23 Desember 2014

NO FRANCHISE FEE..



Bila kita pergi ke tempat keramaian; tempat berkumpulnya banyak orang; seperti Shopping Mall, cobalah kita perhatikan sekeliling kita. Ada berapa banyak toko/warung/booth yang menjajakan barang dengan sistem franchise.  Kita akan menemui berbagai macam barang di franchisekan. Mulai dari minuman; makanan sampai restauran dan mini marketpun ada semua.

Franchise atau sistem waralaba belakangan ini sangat marak di Indonesia. Bila kita search di internet dengan kata kunci franchise, kita akan menemukan banyak sekali, termasuk franchise fee. Ada yang murah – dibawah Rp 10 juta, namun ada yang sampai ratusan juta rupiah.  Besar kecilnya franchise fee tentu sangat tergantung pada nama besar dan scope business nya.  Itu semua sangat berpengaruh pada omset penjualan. Omset besar akan menjamin ( meskipun tidak selalu ) keuntungan yang besar. Keuntungan yang besar menjamin ( meskipun tidak selalu ) kesejahteraan dan kebahagiaan. Bukankah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup merupakan impian setiap manusia.  Pendek kata, orang mau memberi franchise fee karena bisa menjadikan hidupnya sejahtera dan bahagia.

Agama diturunkan untuk menjadi pegangan dan tuntunan hidup bagi umatnya.  Mereka yang mengikuti tuntunan agama dijamin hidupnya akan bahagia. Bahagia di dunia dan bahagia di akherat kelak.  Tentu ini harus di yakini betul oleh umatnya.  Karena yang berjanji dan menjamin adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang sebaik baik penempati janji.

Pertanyaan yang menjadi renungan kita adalah apakah Tuhan meminta franchise fee ? Apakah nabi sebagai pembawa risalah juga menuntut franchise fee ? Tidak Pernah !!! Kalau demikian; kita sebagai umat yang telah diberikan resep; diberikan SOP bagaimana agar hidup yang bahagia tidak merasa berhutang budi ? Terus apa balas budi kita ?
Memang Tuhan tidak perlu dibela. Dia yang Maha Kuasa, Maha Besar dan Maha Segala galanya. Namun sebagai manusia yang berakal budi, layakkah kita tidak membalas kebaikan yang banyak sekali kita terima ? Orang kita dibukakan pintu saja mengucapkan terima kasih. Apalagi kita diberikan nikmat yang banyak.

Allah hanya mengajarkan kita bersyukur. Dengan bersyukur atas nikmat Nya; maka Allah akan menambah nikmat nikmat lain yang banyak. Lalu bagaimana kita bersyukur. Syukur menurut saya ada tingkatannya.

Pertama, mengucapkan Alhamdulillah. Mengucapkan terima kasih. Ini adalah ungkapan syukur yang paling sederhana. Bila ada orang yang membukakan pintu untuk kita, kita akan mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih ini sekedar basa basi, pemanis bibir. Apakah setelah dibukakan pintu kita masih ingat kebaikanya tersebut. Rasanya begitu kita jalan 100 meter sudah tidak ingat dan merasakan lagi bantuan kebaikannya.

Kedua, mempergunakan nikmat yang kita terima sebagaimana mestinya. Bila kita diberikan hadiah – kaos oleh seseorang yang baru pulang dari luar negeri. Kita tentu akan mengucapkan terima kasih. Namun kemudian kaos pemberiannya itu kita pergunakan untuk membersihkan mobil.  Kira kira bagaimana perasaan orang yang ngasih hadiah tersebut. Dia tentu akan sangat kecewa, karena dia mengharapkan kaos itu kita pakai sendiri. Dan bukan untuk lap mobil.  Dia tahu bahwa kaos itu sekarang milik kita sepenuhnya dan terserah kita mau dipakai untuk apa.  Namun kalau kita pergunakan untuk lap mobil, kita telah mengecewakannya dan kita telah meremehkannya. Kalau demikian, akankah dia memberikan hadiah lagi kepada kita ? Tentu saja tidak akan.

