04 April 2010

NASEHAT DARI BAPAK TANI # 2

Ketika musim penghujan datang; Bapak menyiapkan bibit padi. Padi memang paling cocok ditanam di musim penghujan. Padi termasuk tanaman yang membutuhkan air yang banyak. Apakah bisa padi ditanam ditanah yang kurang air ? Bisa; namanya padi gogo; yaitu padi yang ditanam diatas tanah yang kurang air; tapi tanahnya harus tanah yang gembur; tidak bisa ditanam di tanah liat yang keras. Padi gogo ini bisa tumbuh dan berbuah; namun hasil panennya tidak sebagus padi yang ditanam ditanah yang cukup air.

Saya masih ingat; suatu saat di musim tanam padi yang kedua. Kenapa musim tanam padi kedua ? Ya, dengan adanya bibit Unggul; umur padi tidak lagi 3,5 - 4 bulan tapi lebih pendek; bahkan ada yang kurang dari 3 bulan. Anggap saja padi mulai ditanam di bulan Desember dan akan masuk musim panen di bulan Feburari/Maret. Karena Februari/Maret masih masuk musim penghujan; maka para Bapak Tani bisa menanam padi lagi. Inilah yang disebut dengan musim tanam padi ke dua. Biasanya ini akan berakhir panen di bulan Mei/Juni. Namun, seringkali musim penghujan berhenti lebih awal. Kalau sudah demikian maka pengairan padi di sawah sangat tergantung pada air yang mengalir di sungai. Dan kalau ternyata musim kemarau datang lebih cepat juga; maka seringkali air sungaipun tidak banyak lagi. Kalau sudah demikian maka harus diatur pembagian waktu mengairi sawah. Kalau tidak akan terjadi rebutan air; yang bisa berujung pada perkelaian. Saya sering disuruh Bapak menunggu air yang mengaliri sawah kami. Tujuannya agar tidak diserobot sawah sebelah. Jadi padi benar benar membutuhkan banyak air.

Ketika musim kemarau datang; Bapak menyiapkan bibit kedelai. Kedelai adalah termasuk tanaman kering yang tidak mau kena air. Kena hujan sehari saja; maka tanaman ini akan mati. Beberapa kali Bapak mengalami gagal panen kedelai; gara gara ada salah musim ( istilah Bapak untuk menyebut hujan yang turun dimusim kemarau ). Kedelai yang sudah berbunga itupun mati.

Jadi kalau diperhatikan; Bapak Tani ini sukses tidaknya banyak tergantung pada musim. Seringkali saya melihat Bapak tidak segera menyiapkan lahan untuk musim tanam padi kedua. Ketika saya Tanya kenapa, Bapak hanya menjawab – Tunggu perkembangan musim dulu – istilah sekarang wait & see. Kalau ternyata musim penghujan segera berakhir dan segera masuk musim kemarau; maka Bapak tidak akan menyiapkan bibit padi; tapi Bapak akan menyiapkan bibit jagung atau kedelai. Sebenarnya nanam jagung ini lebih cocok untuk masa peralihan musim. Namun Bapak tidak suka menanam jagung; karena tidak banyak menghasilkan uang; katanya.

Suatu saat Bapak mengatakan “Kalau mau panen yang baik; tanamlah tumbuh2an yang sesuai dengan musimnya. Kalau musim penghujan ya tanam padi; kalau kemarau ya tanam kedelai”. Kalau sudah salah musimnya; tanaman akan puso ( gagal panen ).

Saya merenungkan kata kata Bapak. Sesuai dengan musimnya. Kini; Musim; tidak harus saya terjemahkan sebagai musim penghujan dan kemarau. Musim; bisa juga saya terjemahkan dengan waktu; era dan jaman.

Saya melihat bagaimana anak saya yang masih SMA seakan tidak punya waktu lagi untuk bermain. Hari harinya disibukkan oleh sekolah; mengerjakan tugas dan les. Tidak seperti jaman saya; yang sewaktu SMA masih banyak waktu bermain. Pulang sekolah jam 13.00; ada acara tidur siang. Siang sampai Sore bermain; Habis maghrib ngaji di pondok. Baru belajar setelah Isya’.

