16 November 2025

SEMUA PUNYA

 JANGAN LARI DARI MASALAH KALAU TAK ...

 Oleh Noor Aidlon

B

eberapa waktu yang lalu saya diajak rapat dengan calon investor.  Yang mengajak itu teman baik saya yang mempunyai tambang batubara jenis anthracite, batubara kualitas premium.

Saya diajak untuk mendampingi dia meyakinkan investor. Bahwa tambang itu sangat prospektif dan menguntungkan. Hanya saja perlu modal yang cukup besar untuk memproduksinya. Untuk mengeluarkan batubara dari dalam tanah. 

Berdasarkan perhitungan saya atas kemampuan keuangannya, dia memang harus menggandeng partner yang bermodal besar.  Dan saya dinilainya sosok yang menguasai perhitungan pertambangan dan sekaligus mempunyai pengalaman dalam menyusun skema keuangannya. Maka diajaklah saya menemui investor itu. 

Point pokok yang menjadi agenda rapat sangat singkat dibicarakan, karena perhitungan yang kami sajikan masuk akal dan on the market. Mereka mendengarkan dan bertanya dengan antusias. Mereka segera melakukan due diligent ke lapangan, menyusun proposal dan membawanya ke komite investasi di Perusahaannya.

Selebihnya curhatan mereka. Semua pengusaha mengeluhkan sulitnya berbisnis. Semua mempunyai masalah yang memusingkan. Yang membuat stress, pakai berat, katanya.

Yang mengeluh paling kencang justru bisnisnya yang paling besar. Yang dulunya beromset sangat besar. Rata rata setiap bulan bisa mengirim 9 kapal penuh batubara. Masing masing kapal memuat 50.000 ton. Harganya usd 50 per ton. Setara dengan Rp 370 Milyar lebih per bulan. Rp 4,5 Trilyun per tahun. 

Yang mengeluh paling kencang adalah mereka yang masih bisa naik pesawat dengan duduk di first class. Tidur di hotel bintang lima. Peserta lainnya hanya mendengarkan, sesekali membenarkan buruknya iklim berusaha. Mengalami penurunan bisnis yang sama. Mereka mengeluh tapi tidak sekencang orang yang pertama. 

Saya tanyakan apa masalahnya. Banyak pungutan, jawabnya cepat. Dalam kondisi sulit banyak juga partner yang kabur membawa uang. Tahun lalu saja tidak kurang dari Rp 800 Milyar uangnya dibawa kabur.

Memang saya tahu ada seorang pengusaha tambang batubara yang kolaps. Dia termasuk pengusaha besar. Saya pernah bertemu beberapa kali. Dari 7 proyek, 4 proyek tidak jalan, tidak menghasilkan. 3 proyeknya yang jalan tidak mampu menutupi operasional 7 proyek. Akhirnya dia merumahkan 1500 karyawan. Apa boleh buat.

Awalnya saya mengira pengusaha ini terlalu agresive, terlalu ekspansif. Kas yang dihasilkan tidak mampu menopang proyek lainnya yang masih perlu disuapi. 

Seperti negara kita. Proyek infrastruktur yang massive dibangun, masih belum semuanya bisa menghasilkan uang. Masih harus menyusu.  Apalagi ICOR ( Incremental Capital Output Ratio ) kita masih tertinggi di Asean. Sekitar 6,3. Padahal idealnya ada di 3 – 4.  Inilah yang menyebabkan Keuangan negara kedodoran.

Ternyata pengusaha tambang itu tidak sendirian. Banyak perusahaan yang kolaps. Bahkan ada yang dengan sengaja mengolapskan diri. Salah satu peserta rapat itu sendiri contohnya. Saya yang jungkir balik kerja dengan penuh resiko mendapat Rp 20.000, sementara mereka hanya berbekal baju seragam, ongkang ongkang angkat telpon, ketawa ketiwi dapat Rp 120.000. Ya saya biarkan saja usaha itu, katanya.

Menurut mereka, saat ini oknum oknum berseragam yang rakus itu pada tiarap semua. Ada razia besar besaran. Biaya siluman sudah turun drastis. 

Tapi masalahnya para pengusaha sudah terlanjur kehabisan nafas. Sekarang sedang mengumpulkan tenaga untuk bangkit. Kalau masih punya tenaga. Kalau masih bisa bangkit.

Cerita yang sama dialami oleh tukang sate langganan kami. Sekarang sudah jarang menjajakan keliling lagi. Mangkalpun sudah jarang terlihat. Lesu, tidak banyak pembeli. Hal yang sama dialami oleh adiknya. Jualan sate Madura di Bandung. Juga sepi pembeli.

Salah satu jamaah masjid mempunyai jawaban yang sama ketika saya tanya kondisi usahanya. Dengan tambahan kalimat. Kita jalani saja Pak. Kita syukuri masih ada saja rezeki.

Kalimat terakhir itulah yang membedakan. Pembeda antara orang yang dekat Tuhan dengan yang tidak. Kalimat katalisator agar tidak terjatuh, terjerembab dalam kufur nikmat. Selalu berbaik sangka kepada Tuhan. Yang mempunyai rahmad yang tak terbatas itu 

Semua orang hidup mempunyai masalah. Tidak pandang umur. Tidak pandang kepintaran, dan kekayaannya. Semua mempunyai masalahnya masing masing. Tuhan memberikan masalah kepada seseorang sebatas kemampuannya. Agar manusia lebih kuat, lebih banyak belajar. 

Masalah haruslah dipandang sebagai cara Tuhan menguji seberapa kuat niat dan tekadnya. Seberapa tinggi dan besar impiannya. 

Cara menyikapi masalah yang membedakan rasa hidup mereka. Ada yang menyikapi dengan keluh kesah, yang mendatangkan stress. Tapi ada yang menyikapi dengan tetap bersyukur, masih ada rezeki meskipun berkurang yang akan mendatangkan ketenangan batin.

Itulah tolok ukur kedekatan sesorang dengan Tuhannya. Siapa yang dekat dengan Tuhannya. Yang selalu mengingat Tuhannya - yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu - hatinya akan selalu terjaga.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

 
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram ( Qur’an Surah Ar Ra’d 28 ).

Itu kata Tuhanmu. Masak panjenengan tidak percaya. 

Sby, 16 Nopember 2025

NA

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar