25 Agustus 2009

RISIKAH; BANGGAKAH ?

Hari pertama puasa, diberitakan di salah satu surat kabar di Jawa Timur - ada seorang tahanan titipan kejaksaan yang dilantik menjadi anggota DPRD. Berita tersebut dilengkapi dengan foto anggota dewan dan pengawalnya ( tentu dari penegak hukum ).

Kalau dahulu, sebagai anggota dewan, selalu sebutannya adalah anggota dewan yang terhormat. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan anggota dewan tadi saat mendengar disebut yang terhormat ? Risihkah; banggakah, atau biasa saja ? Atau barangkali di Indonesia, sebutan yang terhormat sudah tidak ada maknanya lagi ?

Marilah kita sedikit perhatikan berita berita di TV atau medai lain.

 Ada seorang atau bahkan banyak orang pejabat yang ketika ditetapkan sebagai tersangka, dan di masukkan dalam tahanan, malah melambaikan tangannya kepada wartawan. Banggakah ? Risikah ? atau biasa sajakah ?

Ada seorang atau bahkan banyak orang TOP yang ketika dibebaskan dari penjara karena terbukti korupsi, membunuh atau tindak kejahatan lainnya langsung menggelar koferensi pers. Rupanya masa penyesuaian dan rehabilitasi di masyarakat setelah lama dipenjara sudah tidak diperlukan lagi saat ini. Bahkan ada yang dengan percaya dirinya mau mencalonkan diri sebagai ketua partai besar. Dan anehnya tidak ada reaksi dari masyarakat ataupun kalau ada sangatlah sedikit jumlahnya.

Saya juga tidak habis mengerti; beberapa kali saya menjumpai seorang laki laki muda memakai kaos warna hitam yang dipunggungnya bertuliskan “TAHANAN CIPINANG”. Risihkan ? Banggakah ?

Acara reality show; saat ini banyak disiarkan oleh stasiun TV swasta. Isinya banyak mengekspos “wadi” ( kejelekan/rahasia ) keluarga. Koq ya banyak saja pesertanya “DIUMBAR WADINYA”.

Sahabat, sudah separah itukah moral masyarakat kita ? Sudah begitu permisivekah terhadap hal hal negative ?

Marilah kita renungkan; Kita sebagai wakil Tuhan dimuka bumi ini; apa yang dapat kita lakukan untuk paling tidak mengerem atau mengurangi laju kemerosotan moral seperti ini. 

Semoga menjadi bahan renungan bersama ..... ( Klampis Semolo Barat : 21.35)

11 Agustus 2009

APAKAH ADA JAMINAN ?

APAKAH ADA JAMINAN ?

Ketika saya dinas di Jakarta tahun lalu; ada seorang sahabat karib saya yang mempunyai kebiasaan “luar biasa” dimata saya. Mengapa luar biasa ? Karena dia selalu mengerjakan sholat Isya’nya dikantor ( kalau sudah masuk waktunya dan belum pulang ), sedangkan saya, sudah terbiasa - sholat Isya’ nya selalu dirumah. Sekalipun pulang dari kantor sudah jam 23.00, tapi tetap saja saya mengerjakan sholat Isya’ nya dirumah. Pikir saya, sholat itu menghadap Yang Maha Suci, jadi sebaiknya ( toh sempat juga kalau dirumah ) saya bersih bersih badan dahulu, kemudian sholat dan langsung tidur dalam keadaan masih berwudlu dan segar.

Suatu waktu kita ngobrolin kebisaan dia itu. Dia cerita kalau dia mengusahakan agar sebelum meninggalkan kantor selalu menunaikan sholat Isya’ dulu. Kemudian saya tanya kenapa gak nunggu sampai dirumah saja ? Memangnya ada jaminan kalau kita bisa sampai rumah mas, jawabnya. 
Duengggg ..... betapa kagetnya saya. Jawaban yang sangat sederhana tapi maknanya Luar Biasa.

Apakah ada jaminan ??? Itulah cerminan “creating sense of crisis atau creating sense of urgency”. Apakah betul betul ada krisis ? Bukan. Namanya saja creating sense of ... 

Dalam konsep motivasi, salah satu faktor yang dahsat dalam motivasi adalah adanya “keterdesakan” adanya “ancaman”. Faktor ini lebih dahsat daya dorongnya daripada faktor hadiah. Istri saya sering mengingatkan anak anak agar belajar sekarang; siapa tahu pas mau ada test ada pemadaman listrik atau tidak enak badan. Dia berusaha menciptakan “apakah ada jaminan” ; creating sense of crisis.

