28 Januari 2012

KESEMPURNAAN

Minggu minggu terakhir ini, mobil Esemka telah menjadi berita yg menghebohkan. Beberapa surat kabar menempatkannya di berita utama. Joko wi lah sang bupati Solo yang pertama mengangkatnya di mass media. Kemudian berkembang jadi seru, ternyata tidak hanya SMK Klaten yg bisa bikin mobil, tapi juga SMK Muhammadyah Magelang, mungkin juga di SMK SMK lain. Berita tambah heboh lagi ketika di arahkan kepada proyek mobil nasional ( Mobnas ). Pro dan kontra dimasyarakat, bahkan di Level pejabat pemerintahpun menghiasi berita di mass media. Kalau mau jujur; untuk menjadi industry mobil perlu persiapan persiapan yang jauh lebih matang.

Untuk kondisi saat ini; bila ditanyakan kepada masyarakat bagus mana mobil Esemka bila dibandingkan dengan mobil merk Toyota ? Saya yakin semua orang akan mengatakan lebih bagus merk Toyota. Mengapa ? Karena Toyota dibuat oleh orang yang lebih ahli dan berpengalaman. Disamping itu manajemen Toyota telah berkomitmen untuk menjaga kesempurnaan kualitas produknya. Apakah mungkin mobil ESEMKA bisa mengungguli mobil merek Toyota, saya yakin mungkin saja; asal semua orang berkomitmen untuk menjadikan mobil ini sebagai juara. Bagaimana caranya ? Meningkatkan kemampuan dan kompetensi yang lebih tinggi. Karena dengan kemampuan dan kompetensi yang tinggilah dapat dihasilkan suatu produk yang lebih baik.

Tuhan adalah dzat yang Maha Kuasa. Dialah Yang Maha Mengetahui. Dialah Yang Maha Perkasa. Dialah Yang Maha Pencipta. Dialah dzat Yang mempunyai sifat Maha Sempurna lainnya. Itu kita percaya dan yakini betul. Sehingga tidak ada yang tidak mungkin bagi Nya. Bila Tuhan berkehendak, maka akan jadilah yang dikehendaki dengan kualitas yang sempurna ( sempurna sebagai ciptaan Nya )

Dia menciptakan langit dan bumi serta seisinya dengan tingkat kesempurnaan yang tinggi. Bagaimana para matahari, bumi, bulan dan planet lain berputar dengan rotasi yang sangat sempurna sehingga tidak saling bertabrakan.

Demikian juga dengan manusia. Sebagai ciptaan dari dzat Yang Maha Sempurna, tentunya juga dalam kondisi sempurna. Aku ciptakan manusia dalam bentuk yang sesempurna
sempurnanya, kata Tuhan.

Saya pribadi meyakini bahwa manusia mempunyai kemampuan yang ( hampir ) tidak terbatas. Tentu Tidak Terbatasnya manusia tidak akan sama dengan Kemampuan Tidak Terbatasnya Tuhan. Banyak bukti mengenai hal ini. Misalnya manusia mau menciptakan pesawat dengan kecepatan yang luar biasa, manusia mampu menciptakan produk tanaman/varitas baru hasil perkawinan silang beberapa jenis tanaman. Dan masih banyak lagi. Dalam sekali lebih kecil, apa yang saya bisa saat ini, tidak terbayangkan sebelumnya. Jadi saya betul betul yakin bahwa manusia diciptakan dengan potensi yang hampir tidak terbatas yang memungkinkan menggayuh apapun yang diinginkan bila mempunyai ilmunya dan mengetahui caranya. Tugas kita sebagai makhluk adalah menggali sebanyak mungkin ilmunya itu; yang bertebaran dimuka bumi ini. Banyak pelajaran yang tersedia dilangit dan dibumi, namun sedikit sekali dari kita yang bisa memetik pelajaran itu. So many lesson; but you don’t learn, kata boss saya.