Allah telah memberikan pemberian yang sangat banyak. Pertanyaannya adalah apakah pemberian Nya itu telah kita pergunakan sebaik mungkin seperti yang diharapkan oleh Nya ataukah kita pergunakan sesuka hati kita ?  Bila Allah tidak berkenan, Dia tidak akan memberikan nikmatnya lagi.

Ketiga; mengucapkan Alhamdulillah dan selalu memuji kebaikan Nya. Bila kita dibantu oleh seseorang dan bantuan itu sangat berarti bagi Kita tentu kita akan merasa senang dan sangat terkesan.   Bila kondisinya demikian, kita tentu akan selalu memuji kebaikannya di hadapan teman teman kita. Dalam istilah pelayanan, hal ini disebut sebagai ‘delight customer’.  

Kebaikan Allah adalah kebaikan yang tiada duanya. Semua orang mengakui itu. Kebaikan Allah adalah kebaikan yang kita terima sepanjang masa, terus menerus. Semua orang juga mengakui hal itu. Karenanya sudah sepantasnyalah kita selalu memuji dan mengagungkan nama Nya. Nikmat Tuhan yang manakah yang kau dustakan. Ayat itu akan selalu terngiang ngiang difikiran kita. Disepanjang waktu kita akan selalu merasakan pemberian Nya, merasakan nikmat Nya.

Keempat, Bila ada orang yang menjelekan, kita akan membelanya habis habisan.  Bila kita sering mendapat bantuan dari seseorang, bantuan yang sangat berarti bagi kita, tentu kita akan merasa berhutang budi. Kita tentu merasa dekat dengannya. Kita tentu juga akan mengenalnya dengan baik.  Mengenalnya luar dalam.  Kita mengenal orang ini sebagai pribadi  yang sangat baik kepada orang lain. Suka membantu sesama.
Kemudian; bila ada orang yang menjelek jelakkan namanya, tentu kita akan membelanya. Kita akan menjelaskan bukan seperti itu orang yang kita kenal.  Bahkan kita akan menilai orang yang menjelekkan itu sebagai orang yang aneh. Sebagai  tukang fitnah, dan sebutan lainnya.  Tahapan inilah yang didalam istilah pelayanan disebut sebagai “advocate customer”.

Sebagai pemeluk agama, kita tentu sangat meyakini agama kita. Kita meyakini Allah adalah dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah adalah sebaik baik pemberi. Allah adalah yang memberi rezeki kepada kita. Allahlah sebaik baik pengatur. Yang mengatur kehdupan kita.

Tanpa campur tangan Allah, apakah kita bisa mencapai posisi seperti saat ini ?  Kalau bukan karena ridlo Allah, apakah kita bisa sampai pada kondisi seperti saat ini ? Tentu tidak bisa.  Karena kemurahan Nyalah, kita bisa mencapai kondisi saat ini.  Lalu apa bentuk syukur kita terhadap semua ini ?  Apakah kita hanya merasa cukup mengucap hamdallah ? Tidak !!!  Sudah saatnya Kita bersyukur dengan mengagungkan asma Nya. Sudah saatnyalah Kita berjuang menegakkan kalimat Nya. Malu rasanya, sudah diberikan resep kehidupan yang luar biasa tanpa dipungut franchise fee, kita hanya mengucap puji syukur doang. 

Sebagai rasa syukur yang sungguh sungguh; sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu menebarkan ajaran Nya; mengagungkan Asma Nya.  Mengajak orang berbuat baik, mengajak orang  untuk sukses dunia akhirat adalah kewejiban setiap manusia.  Tidak hanya untuk kebaikan  diri kita sendiri namun juga untuk orang lain. Tegalah saudaramu terjerumus ke jurang; sementara sebetulnya kau mampu menyelamatkannya, petuah orang bijak.  Janganlah masuk surga sendirian, ajaklah teman temanmu juga, kata orang bijak yang lain. Semoga tulisan ini juga sebagai penebar dan pengajak kebaikan.

Semoga menginspirasi …… ( NA )

08 Desember 2014

BEGITULAH CARA TUHAN ...



