01 November 2025

BEKAL KURANG

 Saku Kosong Fotos, PNG, Background ...

Oleh Noor Aidlon

S

uatu ketika kami ada acara di daerah Batu. Daerah yang berjarak 20 km sebelah barat kota Malang. Udaranya dingin dengan panorama pegunungan yang indah mempesona. Dulu daerah ini masih berbentuk kecamatan yang tidak hiruk pikuk.  Cocok untuk tinggal para pensiunan yang igin menikmati hidup tanpa kebisingan. Atau para pebisnis yang sekedar ingin melepas kepenatan di akhir pekan. Banyak dibangun vila vila pribadi maupun yang disewakan.

Batu dikenal sebagai penghasil apel yang terkenal. Masyarakat menyebutnya bukan Apel Batu, tapi Apel Malang. Mungkin karena dulunya Batu merupakan bagian dari Kota Malang yang sejak tahun 2001 menjadi kota tersendiri. Kota otonom yang terpisah dari Kota Malang.  Namanya Kota Administratif Batu.

Kini Kota Batu tidak hanya terkenal sebagai kota penghasil Apel, namun sudah menjelma menjadi kota wisata yang sangat menarik. Banyak obyek wisata alam dengan panorama yang mempesona. Dan terus dibuat mempesona oleh polesan tangan tangan terampil. Dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Juga banyak ditemukan panorama baru yang tidak kalah eloknya dengan panorama lama.

Pun  banyak obyek wisata edukasi baru yang dibangun oleh perusahaan swasta. Obyek ini dibangun dengan selera tinggi dan dipelihara dengan sangat baik. Bersih, rapi dan elok. Tak heran kalau sekarang tumbuh hotel hotel dan restaurant restaurant baru. Kemacetanpun sudah tidak bisa dihindari lagi. Terutama pada akhir pekan.

Udara di Batu sangat dingin - sekitar 15 – 20 derajat Celcius. Cocok untuk berlibur. Ataupun bekerja sambil bersantai, seperti kami saat itu. Rapat anggaran yang sangat serius diselenggarakan di lingkungan yang santai, dengan suasana santai. Diharapkan banyak ide ide baru yang bermunculan untuk pengembangkan perusahaan kedepan. 

Acara itu dilakukan pada musim kemarau. Puncak puncaknya kemarau. Saat itu, di Surabaya dan Jakarta terasa panas sekali. Namun di daerah Batu justru sangat dingin. Lebih dingin dari musim penghujan. Entah mengapa. Tapi secara umum – tidak hanya di Batu - dataran tinggi terasa lebih dingin saat musim kemarau.

Beberapa hari sebelum hari H, panitia sudah mengingatkan agar para peserta rapat membawa baju hangat. Panitia sadar di daerah Batu akan dingin. Apalagi agenda acaranya sampai malam. Ada outdoor activitynya pula.

Rupanya ada yang salah perkiraan. Dia abaikan pesan dari panitia. Pun pesan teman temannya sesama peserta sebelum kami berangkat. 

Hari pertama. Ketika matahari sudah angslup di peraduannya. Ketika sang bulan mulai menaik perlahan lahan menampakkan wajahnya yang bulat. Ketika gunung yang siangnya nampak begitu dekat sudah tidak menampakkan punggungnya lagi. Ketika udara bertiup lembut membawa kabar kedinginan, Dia menggeser kursinya, menyondongkan tubuhnya dan berbisik. Gak punya jaket lagi ? Dia tidak membawa baju hangat, rupanya. Dia hanya membawa kaos lengan pendek saja. Dia mengira pada musim kemarau daerah Batu tidak sedingin itu. Dia salah memperkirakan. Dia tidak percaya peringatan panitia. Dia tidak menghiraukan nasehat temannya.  Kini dia baru menyadari bekal pakaian yang dibawanya tidak mencukupi lagi.  Tidak mencukupi melawan dinginnya udara kota Batu. Malam itu.

Kejadian yang sudah puluhan tahun yang lalu itu mendadak teringat kembali, pada saat saya membaca tafsir Ibnu Katsir. 

 Dalam menafsikan ayat 24 dari surah Al Fajr yang bunyinya :

يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ

Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini."

Ibnu Katsir menulis dalam tafsirnya sebagai berikut.

Yaitu dia menyesali perbuatan-perbuatan durhaka yang telah dikerjakannya di masa lalu jika dia orang yang durhaka. Dan dia berharap seandainya dia dahulu menambah amal ketaatan jika dia adalah orang yang taat di masa lalunya.

