheating daynya. Hari Sabtu dia biasa makan di restauran bersama anak istrinya.  Bagaimana kalau selain Sabtu ada undangan yang menyajikan makanan ? Kalau dia terpaksa tidak bisa menolak makan; maka hari itulah cheating daynya dan hari sabtu harus diperlakukan sebagi diet day. Bagaimana kalau ada undangan dua kali seminggu. Inilah susahnya. Namun dia tetap konsisten; hanya boleh satu hari dalam seminggu. Bagaimana dengan Olah raganya ? Diapun hanya menolerir libur sehari dalam seminggu. Dan  ternyata menurut dokter temen saya; olah raga seminggu hanya cukup 5 hari saja. Itu artinya punya waktu 2 hari untuk libur tidak olah raga.

Apakah di waktu break ini/cheating day ini kemudian dia bisa menikmati makan sebebas bebasnya atau bisa meninggalkan olah raga sama sekali. Ternyata tidak bisa. Dia rupanya pola 6 hari dari 7 hari seminggu telah menjadi kebiasaan dia. Kalau tidak olah raga badan terasa sakit, katanya.

Dari penuturan sahabat saya; saya teringat dengan buku The 4 Disciplines of Execution.  Buku ini menceritakan dan memberikan tips bagaimana agar impian  bisa terwujud.

Pertama, Tetapkan target/impian yang sangat penting. Dalam buku itu diistilahkan Wild Important Goals ( WIG ). Goals ini  haruslah goals yang membuat orang “bangga”, mencengangkan. Atau kalau tidak bisa mencapai goals ini akan “mati”.  Kalau WIG ini di hayati dan di resapi akan menimbulkan motivasi yang luar biasa. What can not people do with the right motivation, katanya.

Kedua; Susunlah langkah langkah yang memungkinkan WIG ini tercapai dan lakukan dengan disiplin. Didunia ini ada hukum sebab akibat. Kalau WIG ini adalah akibat/hasil/konsekwensi; maka harus dicari apa yang menyebabkannya. Inilah yang disebut Lead Measured. Dalam cerita sahabat saya tadi, lead measured nya adalah menjaga makanan dan lari. Sedangkan menurunkan collasterol dan asam urat adalah hasil/akibatnya, yang didalam buku ini disebut sebagai Lag Measured.

Ketiga, kerjakan dengan disiplin Lead measurednya dan buatlah score boardnya. Saya sendiri punya 2 lead measured yang setiap hari saya bikin scorenya. Saya harus olah raga dan saya harus membaca kitab suci. Kalau hari itu saya kerjakan keduanya; saya mengatakan 2-0. Tapi kalau saya tidak kerjakan keduanya saya mengatakan saya kalah 0-2. Kalau saya hanya mengerjakan 1 saja; saya mengatakan ke diri saya bahwa saya kalah 1. Ternyata dengan membuat score seperti ini saya berusaha untuk tidak kalah. Kalau pagi tidak sempat olah raga; pulang kantor saya sempatkan olah raga.

Keempat, Focus pada Lead Measured. Sahabat saya hanya focus pada lead measured. Dia juga bikin score kalah menang. Setiap hari; setiap minggu dia ukur kalah menangnya. Namun tidak setiap hari/minggu bahkan bulan dia ukur kadar collesterol dan asam uratnya. Dia tahu itu itu hanyalah hasil/akibat dari lead measured.

Inilah kesalahan banyak orang. Dia focus pada Lag Measured. Setiap hari diukur berat badannya dan ternyata tidak berkurang. Hal inilah yang  membuat frustasi dan ngambek tidak meneruskan program. Coba kalau diukur lead measurednya, niscaya kita langsung mengetahui kalah menangnya. Jadi focuslah pada lead measured; niscaya lag measured akan mengikutinya.

Jadi, mulai sekarang susunlah tidak hanya target namun juga pemungkin ("enabler")/penyebab dan lebih  focuslah pada penyebabnya, pada lead measured dibanding dengan lag measured. 

Semoga menginspirasi …..