Ini masih cerita sekitar pemasangan kawat gigi anak saya. Kami dan keluarga biasa melakukan perawatan gigi di Rumah Sakit swasta ini. Disamping memang sudah kenal dengan dokter giginya; juga karena Rumah Sakit ini termasuk Rumah Sakit international. Jaringannya sangat luas dan kualitasnya pun bagus. Bila dibanding dengan Rumah Sakit lain yang berlebel international, Rumah Sakit ini tergolong relatif lebih murah. Itulah pertimbangan kami melakukan perawatan di Rumah Sakit ini.

Kami dan keluarga belum pernah melakukan pemasangan kawat gigi. Suatu saat sekitar setahun yang lalu ketika anak saya membersihkan karang gigi, kami pernah tanya apakah dokter ini bisa melakukan pemasangan kawat gigi. Dan ternyata dia bilang tidak kompeten. Kalau pasang kawat gigi, dia menyarankan ke ortodentis. Dia sebut nama sejawatnya yang praktek di Rumah Sakit itu.

Malam itu, kami ke dokter ortodentis. Kami berkonsultasi atas masalah gigi anak saya.  Beliau menyarankan agar satu gigi di cabut, kemudian di rapikan dengan pemasangan kawat gigi. Biaya pemasangan kawat giginya Rp 12 juta dan bisa dibayar 3 kali.  Karena dokter ortodentis ini tidak melayani mencabut gigi, akhirnya kami pergi ke dokter gigi langganan yang juga praktek di Rumah Sakit itu.  Namun sayangnya beliau tidak praktek malam. Terpaksa besuk kami harus kembali lagi ke Rumah Sakit ini yang kalau mau parkir sulitnya setengah mati.

Setelah kami utarakan saran dari dokter ortodentis, dokter gigi ini memeriksa anak saya. Sekarang rekomendasinya giginya harus di cabut dua, bukan hanya satu.  Kami diskusi agak lama. Dokter ortodentisnya menyarankan di cabut satu, tapi dokter gigi ini merekomendasikan dua.  Akhirnya kami diyakinkan bahwa lebih baik dua yang di cabut, depan bawah satu dan satu lagi di ujung. Dalam hati kami berkata, apa dokter ortodentisnya tidak teliti memeriksanya ya.

Kami kembali lagi ke dokter ortodentis dengan gigi yang sudah di cabut.  Dokternya meminta di foto dan balik lagi Selasa depan, katanya.  Kami mengangguk. Ini sudah tiga kali ke dokter gigi, namun belum bisa dikerjakan juga. Kami mengerti bahwa giginya harus di foto terlebih dahulu.

Selasa depannya kami menghadap lagi dengan membawa hasil foto gigi. Ada  lembar foto yang kami serahkan. Setelah di amati dan dipelajari, dokter ortodentisnya mengatakan, ini tulang giginya tipis, dan meminta untuk di foto khusus  gigi depan bawah ( seperti di zoom gitu ). Malam itupun tidak jadi di pasang kawat giginya.

Sambil pulang, kami mencoba mencari dokter ortodentis lain sebagai alternatif pilihan. Anak saya sudah mulai complaint. Ini sudah 2 minggu lebih bolak balik ke dokter ortodentis, tapi belum bisa dipasang juga. Belum lagi nanti kalau control setiap bulannya.  Saya repot juga bolak balik Malang Surabaya. Dokternya tidak prakteks setiap hari,  keluh anak saya.

Beruntunglah kami. Kami mendapat referensi dari teman teman kantor.  Mereka langganan dokter ortodentis ini. Kliniknya bagus, wangi dan modern; tambahnya.
Berbekal nomor telpon yang diberikan oleh teman saya ini, kami telpon dan janjian dengan dokter ortodentis ini. Sekali datang, langsung bisa menyimpulkan banyak hal. Banyak informasi baru yang kami peroleh dalam pertemuan pertama ini. Informasi ini belum kami peroleh dalam empat kali pertemuan dengan dokter ortodentis yang lama. Menyangkut biaya kami diberikan pilihan dengan ditunjukkan barangnya. Dari yang Rp 4 juta sampai yang Rp 8 juta. Yang diatas itu hanya ditunjukkan brosurnya.  Yang harganya diatas  Rp 4 juta bahannya relatif lebih nyaman dibanding dengan yang Rp 4 juta.  Untuk yang Rp 5 juta keatas bedanya hanya pada estetikanya saja.  Kenyamaannya sama. 

