31 Oktober 2010

Ada satu keluarga yang tinggal di pinggiran kota besar

Mereka mengontrak rumah dengan kondisi yang hanya cukup untuk sebagai tempat untuk berlindung dan berteduh dari panas dan hujan.

Secara ekonomi kehidupan keluarga ini jauh dari kehidupan yang layak, cukup, berada ataupun mapan.

Penghasilan yang tidak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari istri dan kedua buah hatinya yang masih sangat membutuhkan biaya untuk sekolah.

Si Ayah setiap harinya membuka jasa tukang tambal ban di pinggir jalan.

Sedangkan si Ibu jadi buruh cuci pakaian di rumah-rumah tetangga sekitarnya.

Begitulah kehidupan keluarga ini sudah dijalani bertahun-tahun,

Namun keluarga ini tidak pernah mengeluh atau protes atas kehidupan yang telah ditakdirkan oleh Allah kepada mereka.

Malah justru sebaliknya keluarga ini sangat mensyukuri atas apa yang telah dikaruniakan oleh Allah, kepada mereka

Diberi kehidupan yang tentram, damai dan kesehatan itu sudah suatu kenikmatan yang luar biasa bagi mereka.

Dan terus tekun beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Sholat lima waktunya tidak pernah bolong.

Puasa sudah menjadi kebiasaan mereka.

Dengan penghasilan yang tidak menentu mereka masih bisa menabung walaupun sedikit

Yang lebih mengagumkan lagi, tidak lupa disisihkan sebagian dari penghasilan mereka yang pas-pasaan untuk disedekahkan kepada yang berhak.

Suatu malam si Ayah berbincang-bincang dengan si Ibu dibangku kayu depan rumah, sedangkan kedua buah hati mereka sudah terlelap :

Ayah : Ibu, apa ibu menyesal dengan kehidupan kita jalani sekarang.

Ibu : Tidak pak. Ya ini memang sudah yang telah di takdirkan Allah kepada kita.

Ayah : apa ibu punya keinginan

Ibu : sebenarnya Ibu ingin sekali melaksanakan rukun islam yang ke lima

Dengan agak kaget, bukan karena keinginan yang tidak mungkin dapat terpenuhi, tapi karena keinginan si Ibu ini sama dengan keinginan si Ayah.

Ternyata mereka sudah lama mempunyai keinginan yang sama. Yaitu menjalankan ibadah haji untuk memenuhi panggilan Allah.

Seperti ada kekuatan yang maha dahsyat yang dirasakan si ayah yang mendorongnya untuk segera bermunajat kepada Allah.

Dipeluknya si Ibu, dengan suara bergetar si Ayah berkata: “Ayah juga punya keinginan yang sama, ayo bu segera ambil air wudhu kita sholat bersama dan

Bermunajat kepada Allah. Si ayah merasa yakin sekali bahwa do’a-do’a nya di dengar oleh Allah.

Dengan keyakinan yang sangat kuat bahwa Allah akan mengabulkan do’a-do’a hambaNya.dan dengan terus berikhtiar.

Ayah : bu, mulai besok, ayah buka tambal ban sampai malam, tapi ayah tidak meminta ongkos, ayah niatkan untuk ibadah kepada Allah.

Ibu : Alhamdulillah, mudah-mudah Allah memberi kemudahan kepada kita.

Begitulah waktu berjalan sejak hari itu si Ayah buka jasa tambal ban mulai pagi hingga malam hari.

Pagi sampai sore tetap ditarik ongkos, setelah sholat maghrib tidak titarik ongkos.

Di luar dugaan,setiap hari tambal ban si ayah ramai tidak seperti biasanya.

Sudah berpuluh puluh sepeda motor dan mobil yang menikmati jasa tambal ban gratis si ayah bila malam hari

Seiring waktu berjalan, suatu malam kurang lebih jam 19:30 tiba- tiba ada mobil mewah yang berhenti di tempat tambal ban si ayah.

Keluarlah dari mobil seorang pria paro bayah dengan pakaian necis dengan nama “si kaya”. mendekatlah si ayah sambil bertanya;

Ayah : maaf, bisa saya bantu pak

Si kaya : ban mobil saya bocor, tolong di tambal, jangan lama-lama pak.!!

Ayah : baik pak, saya usahakan.

Bongkar pasang dan tambal ban, sudah menjadi makanan Ayah sehari-hari, jadi dalam waktu 10 menit, sudah selesai semua.

Ayah : Sudah selesai pak, silahkan jalan, hati-hati.

Si Kaya : berapa ongkosnya..?, Tanya si kaya sambil mengambil uang kecil di dashboard mobil.

Ayah : Tidak usah pak terima kasih, silahkan jalan.