Saya sering berkelakar dengan teman teman di kantor. Seandainya saya baru masuk test ke perusahaan ini sekarang; barangkali saya tidak lulus test. Seandainya gaya belajar dan gaya hidup anak saya yang sekarang meniru gaya belajar Bapaknya jaman dulu; pastilah akan kedodoran; pastilah tidak akan dapat mengikuti pelajaran.

Saya juga melihat bagaimana ritme kerja saya sekarang dibandingkan dengan masa masa awal saya bekerja. Jaman dulu; yang namanya hari libur; ya betul betul libur; tapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Apalagi dengan adanya Black Berry. Kerja kita sudah seperti ATM; in service 24 jam sehari; 7 hari seminggu.

Musim bisa juga diterjemahkan pimpinan. Seringkali orang mengeluh dengan pimpinannya yang baru; yang gaya memimpinnya tidak seperti pimpinannya terdahulu. Musim juga bisa diterjemahkan sebagai manajemen baru; dengan policy yang baru. Banyak karyawan marah dengan manajeman baru dengan policy barunya yang katanya tidak memihak ke pekerja.

Musim bisa diterjemahkan juga dengan tetangga yang baru; Bisa juga diterjemahkan dengan pemerintahan yang baru; dan seterusnya.

Kalau mau sukses; sesuaikan dengan musimnya. Itulah nasehat Bapak saya. Setiap waktu ada jamannya sendiri sendiri. Setiap jaman ada generasinya masing masing. Yang semuanya itu memerlukan paradigm baru; memerlukan cara pandang yang baru; memerlukan cara berfikir yang baru. Bukankah setiap era/generasi baru mempunyai kebutuhan dan tuntutan yang berbeda. Dan setiap kebutuhan/tuntutan memerlukan kompetensi yang berbeda. Orang yang masih ngotot memakai cara cara lama di era baru ini; akan mengalami kesulitan; keprihatinan dan kesedihan.

Nah; mampukah kita beradaptasi dengan jamannya, dengan generasi dan kebutuhannya tanpa meninggalkan prinsip prinsip hidup yang mulia.

Semoga menginspirasi …… ( Semalang Indah 21.10 wib )

NASEHAT DARI BAPAK TANI # 2

Ketika musim penghujan datang; Bapak menyiapkan bibit padi. Padi memang paling cocok ditanam di musim penghujan. Padi termasuk tanaman yang membutuhkan air yang banyak. Apakah bisa padi ditanam ditanah yang kurang air ? Bisa; namanya padi gogo; yaitu padi yang ditanam diatas tanah yang kurang air; tapi tanahnya harus tanah yang gembur; tidak bisa ditanam di tanah liat yang keras. Padi gogo ini bisa tumbuh dan berbuah; namun hasil panennya tidak sebagus padi yang ditanam ditanah yang cukup air.




Saya masih ingat; suatu saat di musim tanam padi yang kedua. Kenapa musim tanam padi kedua ? Ya, dengan adanya bibit Unggul; umur padi tidak lagi 3,5 - 4 bulan tapi lebih pendek; bahkan ada yang kurang dari 3 bulan. Anggap saja padi mulai ditanam di bulan Desember dan akan masuk musim panen di bulan Feburari/Maret. Karena Februari/Maret masih masuk musim penghujan; maka para Bapak Tani bisa menanam padi lagi. Inilah yang disebut dengan musim tanam padi ke dua. Biasanya ini akan berakhir panen di bulan Mei/Juni. Namun, seringkali musim penghujan berhenti lebih awal. Kalau sudah demikian maka pengairan padi di sawah sangat tergantung pada air yang mengalir di sungai. Dan kalau ternyata musim kemarau datang lebih cepat juga; maka seringkali air sungaipun tidak banyak lagi. Kalau sudah demikian maka harus diatur pembagian waktu mengairi sawah. Kalau tidak akan terjadi rebutan air; yang bisa berujung pada perkelaian. Saya sering disuruh Bapak menunggu air yang mengaliri sawah kami. Tujuannya agar tidak diserobot sawah sebelah. Jadi padi benar benar membutuhkan banyak air.