Kami ketemu dokter ortodentis ini jauh lebih senang. Karena komunikatif, educatif dan jauh lebih murah.

Saya, istri dan anak saya akhirnya mengatakan, begitulah cara Tuhan menunjukkan yang terbaik.  Tuhan menciptakan kesulitan kesulitan pada kami untuk berobat di  dokter ortodentis di Rumah sakit itu. Coba kalau tidak ada kesulitan, kita tidak bakal berpindah ke dokter lain. Ternyata kita bisa berhemat Rp 7 juta belum termasuk biaya control setiap bulannya. Disamping itu, kita bisa memanfaatkan waktu dengan lebih baik lagi. Kalau di Rumah Sakit; dokternya hanya berpraktek 2 kali seminggu. Kalau yang ini bisa setiap hari. Bisa janjian. Jadi tidak harus menunggu terlalu lama.

Memang, seperti yang kita yakini, Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk umat Nya. Kita sering kali tidak sabar dengan cara Tuhan menunjukkan dan mengarahkan kita.  Sering Tuhan memudahkan kita. Sering juga Tuhan memberikan kesulitan kepada kita. Kalau kita bersabar, tentu kita akan tahu hikmah dari kesulitan yang diberikan Tuhan. Namun kalau kita tidak bersabar, kita tidak akan memetik hikmahnya.  Ada cerita orang yang terhindar dari kecelakaan pesawat melalui bocornya ban mobil. Karena harus menambal ban, akhirnya dia terlambat sampai di airport dan ditinggal pesawat. Saat itu dia menggerutu. Namun beberapa saat kemudian dia mendapat berita bahwa pesawat yang meninggalkannya mengalami kecelakaan.

Seorang teman bertanya; bagaimana kita tahu bahwa kesulitan dan hambatan itu adalah cara Tuhan mengaturnya dan bukan karena kecerobohan dan kelalaian kita.

Pertama; apakah kita telah menyempurnakan ihtiar kita. Ihtiar kita adalah cara manusia memantaskan untuk mendapatkan sesuatu. Kita bekerja keras adalah cara mulia untuk mendapatkan rezeki. Kita belajar adalah cara mulia untuk lulus.

Yang perlu direnungkan adalah tingkat kesempurnaan ihtiar. Saya pernah melakukan wawancara untuk calon pemimpin. Saya minta menceritakan pengalaman kerja keras yang pernah dilakukannya. Salah satu dari mereka menjawab kalau dia pernah bekerja sampai larut malam, sampai jam 21.00.  Satunya lagi bercerita bahwa dia pernah sampai 3 hari tidak pulang. Tidur hanya 3 jam. Ukuran sempurnanya seorang juara akan berbeda dengan ukuran sempurnanya seorang pemalas. Targetnya tidak masuk akal, kata seorang peserta pelatihan.  Tidak masuk akal bagi average people, kata saya. Namun bagi sang pemenag, target itu sangat masuk akal.

Kedua; apakah kita telah sungguh sungguh memohon kepada Nya. Seorang teman auditor mengatakan kalau dia selalu cemas. Cemas memikirkan jangan jangan masih ada yang terlewatkan sehingga cabang yang dia beri nilai bagus, terjadi kasus. Kalau kita sudah yakin 95% pekerjaan sudah kita cover dengan baik, yang 5 % serahkan kepada Tuhan melalui doa kita. We do the best, and let God do the rest, kata seorang bijak.

Kalau ihtiar  telah kita  sempurnakan, doa telah kita panjatkan; yang ketiga, bertawakal dengan tetap memohon untuk diberikan kemudahan dan hikmah. Seorang bijak menasehati; bila kau tidak ridlo atas takdirmu; kau tidak akan bisa menikmati kebahagiaan dunia. Ustad kami mengatakan kalau kau kehilangan sesuatu; bertawakallah, introspeksi dan mohon ganti yang lebih baik kepada yang Maha Memberi Hidup.

