23 Desember 2014

NO FRANCHISE FEE..



Bila kita pergi ke tempat keramaian; tempat berkumpulnya banyak orang; seperti Shopping Mall, cobalah kita perhatikan sekeliling kita. Ada berapa banyak toko/warung/booth yang menjajakan barang dengan sistem franchise.  Kita akan menemui berbagai macam barang di franchisekan. Mulai dari minuman; makanan sampai restauran dan mini marketpun ada semua.

Franchise atau sistem waralaba belakangan ini sangat marak di Indonesia. Bila kita search di internet dengan kata kunci franchise, kita akan menemukan banyak sekali, termasuk franchise fee. Ada yang murah – dibawah Rp 10 juta, namun ada yang sampai ratusan juta rupiah.  Besar kecilnya franchise fee tentu sangat tergantung pada nama besar dan scope business nya.  Itu semua sangat berpengaruh pada omset penjualan. Omset besar akan menjamin ( meskipun tidak selalu ) keuntungan yang besar. Keuntungan yang besar menjamin ( meskipun tidak selalu ) kesejahteraan dan kebahagiaan. Bukankah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup merupakan impian setiap manusia.  Pendek kata, orang mau memberi franchise fee karena bisa menjadikan hidupnya sejahtera dan bahagia.

Agama diturunkan untuk menjadi pegangan dan tuntunan hidup bagi umatnya.  Mereka yang mengikuti tuntunan agama dijamin hidupnya akan bahagia. Bahagia di dunia dan bahagia di akherat kelak.  Tentu ini harus di yakini betul oleh umatnya.  Karena yang berjanji dan menjamin adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang sebaik baik penempati janji.

Pertanyaan yang menjadi renungan kita adalah apakah Tuhan meminta franchise fee ? Apakah nabi sebagai pembawa risalah juga menuntut franchise fee ? Tidak Pernah !!! Kalau demikian; kita sebagai umat yang telah diberikan resep; diberikan SOP bagaimana agar hidup yang bahagia tidak merasa berhutang budi ? Terus apa balas budi kita ?
Memang Tuhan tidak perlu dibela. Dia yang Maha Kuasa, Maha Besar dan Maha Segala galanya. Namun sebagai manusia yang berakal budi, layakkah kita tidak membalas kebaikan yang banyak sekali kita terima ? Orang kita dibukakan pintu saja mengucapkan terima kasih. Apalagi kita diberikan nikmat yang banyak.

Allah hanya mengajarkan kita bersyukur. Dengan bersyukur atas nikmat Nya; maka Allah akan menambah nikmat nikmat lain yang banyak. Lalu bagaimana kita bersyukur. Syukur menurut saya ada tingkatannya.

Pertama, mengucapkan Alhamdulillah. Mengucapkan terima kasih. Ini adalah ungkapan syukur yang paling sederhana. Bila ada orang yang membukakan pintu untuk kita, kita akan mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih ini sekedar basa basi, pemanis bibir. Apakah setelah dibukakan pintu kita masih ingat kebaikanya tersebut. Rasanya begitu kita jalan 100 meter sudah tidak ingat dan merasakan lagi bantuan kebaikannya.

Kedua, mempergunakan nikmat yang kita terima sebagaimana mestinya. Bila kita diberikan hadiah – kaos oleh seseorang yang baru pulang dari luar negeri. Kita tentu akan mengucapkan terima kasih. Namun kemudian kaos pemberiannya itu kita pergunakan untuk membersihkan mobil.  Kira kira bagaimana perasaan orang yang ngasih hadiah tersebut. Dia tentu akan sangat kecewa, karena dia mengharapkan kaos itu kita pakai sendiri. Dan bukan untuk lap mobil.  Dia tahu bahwa kaos itu sekarang milik kita sepenuhnya dan terserah kita mau dipakai untuk apa.  Namun kalau kita pergunakan untuk lap mobil, kita telah mengecewakannya dan kita telah meremehkannya. Kalau demikian, akankah dia memberikan hadiah lagi kepada kita ? Tentu saja tidak akan.