Si kaya : ini uang jasa bapak, yang sudah menambal ban mobil saya.

Ayah : terimah kasih pak, saya sudah berjanji karena saya niatkan kerja saya ini hanya untuk beribadah kepada Allah.

Karena terburu-buru dan tidak mau terus berdebat akhirnya si kaya pergi meninggalkan ayah yang masih berdiri.

Sepulang dari keperluannya, sambil menjalankan mobil si kaya dalam hatinya terus bertanya-tanya. Mengapa tukang tambal ban tadi tidak mau di kasih uang.

Dan kata-kata tukang tambal ban itu, terus terngiang-ngiang di telinga si kaya “saya niatkan kerja saya ini hanya untuk beribadah kepada Allah”

Karena tidak tahan dengan rasa keingin tahuan akan alasan si tukang tambal ban. Siapakah bapak si tukang tambal ban itu sebenarnya ?

Sebulan kemudian datanglah kembali si kaya ke tempat tambal ban.

Ayah : maaf, bisa saya bantu pak ?

Si kaya : bapak masih ingat dengan saya, waktu ban mobil saya ini bocor, dan bapak tidak mau saya kasih ongkos….!!!!

Ayah : yang menambal ban disini banyak, maaf pak kalo saya lupa, ada apa ya pak ??

Tanya si ayah agak sedikit takut, mungkin ada yang salah pada saat menambal,sehingga menimbulkan kerusakan atau ada barang yang tertinggal. !!?? berbagai

pertanyaan bergayut di benak si ayah.sambil terus mempersilahkan duduk si kaya di bangku kayu alakadarnya.

Si kaya : Tidak pak, saya penasaran saja. Kenapa bapak tidak mau dikasih ongkos, dan bapak juga berjanji, niat kerja bapak hanya untuk beribadah kepada Allah.!?

Maka mulai berceritalah si ayah dari awal hingga akhir, bahwa ini semua mereka lakukan karena keinginan yang sangat kuat untuk menjalankan ibadah haji memenuhi

panggilan Allah. Lalu dengan mata berkaca-kaca, si kaya balik bercerita kepada ayah .

si kaya : bapak, Mungkin ini sudah menjadi kehendak Allah,mempertemukan saya dengan bapak, ketahuilah bahwa ketika ban mobil saya bocor,dan saya menambal ban

di tempat bapak. Itu adalah perjalanan saya menuju suatu tempat, karena sudah ada janji untuk ketemuan langsung dengan client-client saya, jam 20.00.

Saya tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada bapak yang buka tambal ban disini,dan bapak lebih dari 10 menit untuk menambal ban mobil saya,

sehingga saya terlambat dan mungkin saya akan kehilangan kesempatan yang sangat berharga bagi kemajuan perusahaan saya.dan saya

sudah tidak akan dipercaya lagi oleh client-client saya, karena sudah ingkar janji. Dan perlu bapak ketahui juga dari hasil pertemuan itu perusahaan saya telah

memenangkan tender yang nilai keuntungannya miIlyaran rupiah. bapak, oleh karena itu saya akan memberikan hadiah untuk bapak, seperti apa yang bapak dan ibu

inginkan.yaitu berangkat ibadah haji ke tanah suci dan bersama-sama dengan saya.

Mendengar pernyataan si kaya, badan ayah seperti bergetar antara percaya dan tidak, maka di panggilnya si ibu yang ada di dalam bilik bersama kedua anaknya.

Dipeluknya istri dan kedua anaknya, diajaknya mereka mengucap syukur kepada Allah, bahwa apa yang telah mereka lakukan dengan tulus dan ikhlas ini tidak sia-sia

Dan do’a-do’a yang mereka panjatkan tiap hari akhirnya terjawab sudah.

Tidak sampai disitu kalau Allah sudah berkehendak, sepulang dari tanah suci, keluarga ini akhirnya di pekerjakan di perusahaan si kaya. Ayah di jadikan pejaga gedung,

Dan Ibu di kantin perusahaan, dan mereka sekarang tinggal di lingkungan perusahaan.Kedua buah hatinya juga bisa sekolah.


“Ya Allah ampuni dosa kami, karena hamba-hambaMU penuh dengan dosa”

“Ya Allah berikanlah petunjukMU agar kami dimudahkan dalam segala urusan”

“Ya Allah berikanlah kami kesehatan, agar kami dapat terus beribadah kepadaMU”

“Ya Allah bukakanlah hati kami, agar kami jadi hamba-hambaMU yang ikhlas dan pandai bersyukur”


“Manusia hanya bisa berencana namun tetap Allah yang menentukan”

“tidak sulit bagi Allah untuk mengubah kehidupan manusia,semudah membalikkan telapak tangan”

( diambil dari email kiriman sahabat )