Semoga menginspirasi … ( NA )

28 November 2014

PELAJARAN DARI RUANG PRAKTEK DOKTER




Anak saya mau pasang kawat gigi. Setelah beberapa kali berkunjung ke ortodentis di salah satu rumah sakit terkenal di Surabaya; akhirnya kami pindah dokter.  Kami mendapatkan referensi dokter gigi dari seorang teman. Katanya dokter gigi ini bagus meskipun masih muda. Tempat prakteknya nyaman dan tidak perlu antri karena memang harus membuat perjanjian terlebih dahulu.

Sore itu kami berkunjung ke dokter gigi muda referensi teman saya itu.  Setelah di periksa, dokter mengatakan kondisi giginya siap dipasang kawat gigi.  Kami memang membawa hasil foto gigi anak saya.  Kami janjian kapan kawat giginya dipasang. Rupanya dokter gigi ini pasiennya banyak.  Besuk pagi, jadual saya sudah penuh, katanya. Sedangkan anak saya harus segera kembali ke Malang. Akhirnya kami mendapatkan win win solution. Dokternya mau buka prakek 2 jam lebih  awal  dari jam praktek normalnya. Ini yang perlu di acungi jempol. Dokter ini mau menegosiasi. Dia faham betul kondisi pasiennya.  Sering kami temui dokter yang tidak mau buka di luar jam prakteknya. Kecuali kondisi gawat darurat.

Dokternya memang ramah sekali. Saya mendapatkan banyak informasi dan ilmu dari dia mengenai kondisi gigi anak saya.  Padahal baru pertama kami berkunjung. Informasi dan ilmu itu tidak kami dapatkan dari dokter rumah sakit; meskipun kami sudah berkunjung 4 kali.

Memang dia sibuk sekali; namun hak pasien sangat di perhatikan. Hak pasien untuk mendapatkan informasi. Dia menjelaskan dengan sangat ramah dan mempergunakan bahasan/istilah yang mudah dimengerti oleh orang  awam. Bukan istilah tehnis kedokteran yang sulit dimengerti oleh orang awam seperti saya. Biasanya seorang yang sangat ahli dibidang tertentu dalam menjelaskan ke orang lain dengan memakai istilah istilah teknis. Saya pernah berkunjung ke dokter internis. Dia menjelaskan panjang lebar mengenai penyakit dan kondisi badan saya. Sayangnya; banyak istilah kedokteran yang dia pergunakan, sehingga pada akhir pembicaraan saya selalu bertanya artinya apa dok ?

Saat pemasangan kawat gigi; anak saya minta di temani.  Agar kalau ada yang perlu diputuskan ada yang bisa diajak pertimbangan, katanya beralasan. Sayapun ikut masuk ke praktek dokternya. Sebelum dipasang kawat gigi, sekali lagi dokternya menjelaskan dengan baik.

Dokter ini ditemani oleh 2 orang assisten. Satu orang membantu menyiapkan alat yang diperlukan, satu lagi membantu menyinari. Begitu selesai memasang sesuatu dokter bilang ke assistennya; tolong di sinari ( terus terang saya tidak tahu maksudnya ).

Saya memperhatikan bagimana dokter dengan sangat antusias; sepenuh hati, serius menggarap gigi anak saya. Dia sangat totalitas.  Kondisi yang kontras dengan assisten yang bagian menyinari. Dia kelihatan tidak terlalu antusias. Just doing the job.  Setelah manik2 nya ( saya tidak tahu apa namanya ) terpasang di gigi, kini giliran dokternya memasang kawatnya. Namun tiba tiba dia memanggil assisten yang bagian menyinari dengan nada yang sangat kecewa. Ini banyak yang lepas. Kamu menyinarinya tidak sempurna. Kamu telah memberikan PR kepada saya. Mestinya 10 menit lagi selesai, kini harus mengulang; kata sang dokter.  30 menit waktu saya akan habis sia sia. Di luar sudah menunggu pasien berikutnya, kasihan dia harus menunggu lama; lanjut dokter dengan nada kecewa.

Dalam perjalanan pulang saya ngomong sama anak saya. Tuh, kalau kerja tidak sepenuh hati.  Hasilnya tidak bagus. Terus supaya dapat kerja sepenuh hati gaimana caranya; tanya anak saya.