Imām A
mad sehubungan dengan hal ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Alī ibnu Isāq, telah menceritakan kepada kami Abdullāh ibn-ul-Mubārak, telah menceritakan kepada kami Tsaur ibnu Yazīd, dari Khālid ibnu Madān, dari Jubair ibnu Nafīr, dari Muammad ibnu Umrah salah seorang sahabat Rasūlullāh SAW. mengatakan bahwa seandainya seseorang hamba sejak dilahirkan selalu hidup dalam amal ketaatan kepada Tuhannya sampai dia mati, niscaya di hari kiamat dia menganggap kecil amal perbuatannya, dan niscaya dia menginginkan seandainya dia dikembalikan ke dunia untuk melakukan ketaatan yang sama, agar pahalanya bertambah

Demikian. begitu diperlihatkan barangnya yang luar biasa, mendadak merasa bekal yang dibawanya kurang. Tidak mencukupi untuk menebusnya.

Menebus surga yang diperlihatkan begitu indahnya, nyamannya dan penuh dengan kenikmatan. Yang dipenuhi dengan makanan dan buah buahan beraneka ragam. Yang dikelilingi oleh bidadari yang bermata indah, yang membuat senang siapa saja yang memandangnya.

Maupun menebus untuk terhindar dari neraka yang demikian dahsyat panasnya. Yang apinya menyala nyala. Yang bahan bakarnya dari jin dan manusia. Penghuninya disiksa dengan siksa yang seberat beratnya. Hidupnya penuh penderitaan. Disiksa bagaimanapun dia tetap hidup. Tidak pernah mati. Dan tidak dimatikan. Karena tidak mati, maka penderitaanyapun tidak pernah berhenti. Seandainya dia mempunyai harta emas segunung atau lebih dari itu, itupun tidak bisa untuk menebusnya. Menebus dari siksaan.

Saat itu, siapapun ingin dikembalikan hidup lagi di dunia. Untuk memperbaiki amal ketaatannya. Memperbanyak sedekahnya. Memperbaiki ketakwaannya. Namun semua itu sudah terlambat. Sudah tidak bisa pulang lagi.  Untuk mengambil tambahan bekal.

Bisanya hanya minta dikasihani oleh Yang Maha Mengasihani. Minta ampun dari Yang Maha Pengampun. Hanya itu. Tidak kurang tidak lebih.

Sby, 30 Oktober 2025 

( NA )

 

29 Oktober 2025

LAWAN BARU

 Contoh Artificial Intelligence ...

 Oleh Noor Aidlon

KINI, semakin banyak saja lahir kebenaran baru. Ini akan terus menerus terjadi seiring dengan semakin banyaknya pengguna media sosial. Memang media sosiallah yang sangat subur, sangat cepat melahirkan kebenaran kebenaran baru.

Kebenaran baru.  Istilah ini diperkenalkan oleh Dahlan Iskan. Dulu, kami menyebutnya kebenaran umum. Kebenaran universal. Benere wong akeh.  Kebenaran yang disepakati orang banyak. Semakin banyak yang menyepakatinya, semakin luas tingkat ke-univeral-annya. 

Sering kali kebenaran baru ini tidak diketahui siapa yang pertama kali memperkenalkan. Contohnya seperti mitos itu. Tidak pernah ada yang tahu siapa pencetus mitos itu.

Dulu, kebenaran baru ini diviralkan dari mulut ke mulut. Prosesnya sangat lama untuk diakui sebagai kebenaran baru. Sekarang lebih banyak disampaikan melalui media sosial yang prosesnya luar biasa cepatnya. Cepat diakuinya menjadi kebenaran baru dan cepat pula dilupakannya.

Kebenaran baru ini akan tumbuh subur pada masyarakat yang kurang mau berfikir kritis. Yang tidak pernah mempertanyakan sumber rujukannya. Pun alur logikanya. Apalagi melakukan pengecekkan.  Yang ada mereka berlomba cepat cepatan memposting ulang. Menyebarkannya. Ada rasa bangga telah berhasi menyebarkan berita baru. Bangga merasa dirinya menjadi golongan yang melek informasi.  Golongan yang awal mendapat update informasi.