Kejadian yang kita temui sehari hari adalah pelajaran. Kita ketemu orang yang sukses; dapat memetik pelajaran dari nya apa kunci suksesnya. Kita ketemu orang yang gagal pun dapat memetik pelajaran apa penyebab kegagalannya.
Seorang tukang batu langganan saya pernah bercerita bagaimana banyak insinyur muda yang bertanya dan berkonsultasi kepada dia ketika membangun tower BTS. Padahal tukang batu ini bukanlah seorang insinyur, SD saja dia tidak tamat. Ketika saya tanya mengapa Bapak bisa begitu faham mengenai tower ini. Jawabnya cukup singkat. Belajar Pak. Saya belajar dari para boss itu. Awalnya saya hanya membantu memotong bahan, merakit dan mendirikannya. Saya selalu mengamati, belajar dan bertanya. Ini satu bukti juga bahwa Ilmu Allah ada di mana mana dan tak terhingga jumlahnya.

Saya teringat kata dokter kulit, ketika memeriksa anak saya. Tuhan yang menciptakan penyakit dan Tuhan telah menyiapkan obatnya, katanya. Mudah mudahan dengan ilmu yang dokter miliki, dokter bisa menemukan obat yang telah disiapkan Tuhan. Dan tugasmu nak, berdoalah memohon kesembuhan kepada Tuhan, kata dokter Benny.

Tuhan Maha Sempurna, tidak mungkin menciptakan dengan ketidak sempurnaan. Kalau saat ini kita belum sempurna, tugas kitalah yang harus menjadikannya sempurna. Sempurnanya sebagai makhluk. Satu hambatan dari makhluk untuk menuju ketingkat kesempurnaan. Ia adalah Dalih. Kita sangat pandai berdalih.

Semoga menginspirasi.

26 Januari 2012

Pelajaran dari Pak Djono dan Bu Djono

Sebelum berangkat haji, Pak Djono sudah terkena diabet. Karena penyakitnya itu, dia sering buang air kecil. Makanya, kalau ke masjid, sholat berjamaah; beliau memilih posisi yang dekat dengan toilet. Dan Bu Djono dengan setia mendampinginya ambil posisi yang tidak jauh dari posisi Pak Djono, padahal dekat toilet; padahal jauh dari ka’bah; padahal jauh dari tempat yang mustajabah. Padahal, Pak Djono sendiri sering menyuruh Bu Djono ambil posisi di dalam masjid yang lebih bagus, yang lebih afdol untuk beribadah. Namun Bu Djono memilih mendampingi suaminya.

Kami memang sering berpencar ketika di masjid, namun kalau pulang kita janjian waktu dan tempat berkumpulnya. Sehingga berangkat dan pulang bisa bersama sama, jalan kaki lalu mampir makan sama sama.

Pak Djono sering memuji istri dihadapan kami baik ketika ada maupun ketika tidak ada istrinya disitu. Menurut Pak Djono, istrinya itu super sabar, ngladeni. Kalau tidak ada ibunya anak anak, demikian Pak Djono menyebut istrinya, barangkali saya sudah putus asa.

Suatu saat, Pak Djono bilang ke kami, Pak/Bu Noor aku tak sholat diluar masjid ( masjidil haram ) saja, biar kena panas. Aku agak kedinginan ( memang saat itu termasuk musim dingin sehingga sinar matahari tidak terasa panas ). Tolong titip ibunya anak anak. Ajak sholat di dalam masjid. Dan dengan sedikit dipaksa akhirnya Bu Djono mau sholat didalam bersama sama kami. Nggih Pak. Bapak tunggu disini ya. Nanti kami jemput Bapak disini juga ( ditempat Pak Djono nggelar sajadah ). Bapak jangan pindah pindah, kata saya.

Belakangan saya baru tahu, itulah cara Pak Djono agar istrinya sholat di tempat yang mustajabah. Bagaimanapun juga, setiap orang pasti pingin sholat disitu pak, termasuk ibunya anak anak. Kalau tidak tak akal begitu, mana mau ibunya anak anak meninggalkan aku gitu. Demikian beliau buka rahasianya ke saya. Luar Biasa hati Pak Djono kata saya.

