16 September 2009

AMAL BAIK

Dikisahkan; ada 3 orang pengembara yang sedang melintasi padang  pasir yang amat luas terserang badai yang amat dahsyat. Untuk menghindari amukan badai tsb.; ketiga pengembara kemudian berlarian masuk kedalam gua. Namun celakanya; begitu ketiganya baru masuk didalam gua, tiba-tiba satu satunya pintu masuk tersebut tertutup  batu yang amat besar.

 

Dengan kaget; mereka saling pandang dan merekapun berlarian menuju pintu yang telah tertutup  batu. Mereka memeriksa setebal apa batu yang menutup dan bagaimana cara keluar dari gua. Setelah sekian lama mereka mencoba menggeser batu, namun batu tersebut dengan kokohnya tetap diam tak bergerak ditempatnya. Akhirnya merekapun tidak dapat menemukan cara atau jalan keluar dari gua. Dengan setengah putus asa; mereka menyandarkan badannya di dinding gua.

 

Dengan lirih salah satu orang berkata; marilah kita memohon kepada Tuhan untuk membukakan pintu ini. Kita memohon kepada Nya dengan perantaraan amalan baik yang pernah kita lakukan. Ya sudah kamu sendiri saja yang memulai; kata orang kedua sambil tetap menyandarkan badannya didinding gua.

 

Dengan mengatur duduknya; menundukkan kepala – agar khusuk – orang pertamapun mengangkat tangannya. Ya Tuhan; begitu dia memulai berdoa. Saya adalah seorang kepala keluarga. Di rumah saya tinggal istri; anak dan orang tua saya. Saya sangat menghormati dan menghargai orang tua saya. Saya tidak pernah mengijinkan makanan yang saya bawa di makan oleh istri maupun anak saya; sebelum orang tua saya memakannya. Satu hari saya pulang telat. Begitu saya masuk rumah saya dengar anak-anak saya menangis. Mereka menangis karena lapar Tuhan. Melihat saya pulang dengan membawa makanan; merekapun berlarian dan berusaha mengambil makanan yang saya bawa. Makanan tsb. Tetap tidak saya kasihkan kepada mereka. Saya kemudian mencari orang tua saya untuk menikmati makanan yang saya bawa. Tapi sayang orang tua saya ternyata sudah tidur. Melihat neneknya tidur; anak2 saya merengek untuk minta makanan tsb. Saya katakan kepada mereka; makanan ini hanya boleh mereka makan kalau nenek sudah memakannya. Anak2 sayapun tambah keras tangisnya. Mendengar anak saya yang nangis keras; orang tua sayapun terbangun. Dan sayapun segera menyuguhkan makanan yang saya bawa kepada beliau. Setelah beliau makan sekedarnya; beliau menyuruh saya untuk memberikan makanan itu kepada anak dan istri saya. Tuhan; apabila perbuatan itu Kau nilai sebagai amal baik; kami mohon bukakanlah pintu gua ini; demikian orang pertama menyelesaikan doanya. Dan tiba-tiba  batu itupun bergeser sedikit , dan pintupun terkuak sedikit.

 

Kini giliran kau yang berdoa; demikian pinta orang pertama kepada orang kedua.

 

Orang keduapun kemudian mengatur duduknya; berusaha bersikap khusuk; dan kemudian mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Ya Tuhan kami. Saya adalah pedangang. Saya sangat mencintai seorang gadis tetangga saya. Namun gadis tsb. Menolak cinta saya. Satu waktu; didaerah kami dilanda paceklik. Hanya saya yang masih punya simpanan bahan makanan. Masyarakatpun berduyun-duyun membeli bahan makanan kepada saya. Mereka saya layanani dengan baikl; kecuali si gadis yang saya cintai. Kepada dia saya katakan; saya tidak akan menjual bahan ini kepada keluargamu. Saya hanya mau ngasih gratis kepada mu dengan syarat kau mau tidur dengan ku. Setelah berkali-kali menolak; gadis itupun akhirnya menyerah. Saat kami berdua didalam kamar. Dia mengatakan saya terpaksa mau melayanimu karena saya tidak tahan melihat orang tua dan adik-adikku sengsara kelaparan; gadis itu berusaha mengiba kepadaku. Akupun tetap tidak peduli dengan ibaan tsb. Saat kami sudah saling berdekatan; gadis tsb. Dengan lirih berkata; Tidak kah Tuan takut kepada Tuhan ? Mendengar kalimat tsb. Sayapun terkejut dan mundur seketika. Saya kemudian bersujud dan memohon ampun kepada Tuhan. Kemudian gadis itu saya beri bahan makanan gratis tanpa syarat apapun. Tuhan; kalau perbuatan menahan nafsu saya tersebut Kau nilai sebagai amal baik; maka bukakanlah pintu itu; demikian orang kedua mengakhiri doa nya dengan menunjuk kearah pintu. Dan pintupun terkuat sedikit.