Allah telah memberikan pemberian yang sangat banyak. Pertanyaannya adalah apakah pemberian Nya itu telah kita pergunakan sebaik mungkin seperti yang diharapkan oleh Nya ataukah kita pergunakan sesuka hati kita ?  Bila Allah tidak berkenan, Dia tidak akan memberikan nikmatnya lagi.

Ketiga; mengucapkan Alhamdulillah dan selalu memuji kebaikan Nya. Bila kita dibantu oleh seseorang dan bantuan itu sangat berarti bagi Kita tentu kita akan merasa senang dan sangat terkesan.   Bila kondisinya demikian, kita tentu akan selalu memuji kebaikannya di hadapan teman teman kita. Dalam istilah pelayanan, hal ini disebut sebagai ‘delight customer’.  

Kebaikan Allah adalah kebaikan yang tiada duanya. Semua orang mengakui itu. Kebaikan Allah adalah kebaikan yang kita terima sepanjang masa, terus menerus. Semua orang juga mengakui hal itu. Karenanya sudah sepantasnyalah kita selalu memuji dan mengagungkan nama Nya. Nikmat Tuhan yang manakah yang kau dustakan. Ayat itu akan selalu terngiang ngiang difikiran kita. Disepanjang waktu kita akan selalu merasakan pemberian Nya, merasakan nikmat Nya.

Keempat, Bila ada orang yang menjelekan, kita akan membelanya habis habisan.  Bila kita sering mendapat bantuan dari seseorang, bantuan yang sangat berarti bagi kita, tentu kita akan merasa berhutang budi. Kita tentu merasa dekat dengannya. Kita tentu juga akan mengenalnya dengan baik.  Mengenalnya luar dalam.  Kita mengenal orang ini sebagai pribadi  yang sangat baik kepada orang lain. Suka membantu sesama.
Kemudian; bila ada orang yang menjelek jelakkan namanya, tentu kita akan membelanya. Kita akan menjelaskan bukan seperti itu orang yang kita kenal.  Bahkan kita akan menilai orang yang menjelekkan itu sebagai orang yang aneh. Sebagai  tukang fitnah, dan sebutan lainnya.  Tahapan inilah yang didalam istilah pelayanan disebut sebagai “advocate customer”.

Sebagai pemeluk agama, kita tentu sangat meyakini agama kita. Kita meyakini Allah adalah dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah adalah sebaik baik pemberi. Allah adalah yang memberi rezeki kepada kita. Allahlah sebaik baik pengatur. Yang mengatur kehdupan kita.

Tanpa campur tangan Allah, apakah kita bisa mencapai posisi seperti saat ini ?  Kalau bukan karena ridlo Allah, apakah kita bisa sampai pada kondisi seperti saat ini ? Tentu tidak bisa.  Karena kemurahan Nyalah, kita bisa mencapai kondisi saat ini.  Lalu apa bentuk syukur kita terhadap semua ini ?  Apakah kita hanya merasa cukup mengucap hamdallah ? Tidak !!!  Sudah saatnya Kita bersyukur dengan mengagungkan asma Nya. Sudah saatnyalah Kita berjuang menegakkan kalimat Nya. Malu rasanya, sudah diberikan resep kehidupan yang luar biasa tanpa dipungut franchise fee, kita hanya mengucap puji syukur doang. 

Sebagai rasa syukur yang sungguh sungguh; sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu menebarkan ajaran Nya; mengagungkan Asma Nya.  Mengajak orang berbuat baik, mengajak orang  untuk sukses dunia akhirat adalah kewejiban setiap manusia.  Tidak hanya untuk kebaikan  diri kita sendiri namun juga untuk orang lain. Tegalah saudaramu terjerumus ke jurang; sementara sebetulnya kau mampu menyelamatkannya, petuah orang bijak.  Janganlah masuk surga sendirian, ajaklah teman temanmu juga, kata orang bijak yang lain. Semoga tulisan ini juga sebagai penebar dan pengajak kebaikan.

Semoga menginspirasi …… ( NA )

08 Desember 2014

BEGITULAH CARA TUHAN ...



