14 April 2023

KERINGAT SYUKUR

 

Oleh Noor Aidlon

KAMIS MINGGU LALU. Tanggal 6 April 2023. Menjelang sholat Maghrib, saya mendapatkan  pelajaran yang sangat berharga. Dari Bapak Driver Ojek On Line (OJOL). Memang tidak secara langsung lewat lesannya. Tapi melalui kondisinya. Kondisi badan dan pakaiannya.

Seperti biasa. Begitu kumandang adzan Maghrib berakhir, habis pula 1 cangkir teh dan 3 butir kurma masuk ke perut saya. Takjil itu disiapkan oleh Takmir Masjid Al Mu"thi. Takjil pembuka puasa. Pengganjal perut sebelum berbuka yang sebenarnya. Berbuka yang sebenarnya itu dengan nasi. Begitu seloroh teman saya.

Saya kemudian bergegas menuju ruang utama untuk sholat berjamaah.

Sudah banyak jamaah yang berdiri di ruang utama. Saya harus masuk melalui pintu selatan bagian belakang. Agar tidak jalan melangkah di depan jamaah. Dari barisan ( shof ) belakang, saya berjalan maju mengisi shof depan yang masih belum rapat.  Saya berhenti pada barisan ketiga dari depan. Sejenak kemudian satu orang didepan saya maju ke shof depannya. Sayapun melangkah maju menggantikan posisinya. Pada shoft kedua.  Agar shoft tetap terjaga rapat dan lurus sebagai syarat kesempurnaan sholat berjamaah.

Sambil menunggu iqomah  dikumandangkan, saya mengangkat kedua tangan saya untuk berdoa. Waktu menunggu iqomah adalah salah satu waktu terbaik untuk berdoa. Iqomah adalah ajakan untuk berdiri. Memulai sholat.

Sebelum saya mengangkat kedua tangan dengan sempurna. Saya terganggu dengan bau tidak sedap. Bau keringat yang pekat menyengat. Bau keringat yang lama belum kering kering.  Padahal ruangan utama masjid ini cukup dingin. Semua  AC telah dinyalakan. 

Saya lirik sebelah kanan saya, dimana bau itu berasal. Seorang Bapak setengah baya. Memakai jaket  berlogo perusahaan penyedia Ojol yang terkenal itu.  Warna jaketnya sudah luntur. Dimakan usia dan terkena terpaan panas matahari. Beliau memakai baju warna gelap.  Hanya kelihatan bagian depannya saja. Bagian baju lainnya tidak kelihatan. Tertutup jaket.

Tanpa jaket saja sudah berkeringat karena cuaca yang terik. Apalagi dengan ditambahi jaket yang tebal.  Pasti keringat akan mengucur lebih deras. Dan akan lebih lama keringnya. Tidak bisa cepat menguap. Inilah yang menyebabkan bau itu. Belum lagi bercampur dengan debu dan polusi asap kendaraan. Menjadikan sempurna kepekatan baunya.

Ditelapak atas kedua kakinya ngecap sandal jepit. Melintang tanda tali sandal dengan memberikan tanda warna putih diatas kulitnya yang hitam. Ada bekas luka disana. Luka yang sudah mulai mengering.

Melihat kondisi seperti itu; rasa kagum langsung menyeruak kefikiran saya. Kagum atas kerja keras Bapak ini. Saya perkirakan sejak pagi sampai maghrib, Bapak ini berkeliling diatas motornya.  Mencari rezeki yang disiapkan Tuhannya. Terik matahari menjadi teman perjalanannya. Debu dan bau kenalpot tak dihiraukannya. Rasa letih, panas, lapar dan dahaga tidak menyurutkannya mengejar rezekinya. Rasa tanggung jawab atas keluarga menjadi penyemangatnya. Diatas semua itu, kewajibannya kepada Tuhannya tidak pernah diabaikannya.

Saya melihat beliau mengangkat kedua tangannya dalam kekhusukan doanya. Semoga yang menjadi doanya diijabah oleh Tuhan. Semoga Bapak dan keluarganya diberikan kesabaran.

Sayapun kemudian mengangkat kedua tangan saya. Memanjatkan syukur yang lebih dari biasanya. Saya berangkat ke masjid dalam kondisi sudah mandi. Sudah ganti pakaian. Sudah cukup berisirahat. Bandingkan dengan Bapak sebelah saya itu. Itulah yang memicu rasa syukur saya yang jauh lebih besar.

Saya panjatkan istighfar ( minta ampun kepada Tuhan ) yang lebih besar. Karena hanya sebegitu rasa syukur yang mampu saya hadirkan.  Yang tidak seberapa dibanding dengan kenikmatan yang saya terima dari Nya. Bandingkan dengan Bapak sebelah saya itu. Dengan kondisi seperti itu, beliau masih bersyukur. Dengan menunaikan kewajibannya. Itulah salah satu bentuk syukur. Dalam tindakan.

Belum lama saya mengangkat kedua tangan saya. Suara Iqomah berkumandang. Sholat akan segera dimulai. Saya sandingkan kaki kanan saya mepet kaki kiri Bapak itu. Bau keringat yang awalnya mengganggu. Kini saya bisa  menerimanya. Bau ini sudah tidak mengganggu saya lagi. Barangkali berkat rasa syukur. Rasa syukur yang besar telah mengalahkan bau keringat yang menyengat.

Selesai sholat maghrib. Setelah dzikir seperlunya. Saya bergegas keluar. Sebelum para jamaah sholat sunah. Saya menuju teras masjid. Ikut membagikan nasi kotak. Untuk berbuka para jamaah. Berbuka yang sebenarnya.

Ketika saya berdiri Bapak itu masih khusuk berdzikir. Saya tidak berani menyalaminya. Yang dapat mengganggu kekhusukannya. Namun pengalaman ini tetap tertancap didalam hati dan fikiran saya. Meskipun pada akhirnya saya tetap tidak mengenal siapa Bapak ini.

Matur nuwun Pak, telah menyadarkan saya atas nikmat Nya yang banyak.

#NA

#KSB 140423