22 Desember 2013

MANUSIA HEBAT - SEBUAH RENUNGAN DI HARI IBU



Pagi itu, dihari sabtu, saya sengaja tidak pergi ke lapangan ITS untuk berolah raga. Biasanya, setiap Sabtu dan Minggu pagi saya berolah raga di lapangan itu selama paling tidak 60 menit. Sudah lebih dari setahun ini saya lebih suka berolah raga di ITS. Kiri kanan lapangan masih banyak burung burung yang beterbangan. Sesekali bersaut sautan. Suatu suasana yang sudah jarang saya temui di Surabaya. Apalagi di sekitar situ masih ada petani yang bercocok tanam.  Memang masih ada beberapa hektar sawah disana. Sawah yang dikelilingi oleh daerah perumahan elit dan  bangunan bangunan tinggi

Pagi itu memang ada undangan pengajian dari seorang sahabat. Meskipun didalam undangannya tercantum jam 09.30 dimulainya pengajian, namun istri saya bilang mau datang jam 09.00. Sudah dimintai tolong sebagai penerima tamu, begitu istri saya menjelaskan. Karena kuatir terburu buru, maka saya memutuskan untuk tidak ke lapangan ITS. Saya cukup stretching saja di Rumah.

Melihat anak saya mencuci mobil dan istri saya sibuk memasak didapur,  maka tidak pantas rasanya kalau saya hanya duduk manis sambil baca koran. Meskipun keinginan untuk itu begitu besar.

Kemudian saya pergi ke dapur. Maunya bantuin istri. Namun ternyata saya tidak tahan berada di sana lebih dari 5 menit. Panas sekali. Memang cuaca di Surabaya saat itu sangat panas. Duduk diam saja sudah sangat berkeringat. Apalagi ditambah panasnya api kompor.

Namun saya perhatikan istri saya tidak mempedulikan siksaan panas itu. Tidak juga mengeluhkan keadaan itu. Saya lihat dia sering mengusap keringat. Sangat tahan. Mengapa demikian, karena dia menganggap it is her job, her responsibility.

Saya juga perhatikan bagaimana dia bekerja. Kedua tungku di kompor menyala semua. Satu tungku untuk menggoreng ikan, satu tungku lainnya merebus sayur. Dengan sangat cekatan dia tangani semuanya. Dia juga merajang sayur, meracik bumbu di sisi lain dari meja dapur. Satu kemampuan multi skill yang luar biasa. Bahkan terkadang masih sempat juga membalas BBM. Disitu saya sadar bahwa kemampuan multi skill wanita melebihi pria.

Melihat kesibukan seperti itu saya mencoba mau membantu. Tapi baru berdiri kurang dari lima menit, saya sudah tidak tahan lagi atas panasnya suhu didapur. Dalam hati saya berdoa, Ya Allah terimalah jerih payahnya ini sebagai amalan Ibadahnya.

Kalau ingat bagaimana keadaannya dia memasak, rasanya tidak pantaslah kalau kita tidak mensyukuri hasil masakannya. Apalagi sampai mencelanya.  Saya sering mengingatkan anak anak saya untuk tidak mencela apapun makanan yang tersaji di meja makan. Tidak elok !! Tidak menghargai jerih payah yang memasak. Saya sering sedih kalau ada teman yang bercerita dia makan di luar rumah dengan alasan tidak cocok dengan masakan istrinya.

Saya kemudian membayangkan seadainya semua karyawan di kantor, semua warga Indonesia mempunyai etos dan kemampuan kerja seperti yang ditunjukkan istri saya, rasanya indonesia tidak akan seperti ini, indonesia akan sangat produktif, sangat maju dan secara ekonomi tidak "dijajah" oleh bangsa lain.

Apa rahasia dan resepnya  ?

Pertama adanya kesadaran diri dan rasa tanggung jawab. Orang yang mempunyai tanggung jawab, tentu akan mati matian menuntaskan tanggung jawabnya. Ini tidak sekedar urusan dunia, tapi juga urusan dengan Tuhan. Semua pekerjaan dan tugas yang diemban adalah amanah. Amanah harus ditunaikan. Kalau tidak, akan di tagih di akherat. Amanah ini tidak perlu ditulis, tidak perlu di instruksikan.  Kalau anda sebagai suami tidak perlu ditulis bahwa job anda termasuk membetulkan genteng bocor. Okeylah, kalau anda tidak mau sok spiritual. Anda juga pasti  tidak mau disebut  sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Jadi mempunyai rasa tanggung jawab sangatlah powerfull. Powerfull untuk menyelesaikan tugas. Tidak merasa capai. Adanya semangat ingin menyelesaikan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya.

