28 Maret 2010

NASEHAT DARI BAPAK TANI # 1

Ketika musim kemarau mau berakhir; yang ditandai dengan munculnya “lintang luku” ( bintang dilangit yang bentuknya menyerupai bajak - dipakai sebagai tanda bahwa musim hujan akan segera tiba ); Bapak saya sudah mulai sibuk mencari bibit padi. Beliau mengambil beberapa karung gabah ( padi kering ) dari gudang; kemudian dijemur. Setelah itu; dipilih butiran padi yang berkualitas baik. Tidak jarang dari sekian karung yang dikeluarkan tidak ditemukan gabah yang layak dibuat benih. Kalau sudah demikian; Bapak saya kemudian datang ke dinas pertanian untuk membeli benih yang berkualitas baik; yang oleh Pak Mantri Tani disebutnya sebagai benih Unggul.

Untuk mencari bibit padi Unggul; Bapak sering memperhatikan betul tanaman padi yang sudah menguning yang akan segera dipanen di setiap sawahnya. Kebetulan lokasi sawah Bapak saya itu berpencar di beberapa lokasi; tidak satu blok. Beliau sering menghitung berapa butir padi pada disetiap bulirnya. Apabila setiap bulirnya terdapat banyak butir padinya; itu berarti padi ini akan menghasilkan lebih banyak. Nah; ini termasuk padi yang bagus. Ini lihat disamping banyak butir padinya; juga padat berisi di setiap butirnya. Ini layak dibuat bibit pada musim tanam tahun depan; kata Bapak saya disatu kesempatan. Tapi rupanya bukan hanya itu kriteria padi yang layak dipakai sebagai bibit. Bapak juga memperhatikan apakah tinggi tanaman padinya sama tinggi; kalau dilihat rata seperti gelaran karpet ? Meskipun menghasilkan banyak butir padi disetiap bulirnya dan setiap butirnya pada berisi; namun kalau tinggi tanaman padi tidak cukup merata; variance ketinggiannya besar; Bapak tidak akan memasukkan padi itu sebagai bibit Unggul. Ketika saya tanyak kenapa ? Penjelasannya cukup simple. Kalau tinggi tanamannya tidak rata; pada njabrik gitu; itu tandanya kualitasnya sudah mulai menurun; dan biasanya kalau dipakai bibit; maka hasil panennya tidak sebagus yang sekarang.

Apabila ada satu lokasi sawah yang padinya memenuhi kriteria bibit; maka ketika padi tersebut dipanen; Bapak akan menyisihkan beberapa karung untuk dipakai sebagai bibit pada musim tanam berikutnya. Bapak menyimpannya terpisah dengan karung karung gabah yang lainnya; biar tidak tertukar. Meskipun sudah disimpan terpisah dengan karung gabah yang lain; Bapak masih juga memberikan tanda/tulisan dikarung yang berisi gabah – bibit Unggul itu.

Begitu ketatnya Bapak didalam memilih bibit padi yang akan ditanam. Saya sering mengeluh ketika diminta untuk mencari bibit padi yang berkualitas. Apakah gabah yang ada ini tidak bisa tumbuh kalau ditanam; Tanya saya setengah protes. Bisa; jawab Bapak saya singkat. Kalau kamu ingin hasil panen padi yang melimpah; kamu harus mencari bibit yang sangat baik; kamu harus mencari bibit Unggul. Karena dengan menanam bibit Unggul inilah; hasil panen akan melimpah. Kalau yang ditanam gabah ini; yang berkualitas “sembarang gabah” jangan harap hasil panennya akan bagus. Kata Bapak saya menjelaskan.

Sekarang saya sedang merenungkan kata-kata Bapak puluhan tahun yang lalu. Kalau pingin hasil panen yang bagus, tanamlah bibit Unggul. Kalau bibitnya kualitas “sembarangan” jangan harap panennya akan bagus. Saya mencoba mengembangkan kalimat itu dengan lebih extrim; agar lebih mudah dicerna. Kalau pingin panen padi; jangan tanam benih jagung. Karena kalau yang ditanam benih jagung; pastilah akan menghasilkan panen jagung. Itulah hukum alam.