Ada rasa takut disebut ketinggalan berita. Ketinggalan zaman. Inilah salah satu penyakit yang banyak menghinggapi masyarakat saat ini – FOMO ( Fear of Missing Out ). Yang menjadikan sebagian masyarakat depresi. Kata hasil penelitian.

Yang namanya hasil kesepakatan umum, tentu kebenaran baru ini tidak langgeng. Bisa berubah sejalan dengan perubahan nilai nilai dan tatanan sosial yang ada di masyarakat. Hari ini diyakini sebagai kebenaran, bisa jadi bulan depan sudah tidak lagi nampak benar. Ada kebenaran baru lagi yang menghapus kebenaran lama.

Beda dengan kebenaran hakiki. Kebenaran yang tidak akan pernah berubah. Kebenaran dari Tuhan. 

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ

Katakanlah ( Nabi Muhammad ), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu ( Al Quran surah Al Kahfi ayat 29 ).

Untuk mengetahui kebenaran hakiki, orang harus ngaji, membaca kitab suci dan hadis Nabi serta rujukan rujukan kitab lain. Sedangkan untuk mengetahui kebenaran baru orang hanya cukup membaca media sosial. Yang bisa dilakukan dimana saja. Kapan saja. Ditengah rapat, bahkan dalam acara kajian agamapun masih menyempatkan membuka media sosial.

Survey yang dilakukan tahun 2021 menemukan fakta bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 3 jam 14 menit per hari untuk membaca media sosial. Survey lain menemukan rata rata masyarakat membuka handphone setiap 5 - 6 menit. Ya, bukankah itu juga yang menjadi kebiasaan kita. Membuka Handphone setiap 5 menit sekali.

Ini menunjukkan bahwa pengguna handphone disamping sangat sering membuka handphonenya juga sangat lama menghabiskan waktunya di depan layar Handphone.

Bagaimana dengan orang membaca Al Quran. Survey 2022 menemukan 72.5% umat Islam belum bisa membaca Al Quran. Data ini meningkat dari hasil survey sebelumnya. Survey Th 2020 59% dan th 2021 65% umat belum bisa membaca Al Quran.  

Dari yang sudah bisa membaca Al Qur’an, hanya 10% yang membaca setiap hari, 40% membaca beberapa kali dalam seminggu dan 40% membaca beberapa kali dalam sebulan.  Dan durasi waktu membaca rata rata hanya 10 – 15 menit. 

Meskipun belum ada data penelitian, namun dari pengamatan sehari hari bisa diketahui bahwa yang membaca Al Quran pun tidak selalu memahami isi dan maknanya. Hanya sebatas membunyikannya.

Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa pemahaman kebenaran baru jauh lebih cepat dibanding dengan pemahaman kebenaran hakiki. Dan itu artinya penyebaran atas kebenaran baru akan lebih cepat dari penyebaran kebenaran hakiki.

Betul. Kebenaran baru tidak selalu bertentangan dengan kebenaran hakiki. Namun juga tidak berarti selalu sama dengan kebenaran hakiki.

Untuk itu para cerdik pandai, para alim ulama, para ustad dan kaum muslimin harus berjuang mengimbangi kecepatan lahirnya kebenaran baru. Caranya dengan lebih rajin menulis di media sosial.

Kalau tidak, maka kebenaran baru itu akan diyakini sebagai sebuah kebenaran dengan derajat yang sama dengan kebenaran hakiki.

لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

Sungguh aku akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan sungguh aku akan menyesatkan mereka semua ( Al Hijr 39 )

Kalau media sosial telah terbukti mampu melahirkan kebenaran baru, maka media sosialpun akan mampu menegakkan kebenaran hakiki. Apalagi seperti kita ketahui, saat ini masyarakat sudah banyak yang bertanya apa saja ke Artificial Intelligent ( AI ), termasuk bertanya mengenai soal agama. Dan AI akan memberikan jawaban dengan merujuk pada apa yang ada dan ditulis di internet. Kalau yang ditulis di internet salah, maka AI akan melahirkan pendapat yang sesat dan menyesatkan.

Untuk menyemangati, mari kita renungkan hadis ini.

Jika suatu kaum melakukan perbuatan dosa padahal di tengah mereka ada orang yang lebih mulia dan lebih banyak jumlahnya, namun mereka tidak mencegahnya, maka Allah akan menimpakan adzab kepada seluruh kaum itu
( HR Ahmad, disahihkan oleh Al Albani ).

Dan panjenengan termasuk orang yang mulia itu.

Sby, 19 Oktober 2025
NA.