09 Oktober 2023

ORANG TUA DARI YANG PALING MULIA

Rumah Kelahiran Nabi Muhammad SAW Masih Kokoh Berdiri, Begini Penampakannya  - Semua Halaman - Nova

 Oleh : Noor Aidlon

B

ayi perempuan ini diberi nama Aminah. Yang kelak melahirkan manusia termulia : Muhammad.

Aminah lahir dari pasangan suami : WAHAB bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab dan istri : BARRAH binti Abdul Uzza bin Usman bin Abdu Ad-Dar bin Qushay bin Kilab. Dengan demikian Aminah dikenal sebagai keluarga Bani Zuhrah. 

Nenek moyang Aminah juga dikenal sebagai Banu Jadrah ( Anak anak tukang tembok). Karena mereka yang membuat dinding Ka'bah ketika banjir besar melanda Mekah.

Kedua orang tuanya berasal dari keluarga yang sangat terhormat dan tinggal di sekitar Ka'bah. Berdekatan dengan tempat tinggal keluarga Abdul Muttholib dari Bani Hasyim yang juga sangat terhormat.

Sebagaimana layaknya seorang anak, Aminah kecil sering bermain2 di sekitar Ka'bah bersama teman2nya. Termasuk anak2 dari keluarga Abdul Muttholib yang berjumlah 10 orang lelaki.

Sesuai tradisi keluarga terhormat, ketika menginjak remaja Aminah menjalani masa pingitan. Tidak bisa bebas lagi bermain dan bercengkerama dengan teman2nya. Dia Lebih banyak beraktifitas di dalam rumah sambil menunggu pinangan. Pinangan dari keluarga yang sederajat. Tradisi yang berlaku zaman itu.

Selama menjalani pingitan itu, Aminah selalu berharap Abdullah bin Abdul Muttholib - teman sepermainan masa kecilnya yang akan meminangnya.

Sementara itu Wahab bin Abdul Manaf, Bapak Aminah berharap yang sama. Namun beliau juga mengetahui kondisi Abdul Muntthalib yang lagi galau.

Galau karena nadzarnya. Nadzar yang diucapkan puluhan tahun sebelumnya. Ketika masih muda.

Nadzar itu berbunyi, jika aku diberikan 10 anak lelaki, maka aku akan kurbankan satu orang diantara mereka.

Kita tahu - saat itu, mempunyai anak lelaki merupakan satu kebangaan keluarga. Apalagi jumlahnya banyak. Apalagi Abdul Munttholib berkedudukan sebagai pembesar kaum Quraisy. Penguasa Mekkah. Penjaga Ka'bah. Sempurnalah kebanggaan Abdul Muttholib.

Kebanggan itu yang akhirnya membuat Abdul Muttholib bingung. Betapa dia menyayangi semua anaknya. Namun nadzar harus dilaksanakan. Demi menjaga martabat dan kehormatannya.

Tekatnya sudah bulat. Nadzar harus dipenuhi. Dan kesepuluh anaknya pun kemudian dibawa ke Ka'bah. Mereka semua anak yg baik. Anak yg berbakti pada orang tua.

Diantara berhala2 yang ada di sekitar Ka'bah, kesepuluh anak itu berdiri berjejer untuk diundi. Untuk menentukan, siapa yg akan dikurbankan.

Dan hasil undiannya jatuh pada anak bungsunya - Abdullah. Anak yang paling disayanginya.

Ketika persiapan pengurbanan dilakukan, banyak masyarakat yang mencegahnya. Kalangan perempuan banyak yang menangis histeris. Namun Abdul Muttholib menakfikan semuanya. 

Sampai Al Maghairah datang menghampirinya. Dengan lemah lembut dia berkata. Kalau sampai Nadzar ini dilaksanakan, akan menjadi tuntunan dan kebiasaan baru bagi kaum Quraisy, kata orang itu. Dan itu sangat mengerikan. Ini akan mengubah tata nilai masyarakat Quraisy yg dikenal berhati lembut dan penyayang. Menjadi tata nilai yang kejam dan mengerikan. Maka tundalah dulu pengurbanan ini, mintalah petunjuk kepada ahli nujum yang ada di Khaibar. Turutilah nasehatnya. Kalau memang dia menyuruh melaksanakan, laksanakan pengurbanan ini.

Abdul Muttholib sepakat. Merekapun berangkat menemui ahli nujum. Jangan kau kurbankan anak itu, kata ahli nujum itu. Nadzar itu mengerikan dan harus diganti. Gantilah dengan mengurbankan 100 ekor unta.

Betapa gembiranya kaum Quraisy mendengar kabar itu. Mereka menyambut dengan gegap gempita. Demikian juga dengan keluarga Abdul Muttholib. Hati mereka lega penuh syukur.

Mereka segera menyiapkan 100 ekor unta  untuk dikurbankan dan nadzarpun dianggap telah dipenuhi. 

Kini Abdul Muttholib mulai berfikir mencari menantu - untuk Abdullah. Anak bungsu kesayangannya.

Memang mencari menantu harus hati2. Jangan sampai salah pilih. Ini tidak sekedar mencari pendamping hidup anak. Tapi lebih jauh dari itu. Menyiapkan keturunan keluarga. Keturunan yang lebih baik untuk kehidupan dunia dan akherat.

Pilihannya jatuh kepada keluarga Bani Zuhrah. Keluarga Wahab bin Abdul Manaf. Keluarga yang sangat terhormat. Aminah dipinang untuk menjadi istri Abdullah bin Abdul Muttholib.

Kelak, dari pernikahan ini lahir seorang anak laki laki. Yang oleh Abdul Muttholib, sang kakek, pengganti sang ayah yang sudah meninggal terlebih dahulu, diberi nama Muhammad. Nama yang tidak lazim. Nama yang aneh untuk masyarakat Mekah saat itu.

Nama itu sesuai saran pendeta ahli kitab beberapa tahun sebelumnya. Akan lahir seorang lelaki yg paling mulia dari Mekah. Namanya Muhammad. Maka kelak siapupun yg punya cucu laki2, berilah nama Muhammad. Barangkali bayi itu yang dimaksud dalam Al Kitab.

Dan Abdul Muttholib adalah orang yang pertama kali memberikan nama Muhammad untuk cucu lelakinya.

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttholib  menjadi manusia paling mulia. Yang ditunjuk menjadi Nabi terakhir.

Allahumma shalli alaa Muhammadinin 'abdika wa rosulika nabiyyil ummi wa'alaa aalihii wa sallim."

#NA
#KSB
#091023