Rahasia kedua. Mulailah perkerjaan dengan mengucap basmallah. Artinya niatkan ibadah. Syarat utama ibadah adalah keikhlasan. Orang yang ikhlas tentunya akan mengerjakan pekerjaan dengan senang hati. Tidak pernah mengeluh. Mengeluh justru akan menghabiskan energy secara sia sia. Cepet capai meskipun pekerjaan belum selesai.  Bekerjalah dengan penuh suka cita.

Rahasia ketiga. Namanya skill/keterampilan, perlu ilmu dan latihan. Berlatihlah terus menerus sehingga menjadi mahir dan terampil. Orang yang mahir dan terampil melakukan pekerjaan "tanpa mikir", sudah auto piloting, yang bekerja adalah fikiran bawah sadarnya. Saya bisa menggoreng ikan, saya juga bisa merebus sayur, bisa juga merajang bawang. Namun saya tidak mampu melakukan itu semua secara bersamaan. Mengapa?  karena saya masih melakukannya dengan fikiran sadar, masih mikir, masih kuatir gosong.

Rahasia keempat adalah focus/konsentrasi. Jangan ditinggal kemana mana. Coba memasak namun ditinggal nonton TV, sangat mungkin masakannya akan gosong. Focus juga bisa diartikan setting priority. Ada prioritasnya. Sering kali orang melupakan skala prioritas, semua mau dikerjakan bersamaan. Dan akhirnya semuanya nothing.

Rahasia kelima, dan ini sangatlah penting. Jangan pernah melupakan minta bantuan Tuhan, karena Dialah yang Maha Kuasa dan Maha Segalanya. Banyak diantara kita ketika mengalami kesulitan lupa meminta tolong kepada Yang Maha Memudahkan. Tuhan sangat memungkinkan yang orang mengira tidak mungkin.

Semoga menginspirasi. ...

03 Desember 2013

MEMANG MENYEHATKAN



Diceritakan; ada seorang pengusaha kaya raya di daerah Arab yang mengalami sakit parah.  Dia sakit gagal ginjal akut yang harus menjalani cuci darah setiap hari.  Agar tidak merepotkannya, maka dia membeli semua peralatan untuk keperluan cuci darah dan diinstall di rumahnya sendiri. Dia merecruit dokter specialis khusus membantu menangani penyakitnya. Praktis rumahnya disulap menjadi rumah sakit. Lengkap dengan dokter dan perawatnya. Dia diperlakukan seperti pasien di Rumah Sakit. Mulai dari menu makanan; jadual pemeriksaan, dan sebagainya. 

Meskipun bergelimang kekayaan dan lengkapnya peralatan; namun yang namanya orang sakit – dia tidak bisa menikmati kekayaan yang di punyainya. Oleh karenanya dia berusaha sekuat tenaga untuk dapat sembuh dari penyakitnya. Berapapun harganya dia akan bayar.  Inilah ironinya; ketika dia sehat, dia bekerja luar biasa kerasnya tanpa mempedulikan kesehatannya. Sekarang saatnya sakit, dia keluarkan biaya yang luar biasa besar untuk memulihkan kesehatannya kembali.

Namun ternyata ginjalnya sudah tidak bisa dinormalkan lagi.  Dokter menyarankan untuk transplantasi saja.  Maka dicarilah pendonor ginjal. Dia umumkan di berbagai surat kabar dengan imbalan USD 250,000 bagi siapa saja yang mau mendonorkan ginjalnya. Berminggu minggu tidak ada respond dari masyarakat. Maklum masyarakat di daerah Arab sudah tercukupi semua kehidupannya.

Satu hari ada seorang wanita menghubunginya. Dia bersedia mendonorkan ginjalnya dengan imbalan USD 250,000.

Pada hari yang ditentukan; mereka  dipersiapkan untuk transplantasi.  Tranplantasi di jadualkan esuk hari. Malam sebelumnya; pengusaha kaya yang sakit kepingin ketemu dengan orang yang bersedia mendonorkan ginjalnya. Dia kemudian diantar oleh team dokter  ke kamar  wanita pendonor. Ketika di depan pintu kamar; dilihatnya dari jendela kaca wanita itu khusyuk sujud diatas sajadah. Terdengar pula isak tangisnya. Ditungguinya di depan pintu sampai wanita itu menyelesaikan sholatnya.