Setelah selesai hajipun, kami masih kumpul setiap 2 bulan dalam forum pengajian. Suatu saat ketika saya minta Pak Djono berbagi pengalaman hidupnya di forum pengajian itu, dengan menangis beliau memuji istrinya. Saya sekarang sudah kena stroke, mau apa apa susah, namun ibunya anak anak ini telaten sekali. Setiap saat aku dipijitin, dikelonin, didulang. Gak tahu aku harus bagaimana berterima kasih kepada dia. Saya itu menyusahkan dia terus. saya sering jengkel kepada diri saya, kemudian marah2 sendiri. Dengan masih terisak isak, Pak Djono melanjutkan .. Tapi dia itu sabarnya luar biasa. Tidak pernah marah. Tidak pernah mengeluh… Pak Djono berhenti bicara dan mengusap air matanya. Kami diam, ikut hanyut mendengarkan penuturan beliau.

Setelah beliau cerita pengalaman hidupnya, kemudian kami minta Bu Djono juga cerita. Singkat sekali beliau cerita. Namanya istri, khan memang harus berbakti pada suami. Kalau dirasa ringan ya akan ringan, kalau dirasa berat ya akan berat. Pendek, ringkas, namun maknanya luar biasa.

Saat ini Pak Djono sudah dipanggil Yang Maha Kuasa. Ketika kami kerumahnya, Bu Djono bercerita, saya mengantarkan Bapak sampai akhir hayatnya. Menit menit terakhir, Bapak membisiki anak2nya kalau sudah tidak kuat, namun masih memikirkan saya. Dia selalu melihat saya sambil air matanya keluar. Saya tahu, bapak berat meninggalkan saya. Saya kuatkan hati saya. Saya genggam tangannya dan saya selalu bilang, saya ikhlas Pak. Meskipun sebetulnya saya juga merasa berat, pingin nangis, namun saya tahan. Saya harus kelihatan kuat dihadapan Bapak. Itu yang akan meringankan beban Bapak. Di tengah tengah menuntun Bapak, saya bisikan, saya ikhlas Pak, saya ikhlas.

Saya tahu nyawa bapak bergerak mengalir dari kaki keatas. Sampai di dada berhenti agak lama, saya bisikan lagi saya ikhlas Pak. Sampai di kerongkongan berhenti agak lama lagi, saya bisikan lagi, saya ikhlas Pak. Dan sampai akhirnya diambil semuanya. Saya antarkan betul bapak menuju ke alam kelanggengan. Setelah itu baru saya lari keluar ruangan dan nangis sejadi jadinya.

Selama beberapa bulan terakhir memang kesehatan bapak menurun. Setiap malam saya keloni dan pijitin. Saya bilang orang diam saja juga capek pak, makanya saya pijit. Yang capai mana, saya pijitnya. Begitu setiap malam. Dan setelah Bapak sare, kemudian saya turun dari tempat tidur dan saya tidur dibawah. Agar kalau saya bangun, mau ke kamar mandi, Bapak tidak ikut terbangun.

Pernah suatu saat Bapak bilang, aku sungkan bu, kamu layani aku terus. Saya jawab, aku ikhlas Pak. Meskipun jadi kesetnya Bapak, akupun ikhlas. Saya ikut orang tua saya 17 tahun. Saya ikut Bapak 47 tahun. Bapak mendidik, melindungi dan menanggung kehidupan saya jauh lebih lama daripada orang tua kandung saya. Kalimat terakhir yang disampaikan Bu Djono ini luar biasa dan mengingatkan saya pada hadis yang menyebutkan, seandainya ada makhluk yang boleh disembah, makhluk itu adalah suami. Barangkali itu maknanya …

Sebelum kami pulang, Bu Djono memberikan nasehat kepada kami. Saya kasih nasehat kepada pak dan bu Noor. Saling mengasihi, menyayangi dengan setulus hati. Harus bisa saling menahan diri. Masalah kecil bisa dijadikan besar. Tapi bisa juga masalah besar dijadikan kecil. Hidup ini hanya sekali, kita buat ringan saja; jangan dibuat susah dan menyusahkan.

Begitu nasehat Bu Djono. Insya Allah Bu. Matur nuwun.

Kamipun pamit. Semoga kita bisa mencontohnya ( KSB; 060112 )