Saya teringat masa kuliah. Saat saya ambil mata kuliah maksimal, dan di semester itu kegiatan saya padat; biasanya Index Prestasi saya tinggi. Kenapa ? Karena saya selalu terhantui bahwa besuk tidak ada waktu banyak untuk belajar; jadi setiap saat saya menyempatkan baca buku; meskipun terkadang mata sudah ngantuk. Saya telah masuk pada “ tidak ada jaminan besuk sempat”. Sebaliknya ada satu semester yang saya hanya mengambil sisa mata kuliah yang tinggal empat mata kuliah dan di semester itu saya tidak banyak kegiatan; justru index prestasi saya berada pada level yang paling rendah. Kenapa ? Karena saya telah terjebak dengan perasaan besuk masih ada waktu luang untuk belajar. Dan yang terjadi .... akhirnya Sistem Kebut Semalam.

Apabila perasaan “apakah ada jaminan” atau creating sense of crisis ada disetiap langkah kita; rasanya tidak akan ada tugas dan kewajiban kita yang terlambat. Kebiasaan untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban menjelang dead line tidak pernah terjadi. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya menciptakan perasaan tersebut ? Menurut saya, merenungkan atas kejadian yang kita alami, yang dialami oleh saudara kita, teman kita dan kejadian alam lainnya akan memperkaya khasanah perasaan dan hati. Bukankah dengan merenung akan dapat mendengarkan kata hati ? Merenung dan tidak sekedar memikirkannya .....

Manfaatkan 5 hal sebelum datangnya 5, itulah hadis nabi yang kemudian dilagukan oleh Rhoma Irama. Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa tuamu ( tidak ada jaminan sempat menjadi tua ); Manfaatkan masa sehatmu sebelum masa sakitmu ( tidak ada jaminan bisa sembuh ), Manfaatkan masa kayamu sebelum miskinmu ( tidak ada jaminan kaya terus ); Manfaatkan waktu senggangmu sebelum datang waktu sempitmu ( tidak ada jaminan senggang terus ); Manfaatkan masa hidupmu sebelum datang waktu matimu ( tidak ada jaminan nanti kita masih hidup ).

Semoga menginspirasi ...... ( Makasar 22.40 )


09 Agustus 2009

SYUKUR

Dikisahkan sepasang suami istri baru saja melangsungkan pernikahan. Si suami didalam cerita itu digambarkan sebagai seorang laki laki yang pendek dan jelek, sedangkan si istri di gambarkan seorang perempuan yang cantik jelita. Suatu hari si istri yang cantik jelita itu berdandan, sehingga kelihatan cuantik tik tik …… Melihat istri yang begitu cuantik tik tik dengan begitu kagum dan takjubnya, si suami berucap Syukur kehadirat Tuhan karena telah diberikan istri yang begitu cantiknya. Mendengar sang suami mengucap syukur, kemudian si istri berdoa, Ya Tuhan semoga perkawinan kami ini dapat mengantarkan keluarga ini menuju surga Mu. Permudahlah suamiku bersyukur karena telah diberikan nikmat istri, dan permudahlah diriku bersabar untuk melayani suami dengan setulus hati. Bukankah orang yang pandai bersyukur dan bersabar itu dekat dengan surga Mu ya Tuhan.

Demikian kira kira penggalan cerita yang disampaikan oleh salah satu ustad Pondok pesantren Langitan dalam khutbah nikah seorang saudara saya. Dijelaskan bahwa dengan bekal syukur dan sabarlah seorang bisa tenang hidupnya. Dengan syukur dan bersabarlah orang akan dengan gampang menguak tabir rahasia Tuhan. Dengan syukur dan sabarlah seorang dengan gampang akan memilah mana yang merupakan kebutuhan hidup mana yang merupakan keinginan dan hawa nafsu. 

Sahabat, marilah kita renungkan apakah pasangan kita, teman kita, lingkungan kita akan masuk surga lewat pintu syukur atau pintu sabar menghadapi dan melayani diri kita ? Kalau lewat pintu syukur berarti kita ini nikmat bagi mereka, kalau lewat pintu sabar berarti kita ini …….. he he he

Semoga menginspirasi ……. 