Ini masih cerita sekitar pemasangan kawat gigi anak saya. Kami dan keluarga biasa melakukan perawatan gigi di Rumah Sakit swasta ini. Disamping memang sudah kenal dengan dokter giginya; juga karena Rumah Sakit ini termasuk Rumah Sakit international. Jaringannya sangat luas dan kualitasnya pun bagus. Bila dibanding dengan Rumah Sakit lain yang berlebel international, Rumah Sakit ini tergolong relatif lebih murah. Itulah pertimbangan kami melakukan perawatan di Rumah Sakit ini.

Kami dan keluarga belum pernah melakukan pemasangan kawat gigi. Suatu saat sekitar setahun yang lalu ketika anak saya membersihkan karang gigi, kami pernah tanya apakah dokter ini bisa melakukan pemasangan kawat gigi. Dan ternyata dia bilang tidak kompeten. Kalau pasang kawat gigi, dia menyarankan ke ortodentis. Dia sebut nama sejawatnya yang praktek di Rumah Sakit itu.

Malam itu, kami ke dokter ortodentis. Kami berkonsultasi atas masalah gigi anak saya.  Beliau menyarankan agar satu gigi di cabut, kemudian di rapikan dengan pemasangan kawat gigi. Biaya pemasangan kawat giginya Rp 12 juta dan bisa dibayar 3 kali.  Karena dokter ortodentis ini tidak melayani mencabut gigi, akhirnya kami pergi ke dokter gigi langganan yang juga praktek di Rumah Sakit itu.  Namun sayangnya beliau tidak praktek malam. Terpaksa besuk kami harus kembali lagi ke Rumah Sakit ini yang kalau mau parkir sulitnya setengah mati.

Setelah kami utarakan saran dari dokter ortodentis, dokter gigi ini memeriksa anak saya. Sekarang rekomendasinya giginya harus di cabut dua, bukan hanya satu.  Kami diskusi agak lama. Dokter ortodentisnya menyarankan di cabut satu, tapi dokter gigi ini merekomendasikan dua.  Akhirnya kami diyakinkan bahwa lebih baik dua yang di cabut, depan bawah satu dan satu lagi di ujung. Dalam hati kami berkata, apa dokter ortodentisnya tidak teliti memeriksanya ya.

Kami kembali lagi ke dokter ortodentis dengan gigi yang sudah di cabut.  Dokternya meminta di foto dan balik lagi Selasa depan, katanya.  Kami mengangguk. Ini sudah tiga kali ke dokter gigi, namun belum bisa dikerjakan juga. Kami mengerti bahwa giginya harus di foto terlebih dahulu.

Selasa depannya kami menghadap lagi dengan membawa hasil foto gigi. Ada  lembar foto yang kami serahkan. Setelah di amati dan dipelajari, dokter ortodentisnya mengatakan, ini tulang giginya tipis, dan meminta untuk di foto khusus  gigi depan bawah ( seperti di zoom gitu ). Malam itupun tidak jadi di pasang kawat giginya.

Sambil pulang, kami mencoba mencari dokter ortodentis lain sebagai alternatif pilihan. Anak saya sudah mulai complaint. Ini sudah 2 minggu lebih bolak balik ke dokter ortodentis, tapi belum bisa dipasang juga. Belum lagi nanti kalau control setiap bulannya.  Saya repot juga bolak balik Malang Surabaya. Dokternya tidak prakteks setiap hari,  keluh anak saya.

Beruntunglah kami. Kami mendapat referensi dari teman teman kantor.  Mereka langganan dokter ortodentis ini. Kliniknya bagus, wangi dan modern; tambahnya.
Berbekal nomor telpon yang diberikan oleh teman saya ini, kami telpon dan janjian dengan dokter ortodentis ini. Sekali datang, langsung bisa menyimpulkan banyak hal. Banyak informasi baru yang kami peroleh dalam pertemuan pertama ini. Informasi ini belum kami peroleh dalam empat kali pertemuan dengan dokter ortodentis yang lama. Menyangkut biaya kami diberikan pilihan dengan ditunjukkan barangnya. Dari yang Rp 4 juta sampai yang Rp 8 juta. Yang diatas itu hanya ditunjukkan brosurnya.  Yang harganya diatas  Rp 4 juta bahannya relatif lebih nyaman dibanding dengan yang Rp 4 juta.  Untuk yang Rp 5 juta keatas bedanya hanya pada estetikanya saja.  Kenyamaannya sama. 