Melihat wanita sudah merapikan tempat sholatnya; maka pengusaha kaya dan team dokter itupun masuk. Mereka diperkenalkan oleh team dokter.  Setelah berbincang sekedarnya; pengusaha  berkata; Ibu … saya terima kasih ibu telah merelakan ginjalnya untuk di donorkan ke saya.

Jawaban wanita pendonor mengejutkan semua yang hadir di sana; khususnya pengusaha yang akan menerima donornya.  Rela gaimana …. !!! jawab wanita itu dengan ketus.   Kalau seandainya anak yang paling saya sayang tidak kecelakaan; saya tidak akan pernah mau mendonorkan ginjal saya.  Karena saya butuh uang untuk membuatkan kaki palsu bagi 
anak kesayangan saya; saya rela menjual ginjal saya.

Setelah perbincangan yang tidak mengenakan itu; pengusaha kembali ke kamarnya sendiri. Dia panggil pegawainya untuk segera mentransfer  ke rekening pendonor USD 250,000 lunas. Dia panggil juga team dokter untuk membatalkan transplantasinya. Semua fihak kaget dengan keputusan ini. Biarlah saya sedekahkan USD 250,000 untuk anak wanita itu. Dia lebih membutuhkannya daripada saya. Dia masih sangat muda. Dia masih bisa berbuat banyak kebaikan dibanding saya yang sudah tua. Dan kemudian merekapun kembali pulang kerumah, tidak jadi transplantasi.

Pengusaha kaya; tetap di rawat di rumah seperti biasa. Namun beberapa bulan kemudian; team dokter dikejutkan dengan hasil pemeriksaannya terhadap pengusaha yang gagal ginjal ini.  Ginjalnya yang sudah rusak; yang selama ini tidak berfungsi,  terlihat Utuh kembali seperti tidak pernah terjadi apa apa. Ginjalnya berfungsi normal, tidak perlu lagi cuci darah ….

Bagi orang yang hanya mengandalkan fikiran akan geleng geleng kepala penuh dengan keterkejutan. Bagi orang yang percaya Tuhan akan memuji Tuhannya. Itulah buah dari sedekah USD 250,000.  Allahu Akbar !!!

Janji Allah dan rosulnya benar; bersedekahlah, kau akan sehat.

Semoga menginspirasi …….

21 November 2013

THE POWER OF MALU

Memang hikmah dan pelajaran itu dapat diperoleh dari mana saja; dimana saja dan kapan saja.  Berikut contoh yang saya alami. Pada satu minggu sore; sekitar jam 17.00 saya landing di Soekarno Hatta Airport. Kemudian saya naik taxi dari bandara ke hotel di daerah Slipi. Kondisi jalanan sangat padat karena memang hari Minggu sore banyak orang yang kembali ke Jakarta.

Di jalan Tol Bandara; taxi yang saya tumpangi bisa melaju lumayan kencang. Sopirnya masih muda, jadi masih gesit. Dia ambil jalan/lajur kanan yang memang relatif lengang. Sesekali ambil jalan tengah. Sampai di pecahan jalan menuju Tanjung Priok dan Cawang; kendaraan sudah sangat padat dan jalan menyempit. Kendaraan pada mulai menurunkan kecepatannya.
Kebanyakan taxi melakukan pindah jalur. Demikian juga taxi yang kami tumpangi. Dengan menyalakan lampu sign; taxi ini mulai merapat ke kiri.  Kendaraan  avanza yang ada di sebelah kiri kami menyalakan klakson. Saya coba melirik; masih jauh juga; tidak mepet. Namun supir taxi memilih tidak meneruskan masuk jalur sebelah kirinya, dan memberi kesempatan avanza untuk jalan terlebih dahulu.

Namun yang terjadi adalah; sopir avanza dengan membuka kaca dan menyejajarkan mobilnya dengan taxi ini  kemudian berteiak teriak marah. Praktis kedua kendaraan yang berjalan lambat ini membuntu jalan. Menghalangi kendaraan dibelakangnya. Sopir taxi kami memperlambat lajunya; namun kembali sopir avanza mengimbangi memperlambat juga sambil masih berteriak teriak.  Mobil yang ada dibelakang mulai main klakson, dan akhir avanza sedikit mempercepat mendahulu dan ambil jalur persis di depan taxi kami. Dan setelah itu memperlambat jalannya. Praktis menghalangi laju taxi kami.