 

Kini giliran orang ketiga yang disuruh berdoa.

 

Ya Tuhan. Saya adalah seorang pedagang. Saya mempunyai beberapa karyawan.  Suatu hari ada seorang karyawan saya yang mengundurkan diri tanpa sempat mengambil gajinya. Beberapa tahun kami tunggu namun belum juga datang mengambil gajinya. Kemudian kami putuskan untuk mempergunakan gaji yang tidak seberapa besar itu untuk membeli kambing. Kambing tersebut akhirnya beranak pinak. Kami akhirnya kerepotan untuk memelihara kambing yang sekarang jumlahnya sudah menjadi amat banyak. Kami putuskan untuk menjual beberapa ekor kambing dan hasil penjualan kambing tersebut kami pergunakan untuk menggaji seseorang yang akan memelihara dan menggembalakan kambing-kambing tersebut.

 

Suatu hari mantan karyawan tersebut datang kepada ku untuk mengambil gajinya. Saya katakan ambillah semua yang ada di ladang depan tersebut, itulah gajimu. Saya tidak pernah mengambil sepeserpun hasil dari gajimu untuk keperluanku. Ya Tuhan; kalau perbuatanku mengemban amanah tersebut Kau nilai baik; maka bukakanlah pintu itu. Dan pintupun akhirnya terbuka. Dan ketiga pengembara kini bisa keluar dari gua.

 

Sahabat; marilah kita renungkan sudah adakah perbuatan baik kita yang nantinya akan dapat menyelamatkan kita. Adakah hasil karya kita yang suatu saat dapat membantu kita saat kita menghadapi kesulitan.

 

Semoga menginspirasi.

 

08 September 2009

MEMPERSAUDARAKAN

Sesaat setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah, hal pertama yang dilakukan oleh Rosulullah Saw adalah membangun persatuan dan kesatuan antara kaum muhajirin ( kaum pendatang ) dan kaum Anshar ( kaum asli Madinah ) dengan program “mempersaudarakan”. Setiap satu orang Anshar diminta mengangkat satu orang muhajirin sebagai saudara,  dengan perlakuan selayaknya saudara kandung. Bahkan hampir semua yang dipersaudarakan ini tinggal satu rumah dan berkerja bersama.

 

Tercatat satu kisah seorang Anshar yang dipersaudarakan dengan seorang Muhajirin berkata : Saudaraku, kau kini telah menjadi saudara bagi keluargaku. Aku mempunyai banyak harta. Harta itu akan aku bagi dua denganmu sama banyaknya. Aku juga mempunyai dua orang istri, kalau kau mau,  pilihlah salah satu darinya yang kau suka. Saya akan menceraikan dia dan setelah masa iddahnya selesai kawainilah. Dijawab oleh orang Muhajirin yang dipersaudarakan itu, Saudaraku, itu tidak penting, sekarang tunjukkanlah kepadaku dimana letak pusat pasar kota disini.

 

Setelah ditunjukkan pasar kota tsb, orang Muhajirin tsb kemudian berdagang tepung dan minyak zaitun.  Setelah beberapa saat akhirnya orang Muhajirin tsb mempunyai harta yang cukup dan mengawini seorang wanita anshar yang bukan istri dari saudara tsb.

 

Dengan program mempersaudarakan tsb, perekonomian Madinah berkembang pesat berkat synergy antara kaum Muhajirin yang mahir berdagang ( kebanyakan penduduk Makkah adalah pedagang ) dan kaum Anshar ( kebanyakan penduduk Madinah adalah petani dan peternak ).

 

Ini adalah contoh program yang telah sukses dan dicontohkan Rosulullah.  Kondisi ini bisa diterapkan di tempat kerja kita pasca merger. Sudahkah kita mempersaudarakan  yang dari Eni dan dari Eli ? Bukankah mereka mempunyai kelebihan masing masing yang bisa saling melengkapi ?

 

Semoga menginspirasi.

 

Agar tidak usah dibahas mana yang muhajirin mana yang anshar ya ..... ( waiting room juanda 10.45 )