03 Agustus 2009

Mbah Surip dan filosofi air.

Kalau kita terbang diatas pulau Kalimantan dan kebetulan duduk di dekat jendela, maka kita dapat melihat sungai yang begitu lebar berkelok kelok diantara warna hijau hutan belantara. Demikian juga ketika saya minggu ini mau mendarat di airport Kuala Lumpur, dari atas kelihatan sungai yang berkelok kelok, indah sekali. Ustad saya pernah bertanya mengapa sungai itu selalu berkelok kelok dan tidak ada yang lurus seperti jalan tol. Mungkin kurang indah dilihat kali ya ?

Air, sebagai ciptaan Tuhan mempunyai fitrah selalu mengalir dari daerah tinggi ke daerah rendah, selalu mengalir dari daerah pegunungan dan berakhir di laut. Mekipun kita pompa ke atas pun akhirnya juga akan mengalir ke bawah. Begitu taatnya air terhadap fitrah yang diberikan Tuhan kepadanya. Kalau seandainya ada barang yang menghalanginya untuk mentaati fitrahnya, maka barang tersebut akan disingkirkan dengan sekuat tenaga, sehingga seringkali kita jumpai ada pohon tumbang, tanah longsor, rumah ambruk karena telah menghalangi air dalam memenuhi fitrahnya. Bagaimana kalau barang yang menghalangi perjalananya sangat kuat, air akan mencari jalan keluar yang lain, dia akan mencari jalan yang berbeda. Itulah sebabnya sungai selalu berkelok kelok. Begitu besar perjuangannya, tidak pernah mengenal lelah dan tidak pernah mengenal menyerah. Begitu besar perjuangan air dalam mentaati perintah Tuhan. Bahkan dengan berkelok keloknya sungai itu telah membuat sungat menjadi lebih panjang, yang berarti tanah yang dilewati sungai menjadi lebih banyak, yang berarti tanah yang subur dari manfaat sungai menjadi lebih luas. Itulah salah satu hikmah berkelok keloknya sungai disamping kelihatan indahnya tadi.

Bagaimana dengan mbak Surip dengan lagunya Tak Gendong. Kalau dilihat dari wajah, mohon maaf mbah Surip bukan termasuk artis yang bisa dijadikan idola, dari segi suara juga tidak ada istimewanya, dari segi lirik lagunya, sama sekali tidak ada maknanya. Terus bagaimana ceritanya mbah Surip bisa tersohor seperti saat ini ?

Konon lagu Tak Gendong telah diciptakan tahun 1983. Sejak saat itu mbah Surip telah menawarkan lagu itu kepada beberapa perusahaan rekaman, tapi tidak satupun yang mau menerimanya. Mbah Surip tidak kenal menyerah. Ditawarkannya terus lagu ciptaannya yang menurut mbah Surip sangat bagus itu kemana mana. Baru pada tahun 2007 ada satu produsen yang mau menerimanya. Tidak tahu apakah karena terpaksa menerima atau karena apa, tapi kenyataannya baru pada tahun 2009 lagu tersebut diedarkan, dan meledak ...... sangat populer.

Rupanya mbah Surip meneladani filosofi air, tidak kenal lelah tidak kenal menyerah. Ditolak sekali maju lagi, ditolak lewat jalan satu, dia coba jalan satunya lagi. Bahkan kabarnya syairnyapun mau dikompromi untuk sedikit direvisi agar kelihatan mengikuti perkembangan jaman. Itulah mbah Surip dengan filosofi airnya. Mbak Surip sadar betul dengan fitrah manusia. Bahwa manusia diciptakan untuk meraih sukses. Tentu kalau Tuhan memfitrahkan seperti itu, pastilah Tuhan juga melengkapinya dengan instrumen untuk sukses. Dan mbah Surip telah membuktikan bahwa kesuksesan nyanyiannya tidak “hanya” tergantung pada wajah elok rupawan, suara merdu merayu seperti yang ditampilkan oleh penyanyi sukses selama ini. Mbah Surip seakan menyadarkan kita semua bahwa dengan kegigihan kesuksesanpun bisa diraih, tentu juga dengan bantuan Tuhan lewat doanya.

Dimana ada kemauan disitu ada jalan ...... enak tho ... mantap tho .... tak gendong kemana mana ..... tak gendong kemana mana.

Semoga menginspirasi ( KLIA 16.25 waktu setempat ).