Seperti juga pepatah; rajin pangkal pandai; hemat pangkal kaya. Setiap orang juga sudah faham. Sefaham dengan “rahasia sukses”. Setiap orang juga sudah mengetahui; untuk sukses diperlukan kerja keras; usaha yang keras; belajar yang keras; dan berdoa yang keras. Namun sayangnya kita ini; termasuk juga saya; sering lupa. Dengan perilaku yang asal asalan; dengan perilaku kualitas “sembarangan” mengharapkan panen yang berlimpah; mengharapkan sukses yang berlimpah. Bukannya itu ibarat menanam bibit jagung mengharapkan panen padi ? Sepeti buah semangka berdaun sirih – yang hanya ada di dalam lagu.

Semoga menginspirasi …. ( semalang indah, 21.33 wib )

21 Maret 2010

TANGGUNG JAWAB

Pagi itu saya terlibat diskusi dengan salah satu Manager ditempat saya bekerja. Ada seorang staffnya yang minta pindah kerja ke bagian lain; dengan alasan dia tidak cocok kerja di bagiannya yang sekarang. Manager ini kemudian bertanya apakah ada bagian lain yang membutuhkan tambahan staff. Kalau ada; tolong staffnya ini bisa dipindah kesitu; begitu kira kira maksudnya.
Mulailah terjadi diskusi Tanya Jawab. Ketika saya Tanya apakah menurutnya – sebagai supervisor dari staff ini – yang bersangkutan memang tidak cocok kerja dibagiannya sekarang; dijawabnya iya memang tidak cocok. Buktinya banyak pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dengan baik.
Tidak bisa menyelesaikan pekerjaan; menurut saya lebih banyak factor tanggung jawab. Pribadi yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi pastilah akan menyelesaikan setiap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya; meskipun untuk itu dia akan mengalami berbagai kesulitan. Saya pernah melihat seorang teman yang kakinya sedang sakit dan tidak bisa berjalan dengan normal. Kalau kekantor dia diantar oleh istri dan anaknya. Sampai didepan kantor; istri dan anaknya harus membantunya keluar dari mobil; menyiapkan kursi roda; begitu juga saat pulangnya. Saya bisa bayangkan bagaimana dia harus ke kamar kecil. Dengan berbagai kesulitannya dia tetap masuk kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Saya juga sering menjumpai orang yang profesinya tidak sesuai dengan pendidikan formalnya. Seorang Insinyur harus belajar akuntansi. Saya tahu betul bagaimana dia belajar. Dia baca buku akuntansi; terus Tanya kesana kemari hanya untuk mengetahui jurnal. Usaha yang dilakukan 3 kali lipat lebih dari teman2 yang lulusan ekonomi.
Seringkali kita tidak bisa membedakan dengan jelas antara tanggung jawab dan kompetensi/kemampuan. Orang yang mempunyai kompetensi memungkinkan akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan lebih gampang. Meskipun demikian orang inipun sangat mungkin tidak menyelesaikan tugasnya; bila tidak mempunyai rasa tanggung jawab.
Rasa tanggung jawab adalah manifestasi dari tingkat kedewasaan seseorang. Rasa tanggung jawab inilah yang sangat membedakan antara orang dewasa ( bukan tua usia ) dan orang belum dewasa. Banyak orang dengan tingkat umur yang relative lebih muda; mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. Demikian juga sebaliknya; banyak kita jumpai orang yang usianya sudah relative tua; namun mempunyai perilaku kekanak kanakan.
Tanggung jawab sangat berhubungan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk yang bermoral dan beretika. Sangat berhubungan juga dengan manusia yang mempunyai kehendak bebas ( free will ) untuk memilih. Karena manusia diberikan kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah; antara yang bagus dan yang buruk dan diberikan juga kuasa untuk memilih; maka itulah manusia dituntut tanggung jawab. Lain halnya dengan binatang misalnya; yang bertindak hanya karena dorongan factor hormonal. Maka ketika hormon seksualnya tinggi dan ada lawan jenisnya; maka dimanapun berada hewan tersebut akan melampiaskannya. Dan tidak akan ada orang yang mengatakan binatang tersebut tidak sopan; pun juga tidak ada yang menuntut tanggung jawab.
Semoga menginspirasi …. ( Semalang Indah 19.15 wib