Pertama, kita harus bisa menemukan pentingnya pekerjaan kita. Kalau kita merasa apa yang kita kerjakan itu penting, tentu kita akan antusias, sungguh sungguh dalam mengerjakan. Tanpa peran kita; hasil secara keseluruhan akan jelek. Seorang tukang batu yang sedang bekerja untuk membangun rumah ibadah; tentu akan berbeda antusiasmenya dibandingkan dengan tukang batu yang sedang bekerja membuat tembok pagar, padahal apa yang dikerjakannya sama-membuat dinding !!!

Sering kita mengatakan; tanpa kehadiranmu acaranya tidak akan ramai untuk “memaksa” orang mau hadir dalam acara itu. Sejatinya kita sedang mengirim pesan bahwa peran dirimu sangat penting. Dan efeknya luar biasa …  orang yang rencananya tidak hadir menjadi hadir.

Kedua; menciptakan rasa tanggung jawab. Sebetulnya ketika kita diberi perintah; dimintai tolong atau mempunyai rencana melakukan sesuatu; saat itu tanggung jawab sudah melekat pada kita. Namun tidak sedikit yang tidak “merasa”  punya tanggung jawab. Bahkan sudah melakukan pekerjaanpun masih banyak yang belum “merasa”  punya tanggung jawab. Padahal rasa tanggung jawab ini yang akan membuat orang bersunggung sungguh. Yang bisa membuat orang bekerja tanpa mengenal lelah.

Bila anda ditunjuk sebagai ketua panitia suatu acara; meskipun badan anda flue berat anda akan memaksakan diri untuk hadir. Ketika hadir anda akan menunjukkan seakan akan anda tidak sakit dan anda kelihatan atau merasa tidak sedang sakit. Itulah makna tanggung jawab.

Karena tidak setiap orang punya “rasa” tanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya; maka sangat penting bagi kita untuk mengatakannya secara jelas. Ini tanggung jawabmu !!!  Tolong lakukan dengan baik.  Atau dengan kalimat; lakukan tugas ini dengan penuh rasa tanggung jawab.

Ketiga; menciptakan “rasa” krisis ( creating sense of crisis ).  Bayangkan apa dampak resiko bila tugas itu tidak dilakukan dengan baik.  Dokter gigi anak saya tahu dan faham betul resiko bila pemasangan kawat gigi tidak bagus. Gigi tidak akan rapi dan ujungnya brand image dokter ini akan jatuh. Dampak berikutnya tidak akan ada pasien yang datang; terus darimana dia bisa membiayai karyawan dan perlatan clinicnya. Sedangkan asisten dokternya tidak faham atas resiko resiko itu. Inilah pentingnya leadership. Bagaimana membuat followernya mempunyai jarak pandang sejauh jarak pandang leadernya.

Keempat, menumbuhkan aspek spiritualitas. Mulai dari pemahaman dan keyakinan bahwa bekerja itu ibadah. Dan kunci dari ibadah itu keikhlasan. Orang yang ikhlas akan bekerja dengan sungguh sungguh sepenuh hati. Beda dengan seikhlasnya. Seikhlasnya akan memberikan ala kadarnya.

Spiritualitas juga dimaknai bahwa setiap yang dikerjakan akan dimintai pertanggungan jawab dunia sampai akherat. Akherat adalah alam kelanggengan. Jadi mempertanggung jawabkan di akherat akan sangat lama. Dampaknya tidak terhingga.

Spiritualitas juga dimaknai bahwa apapun yang dikerjakan adalah ladang amal. Setiap langkah; setiap gerak yang dilakukan dengan niat yang baik pada dasarnya menabung untuk membangun rumah di surga. Rumah di Surga adalah rumah kelanggengan, oleh karena itu harus dipersiapkan sebaik mungkin. Dengan cara menabung sebanyak mungkin.

Marilah kita belajar dan belajar terus untuk bisa melakukan tugas yang diamanahkan kepada kita dengan sepenuh hati.

Semoga menginspirasi ….