Ketika musim kemarau datang; Bapak menyiapkan bibit kedelai. Kedelai adalah termasuk tanaman kering yang tidak mau kena air. Kena hujan sehari saja; maka tanaman ini akan mati. Beberapa kali Bapak mengalami gagal panen kedelai; gara gara ada salah musim ( istilah Bapak untuk menyebut hujan yang turun dimusim kemarau ). Kedelai yang sudah berbunga itupun mati.




Jadi kalau diperhatikan; Bapak Tani ini sukses tidaknya banyak tergantung pada musim. Seringkali saya melihat Bapak tidak segera menyiapkan lahan untuk musim tanam padi kedua. Ketika saya Tanya kenapa, Bapak hanya menjawab – Tunggu perkembangan musim dulu – istilah sekarang wait & see. Kalau ternyata musim penghujan segera berakhir dan segera masuk musim kemarau; maka Bapak tidak akan menyiapkan bibit padi; tapi Bapak akan menyiapkan bibit jagung atau kedelai. Sebenarnya nanam jagung ini lebih cocok untuk masa peralihan musim. Namun Bapak tidak suka menanam jagung; karena tidak banyak menghasilkan uang; katanya.




Suatu saat Bapak mengatakan “Kalau mau panen yang baik; tanamlah tumbuh2an yang sesuai dengan musimnya. Kalau musim penghujan ya tanam padi; kalau kemarau ya tanam kedelai”. Kalau sudah salah musimnya; tanaman akan puso ( gagal panen ).




Saya merenungkan kata kata Bapak. Sesuai dengan musimnya. Kini; Musim; tidak harus saya terjemahkan sebagai musim penghujan dan kemarau. Musim; bisa juga saya terjemahkan dengan waktu; era dan jaman.




Saya melihat bagaimana anak saya yang masih SMA seakan tidak punya waktu lagi untuk bermain. Hari harinya disibukkan oleh sekolah; mengerjakan tugas dan les. Tidak seperti jaman saya; yang sewaktu SMA masih banyak waktu bermain. Pulang sekolah jam 13.00; ada acara tidur siang. Siang sampai Sore bermain; Habis maghrib ngaji di pondok. Baru belajar setelah Isya’.




Saya sering berkelakar dengan teman teman di kantor. Seandainya saya baru masuk test ke perusahaan ini sekarang; barangkali saya tidak lulus test. Seandainya gaya belajar dan gaya hidup anak saya yang sekarang meniru gaya belajar Bapaknya jaman dulu; pastilah akan kedodoran; pastilah tidak akan dapat mengikuti pelajaran.




Saya juga melihat bagaimana ritme kerja saya sekarang dibandingkan dengan masa masa awal saya bekerja. Jaman dulu; yang namanya hari libur; ya betul betul libur; tapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Apalagi dengan adanya Black Berry. Kerja kita sudah seperti ATM; in service 24 jam sehari; 7 hari seminggu.




Musim bisa juga diterjemahkan pimpinan. Seringkali orang mengeluh dengan pimpinannya yang baru; yang gaya memimpinnya tidak seperti pimpinannya terdahulu. Musim juga bisa diterjemahkan sebagai manajemen baru; dengan policy yang baru. Banyak karyawan marah dengan manajeman baru dengan policy barunya yang katanya tidak memihak ke pekerja.




Musim bisa diterjemahkan juga dengan tetangga yang baru; Bisa juga diterjemahkan dengan pemerintahan yang baru; dan seterusnya.




Kalau mau sukses; sesuaikan dengan musimnya. Itulah nasehat Bapak saya. Setiap waktu ada jamannya sendiri sendiri. Setiap jaman ada generasinya masing masing. Yang semuanya itu memerlukan paradigm baru; memerlukan cara pandang yang baru; memerlukan cara berfikir yang baru. Bukankah setiap era/generasi baru mempunyai kebutuhan dan tuntutan yang berbeda. Dan setiap kebutuhan/tuntutan memerlukan kompetensi yang berbeda. Orang yang masih ngotot memakai cara cara lama di era baru ini; akan merasakan kesulitan dan kesengsaraan.




Nah; mampukah kita beradaptasi dengan jamannya, dengan generasi dan kebutuhannya tanpa meninggalkan prinsip prinsip hidup yang mulia.




Semoga menginspirasi …… ( Semalang Indah 21.10 wib )