Melihat kejadian ini saya berkomentar. Di jaman sekarang koq masih ada yang orang yang ingin kelahi di jalanan ? Mendengar komentar saya; sopir taxi itu menanggapi begini.  Saya masih muda pak. Mendengar Bapak Avanza tadi teriak teriak nantangin; hati saya sebetulnya panas juga. Namun saya malu ngladeninya pak. Saya malu dengan bendera yang saya pegang. Blue Bird. Saya juga malu; entar saya dikira ikut gila juga.

Sahabat, sopir taxi yang saya tumpangi ini, umurnya jauh lebih muda daripada sopir avanza yang teriak teriak. Namun kearifannya sungguh melebihi umurnya. Kemampuan mengendalikan diri sungguh baik. Dia tidak mau terpancing dengan stimulus yang dikirimkan oleh orang lain.   Rasa malunya melebihi rasa panas dihatinya.  Harga dirinya jauh melebihi emosi yang menyerangnya. Kata Malu merupakan kata kuncinya dari semuanya.

Kita bisa merenungkan. Seandainya orang yang mau korupsi ingat rasa malu dan nama baik dari bendera yang diwakilinya. Niscaya dia akan membatalkan niat korupsinya. Bendera yang diwakilinya bisa berupa keluarga; bisa berupa almamater; bisa berupa umur; bisa berupa instansi; bisa berupa title yang disandangnya dan bisa berupa apa saja yang mestinya dijaga nama baiknya.

Kita sering melihat dan mendengar, ketika orang tua di sangkakan melakukan korupsi; si anak kemudian mengurungkan diri. Tidak mau sekolah; tidak mau bersosialisasi.  Mereka malu ternyata orang tuanya melakukan kejahatan. Bila ketika mau korupsi dia ingat bagaimana reaksi anaknya; niscaya dia akan mengurungkan niatnya itu.

Mahkamah Konstitusi ( MK ) menjadi lembaga yang paling banyak di cemooh akhir akhir ini. Bahkan penyerangan dan pengrusakan saat Majelis Hakim bersidang terjadi. Hal mana tidak pernah terjadi sebelumnya. Hal mana mengindikasikan hilangnya kewibawaan MK.   Banyak pengamat mengatakan ini akibat dari ulah Akil Mochtar. Coba seandainya Akil Mochtar membayangkan apa yang akan terjadi; niscaya dia tidak melakukan apa yang dituduhkanya.

Dalam konteks development dan kinerjapun sama.   Banyak orang yang terpicu motivasinya karena  dia khawatir tidak bisa menjaga prestasi dari keluarganya; dari teamnya. Malu tidak bisa berkontribusi. Di kantor saya sering meminta para team untuk tidak menjadi value destroyer dari team yang lebih besar. Tidak menjadi penarik kebawah; pemberat; pengrusak  dari performace team. Dia harus berprestasi paling tidak sama dengan rata rata prestasi team. Kalau semua orang berfikiran demikian maka prestasi team akan selalu meningkat.

Satu hari saya menemani mantan Direksi kami. Dia bercerita mengenai keluarga besarnya. Si A menjadi CEO di perusahaan X; Si B menjadi Komisaris perusahaan Y dan seterusnya.  Semua keluarganya menjadi orang penting di perusahaan maupun di pemerintahan. Kemudian dia bercerita; sekarang saatnya menyiapkan anak anak dan cucunya. Kalau orang tuanya sudah bisa berkiprah di level perusahaan nasional, maka kini kami menyiapkan anak anak untuk bisa berkiprah di level international. Ini memang bisa menjadi beban bagi anak anaknya namun itulah harapan keluarga untuk meningkatkan “value”nya. Dan ini menjadi penyemangat juga bagi anak anaknya.

Saya teringat suasana di kantor pada tahun 1990 an. Kami para officer sering saling mengingatkan. Janganlah; tidak enak, massak kita officer melakukan itu. Bagaimana nanti penilaian dari orang orang ( maksud para anak buah ).  Kita malu lah … Kita yang mestinya menjadi role model; menjadi contoh masak gitu … Itulah beberapa penggalan kalimat betapa  kita sering saling menjaga nama baik dan maratabat team, martabat corp.