Kami ketemu dokter ortodentis ini jauh lebih senang. Karena komunikatif, educatif dan jauh lebih murah.

Saya, istri dan anak saya akhirnya mengatakan, begitulah cara Tuhan menunjukkan yang terbaik.  Tuhan menciptakan kesulitan kesulitan pada kami untuk berobat di  dokter ortodentis di Rumah sakit itu. Coba kalau tidak ada kesulitan, kita tidak bakal berpindah ke dokter lain. Ternyata kita bisa berhemat Rp 7 juta belum termasuk biaya control setiap bulannya. Disamping itu, kita bisa memanfaatkan waktu dengan lebih baik lagi. Kalau di Rumah Sakit; dokternya hanya berpraktek 2 kali seminggu. Kalau yang ini bisa setiap hari. Bisa janjian. Jadi tidak harus menunggu terlalu lama.

Memang, seperti yang kita yakini, Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk umat Nya. Kita sering kali tidak sabar dengan cara Tuhan menunjukkan dan mengarahkan kita.  Sering Tuhan memudahkan kita. Sering juga Tuhan memberikan kesulitan kepada kita. Kalau kita bersabar, tentu kita akan tahu hikmah dari kesulitan yang diberikan Tuhan. Namun kalau kita tidak bersabar, kita tidak akan memetik hikmahnya.  Ada cerita orang yang terhindar dari kecelakaan pesawat melalui bocornya ban mobil. Karena harus menambal ban, akhirnya dia terlambat sampai di airport dan ditinggal pesawat. Saat itu dia menggerutu. Namun beberapa saat kemudian dia mendapat berita bahwa pesawat yang meninggalkannya mengalami kecelakaan.

Seorang teman bertanya; bagaimana kita tahu bahwa kesulitan dan hambatan itu adalah cara Tuhan mengaturnya dan bukan karena kecerobohan dan kelalaian kita.

Pertama; apakah kita telah menyempurnakan ihtiar kita. Ihtiar kita adalah cara manusia memantaskan untuk mendapatkan sesuatu. Kita bekerja keras adalah cara mulia untuk mendapatkan rezeki. Kita belajar adalah cara mulia untuk lulus.

Yang perlu direnungkan adalah tingkat kesempurnaan ihtiar. Saya pernah melakukan wawancara untuk calon pemimpin. Saya minta menceritakan pengalaman kerja keras yang pernah dilakukannya. Salah satu dari mereka menjawab kalau dia pernah bekerja sampai larut malam, sampai jam 21.00.  Satunya lagi bercerita bahwa dia pernah sampai 3 hari tidak pulang. Tidur hanya 3 jam. Ukuran sempurnanya seorang juara akan berbeda dengan ukuran sempurnanya seorang pemalas. Targetnya tidak masuk akal, kata seorang peserta pelatihan.  Tidak masuk akal bagi average people, kata saya. Namun bagi sang pemenag, target itu sangat masuk akal.

Kedua; apakah kita telah sungguh sungguh memohon kepada Nya. Seorang teman auditor mengatakan kalau dia selalu cemas. Cemas memikirkan jangan jangan masih ada yang terlewatkan sehingga cabang yang dia beri nilai bagus, terjadi kasus. Kalau kita sudah yakin 95% pekerjaan sudah kita cover dengan baik, yang 5 % serahkan kepada Tuhan melalui doa kita. We do the best, and let God do the rest, kata seorang bijak.

Kalau ihtiar  telah kita  sempurnakan, doa telah kita panjatkan; yang ketiga, bertawakal dengan tetap memohon untuk diberikan kemudahan dan hikmah. Seorang bijak menasehati; bila kau tidak ridlo atas takdirmu; kau tidak akan bisa menikmati kebahagiaan dunia. Ustad kami mengatakan kalau kau kehilangan sesuatu; bertawakallah, introspeksi dan mohon ganti yang lebih baik kepada yang Maha Memberi Hidup.

Semoga menginspirasi … ( NA )