10 November 2014

DRIVER ADALAH PEMIMPIN - REVOLUSI MENTAL


Ketika break siang hari itu saya harus mengunjungi dokter di salah satu rumah sakit di Surabaya. Saya diantar oleh driver.  Begitu keluar dari kantor; driver saya bilang kita harus lewat jalan yang sedikit muter. Kalau lewat jalan yang biasanya akan terjebak macet, katanya.  Ini khan lancar sekali, kata saya sambil menunjuk ke jalan didepan kami yang memang masih lancar jaya. Disini lancar, namun jalan didepan Grahadi akan sangat macet. Ada demo besar besaran menuntut UMR, katanya menjelaskan. Rupanya driver ini memonitor kondisi jalan dari salah satu radio yang memang punya program traffic report. Dia juga terbiasa saling berbagi info kemacetan dengan sesama driver. Jadi up date dengan kondisi jalanan di Surabaya. Saya manut saja dengan pendapatnya..

Dalam perjalanan, saya sibuk membaca dan menjawab email yang menumpuk sejak pagi. Memang hari itu, sejak pagi sampai sore nanti saya ada jadual rapat.  Praktis selama dalam perjalanan, saya tidak melihat kondisi jalan. Sampai pada suatu ketika driver bilang, rupanya macetnya sampai disini juga. Saya dongakan kepala dan melihat kondisi jalan didepan. Macet sekali. Banyak sepeda motor yang membawa bendera dan beberapa truk membawa bendera dan sound system besar. Betul, ada demo. Mereka jalan pelan pelan. Kita hanya akan terkena sedikit macet disini, namun setelah ini akan lancar, dia berusaha meyakinkan saya. Dan memang betul, kami hanya terkena macet tidak lebih dari 5 menit, setelah itu sangat lancar.

Saya membayangkan seandainya driver saya itu tidak memonitor kondisi jalanan, tentu dia akan memilih jalan didepan grahadi. Tentu akan sangat macet bahkan bisa bisa berhenti. Kalau sudah macet; saya akan terlambat mengikuti rapat siang hari. Kalau terlambat ikut rapat; berarti tidak bisa ikut memberikan pendapat dan solusi dari masalah yang terjadi di cabang cabang. Itu berarti ….  ( dampak dari kemacetan bisa di lanjutkan sangat jauh dan panjang ).  Ini karena dampak dari driver yang tidak bisa mengetahui kondisi jalanan.

Demikian juga dengan pemimpin. Memang driver adalah pemimpin diatas kendaraan. Dia dituntut untuk mencari jalan yang paling cepat; paling nyaman dan paling aman. Pemimpin juga begitu. Dia dituntut untuk mengetahui kondisi dilingkungannya maupun diluar lingkungannya. Dia harus tahu lebih dahulu apa yang terjadi. Kemudia membuat langkah antisipatif. Kalau salah mengantisipasi; tidak saja pemimpinnya yang terkena dampak, namun semua penumpangnya, semua karyawan yang dipimpinnya. Kalau pemimpin salah mengambil tindakan, perusahaan bisa rugi. Perusahaan rugi, gaji karyawan tidak naik, bonus tidak bisa dibayarkan. Ini semua hanya karena kesalahan satu orang. Yaitu pemimpin.

Dalam perjalanan, driver sama sekali tidak boleh mengantuk, apalagi tidur. Dalam satu kesempatan kami jalan ke luar kota, driver saya bilang, mas silakan tidur. Biar nanti ketika sampai di tujuan bisa lebih fresh dan tugasnya bisa diselesaikan dengan memuaskan. Nanti kalau sudah sampai di tujuan; mas kerja lagi gantian  saya yang tidur.  Siapa yang lagi tugas tidak boleh tidur, katanya sambil terkekeh.

Selama perjalanan, driver harus selalu waspada. Bila jalanan macet, harus mencari akal untuk bisa keluar dari kemacetan. Sedangkan penumpangnya bisa tidur seenaknya. Bahkan seringkali tidak tahu kalau kondisi macet.  Driver harus hafal jalan. Penumpang tidak perlu hafal jalan. Saya pernah kesasar atau salah jalan, padahal tidak hanya sekali dua kali saya ke tempat itu. Namun selama itu saya bertindak menjadi penumpang. Giliran saya harus menyetir sendiri, ternyata bingung. Itulah penumpang. Tidak dipaksa mengasah ingatan.