Perasaan malu ternyata powerfull untuk bisa menjadi pendorong kemajuan atau pencegah kejahatan. Barangkali itulah sebabnya nabi mengajarkan bahwa malu adalah sebagian dari iman.

Semoga menginspirasi ……

08 November 2013

MEMASUKI JAMAN GELAP



Hati hati Nak ya; saiki wis mlebu jaman peteng ( sekarang sudah memasuki jaman gelap ).  Begitu nasehat Pak kyai kepada mempelai berdua yang duduk di pelaminan pada Jum’at siang. Mendengar petuah itu saya yang duduk di kursi tamu tak jauh dari pelaminan kaget dan naluri keingin tahuan saya langsung bangkit. Saya pasang telinga dan mata untuk memahami makna nasehat itu.  Pak Kyai, dengan bersarung dan berkemeja batik yang sudah tidak lagi kelihatan licin itu kemudian menerangkan dalam bahasa jawa kental.

Kalau kita masuk ke suatu daerah yang gelap, kita harus hati hati. Kita harus waspada; banyak halangan dan rintangan yang tidak kelihatan.  Antara tumpukan batu dan tumpukan kotoran hewan kelihatan tidak ada bedanya; semua kelihatan hitam. Antara ruang kosong dan pohon besar tidak kelihatan bedanya; semuanya hitam. Kita baru tahu ada pohon ketika kita sudah menabraknya. Kita baru tahu ada lubang menganga ketika kita sudah terperosok kedalamnya.

Kita sering dikagetkan berita. Ustad korupsi !! Ustad dikamar hotel bersama wanita yang bukan muhrimnya. Ustad yang di kalangan umum di asosiasikan sebagai figur yang dekat dengan ajaran agama. Ustad yang dikalangan awam dijadikan panutan. Ustad yang “di figurkan” sebagai orang suci.  Tidak berani menabrak rambu rambu Allah. Mendengar berita itu kita seperti menabrak pohon di kegelapan.

Orang yang bertitle profesor, doktor yang lengket dengan kehidupan kampus, tempat orang menyuarakan idealisme; tempat orang menyuarakan pemberantasan kejahatan publik.  Ditahan karena korupsi. Kita lagi lagi kaget seperti terperosok dalam lubang di kegelapan.
Terus bagaimana memasuki daerah yang peteng dedet ( gelap gulita ). Kita hanya mengandalkan naluri kita dengan mamasang kewaspadaan yang tinggi dan sambil berdoa.

Pak Kyai itu kemudian menasehatkan untuk sering membaca surat al Fatehah. Kalau  bisa 100 kali sehari semalam !! Didalam surat Al Fatehah ada doa memohon kepada Allah agar di tunjukkan jalan yang lurus; jalanya orang orang yang diberi petunjuk dan hidayah dan bukan jalannya orang yang sesat.

Sahabat saya mengajarkan untuk selalu mengasah hati. Hati adalah radar kita. Dengan hati yang lembut radar kita akan semakin peka. Hati yang semakin peka, akan mengeluarkan sinyal sinyal peringatan. Ketika kita mau berangkat kerja hati kita tidak enak, ada yang mengganjal. Dan ternyata dompetnya ketinggalan. Ini contoh sinyal sinyal peringatan. Tapi alarm ini juga bisa ngambek tumpul tidak mau bekerja lagi kalau tidak diasah; kalau instrumennya banyak yang karatan. Begitu juga dengan hati.

Dengan lebih peduli lingkungan maka hati akan terasah.  Lihatlah dan bantulah orang yang kurang beruntung adalah salah satu bentuk mengasah hati.  Ada saudara; teman yang sakit kita bantu. Ada saudara yang kurang mampu menyekolahkan anak; kita bantu.  Kalau tidak bisa bantu sendirian, marilah kita patungan. Sedekah Rp 100 ribu barangkali tidak akan bisa sepenuhnya membantu; namun bersamaan dengan 100 orang lainnya; maka akan cukup untuk membantunya.  

Itulah konsep sedekah patungan; sedekah rombongan atau makelar sedekah yang akhir akhir ini marak di perkenalkan. Ini sangat bagus. Dan perlu di dorong untuk dikembangkan dilingkungan sekitar kita.

Alhamdulillah di lingkungan kantor kami telah mulai dan sangat besar manfaatnya. Bagaimana di lingkungan anda .... ?