Driver harus faham betul dengan rambu rambu. Dia harus jeli membaca rambu dan petunjuk arah. Bila tidak jeli, kendaraan dan penumpangnya beresiko akan mengalami kecelakaan.  Bisa dibayangkan bagaimana kalau seorang pemimpin tidak tahu aturan, tentu unit organisasi yang dipimpinnya akan terkena resiko dan itu bisa menghancurkan unit organisasinya.

Jadi siapapun harus di ajari dan diasah driving spiritnya, bila ingin menjadi pemimpin yang baik.

Pertama, harus didorong untuk berani mengambil tanggung jawab. Orang yang merasa mempunyai tanggung jawab tentu akan bekerja sebaik mungkin. Ada seorang staff kami yang selama ini dikeluhkan oleh atasannya. Kami sepakat staff ini baik dan pintar namun tidak punya inisiatif dan kerja asal asalan.  Kemudian kami berikan project khusus kepada staff ini. Dia kami tunjuk sebagai penanggung jawab utamanya. Hasilnya sangat memuaskan. Tidak hanya proyeknya selesai dengan baik. Namun staff ini telah menunjukkan dia punya inisiatif dan semangat kerja yang luar biasa. Merasa bertanggung jawab adalah kuncinya.

Kedua, didorong berani mengambil keputusan. Tentu beserta konsekwensinya. Hanya orang yang berani mengambil resikolah yang berani memutuskan. Mereka yang berani mengambil resiko adalah mereka yang tahu persis besarnya resiko dan tahu persis kemampunya untuk menangani resiko itu. Ini akan mendorong orang untuk belajar, jeli dan lincah dalam bertindak. Bagi yang masih yunior diperlukan pendampingan dari seniornya. Semakin berpengalaman seseorang kemahiran menimbang resiko dan menanganinya semakin baik. Tingkat keyakinan didalam memutuskanpun akan semakin baik. Keyakinan memutuskan mempunyai multiplier efek yang baik bagi follower followernya.

Ketiga, Didorong untuk selalu belajar dan jeli atau waspada. Jaman selalu berubah. Setiap jaman mempunyai tantangannya masing masing. Dan setiap tantangan membutuhkan kompetensinya masing masing. Kejelian membaca perubahan sangatlah penting.  Setelah tahu dan sadar akan adanya perubahan dan tantangan yang akan dihadapinya maka langkah selanjutnya adalah membekali diri dengan pengetahuan dan infrastrukturnya.  Mereka yang mempunyai driving spirit yang baik tentu akan selalu up date kondisi lingkungannya, belajar agar tidak ketinggalan. Dia tidak boleh bermalas malasan.  Dia tidak boleh mengandalkan orang atau fihak lain. Dia harus mandiri.

Keempat, Ini yang paling penting. Harus punya tujuan.  Driver yang tidak punya tujuan tidak akan kemana mana. Dia hanya menghabiskan bensin mengukur jalan. Orang yang tidak punya tujuan hidup juga tidak akan kemana mana.  Mereka hanya menyia nyiakan sisa hidupnya. Orang yang tidak punya tujuan hidup tidak akan mempunyai gairah. Hidupnya akan sangat membosankan. Semakin tinggi dan mulia tujuan hidup seseorang semakin bergairah dia untuk mencapaiya.

Hari ini adalah hari Pahlawan. Para pahlawan berjuang bertaruh nyawa. Mereka punya satu tujuan. Jihat memerangi penjajah. Keluar dari penjajahan menuju ke kemerdekaan. Merdeka atau mati adalah semboyannya. Tekat bulat.  Seperti halnya driver; mereka dihadapkan dengan kesulitan dan tantangan. Mereka berusaha dan mencari jalan keluar. Sangat jeli dan mandiri. Tidak seperti penumpang.

Sekarang tugas kita mengasah dan menciptakan driver driver baru untuk menahkodai kapalnya masing masing; paling tidak kapal dirinya sendiri.

Semoga mengispirasi ….