07 Maret 2012

UNTUK LULUS TIDAK HARUS MENGERJAKAN SEMUA SOAL DENGAN BENAR

Ketika saya dan rekan rekan mau mengikuti ujian sertifikasi perbankan yang diselenggarakan oleh Badan Sertifikasi Manajemen Resiko, rasanya campur aduk gak karu karuan. Ada kekhawatiran yang sangat mendalam; kekhawatiran tidak lulus. Kekhawatiran ini bertambah tambah ketika diberi tahu prosentase peserta yang lulus sangat kecil. Bertambah khawatir lagi ketika diberi tahu ada bimbingan test nya. Yang terbayang dan membentuk persepsi bahwa materinya memang luar biasa sulit, sehingga harus ada bimbelnya. Tambah takut ketika ada latihan soal. Dari sekian banyak peserta yang lulus bisa dihitung dengan jari. Melihat para peserta yang ketakutan dan menjurus ke kepanikan; maka instrukturnya kasih tahu bahwa untuk lulus hanya perlu nilai 66. Tidak harus semua soal dikerjakan dengan betul semua. Tidak harus mendapat nilai 100. Kerjakan soal urut dari nomor 1 sampai nomor terakhir.. Kalau ada soal yang sulit, lompatin saja dulu, jangan menghabiskan terlalu lama di soal sulit itu. Nanti kau akan kehabisan waktu. Ingat, untuk lulus anda hanya perlu nilai 66 !!! Begitu kira kira nasehat instrukturnya.

Demikian pula dengan kehidupan. Selama masih bernafas, manusia akan selalu menemui permasalahan. Mulai dari masalah yang kecil dan sepele sampai masalah yang besar. Sepele dan besar inipun sangat relatif. Masalah yang sama, bagi satu orang dianggapnya sepele tapi bagi yang lain dirasakannya sangat besar dan memberatkan. Tidak ada satu ukuran yang pasti untuk menimbang beratnya satu permasalahan. Sangat tergantung pada cara kita memandang masalah itu sendiri. Seperti halnya mengangkat barang/beban. Bila orang terbiasa mengangkat barang seberat 25 kg, maka barang seberat 20 kg akan terasa ringan. Sebaliknya barang seberat 15 kg akan terasa berat bagi yang hanya biasa mengangkat barang seberat 5 kg. Bangun jam 03.00 pagi akan terasa ringan bagi mereka yang sudah terbiasa bangun jam 3, namun akan terasa sangat berat bagi yang biasa bangun jam 6 pagi. Jadi terasa berat itu relative; tergantung kebiasaan kita.

Ketika saya masih kecil, masih belajar di SD; saya menuntun sepeda ( memegang sepeda sambil jalan ) yang dipakai ayah saya saja begitu beratnya. Bahkan hanya mampu menuntun sejauh 3 meter. Namun saat ini begitu terasa ringannya. Bukan karena berat sepedanya yang berkurang; namun karena kemampuan dan kekuatan saya lah yang bertambah. Pelajaran SD bagi anak kita yang masih SD sangatlah sulit; namun bagi pelajar SMP akan terasa mudah. Inipun bukan karena pelajarannya menjadi lebih mudah; tapi karena kemampuannya yang bertambah baik. Jadi terasa berat; terasa mudah itu relative; tergantung kemampuan.

Masalah juga bisa datang dari tempat kerja, dari keluarga dan teman, dari lingkungan, dan lain lain. Saya teringat ketika pertama kali ditunjuk sebagai budget coordinator. Belum punya pengalaman dan tidak mempunyai pengetahuan komputer. Karena takut gagal, maka saya datangi fihak-fihak yang biasa menyusun budget dan saya datangi pula teman-teman yang jago komputer. Meskipun tertatih tatih tapi akhirnya bisa selesai. Dan sekarang kalau untuk menyusun budget, insya Allah tidak masalah lagi bagi saya. Demikian pula ketika baru belajar nyetir mobil. Saat pertama kali belajar pasti mengalami kesulitan. Memerlukan konsentrasi, tidak mau diajak ngobrol, tidak mau menyalakan radio, karena semua masih harus difikir dengan penuh konsentrasi. Jadi akan terasa berat kalau tidak mau minta tolong kepada orang lain yang dapat meringankan bebannya.

Saya sering membaca di koran, banyak orang melakukan bunuh diri hanya karena masalah sepele. Sepele bagi kebanyakan orang dan barangkali sangat berat bagi yang bersangkutan. Mengapa berat ? Bisa karena masalah tersebut baru pertama kali datang kepadanya. Bisa karena masalah tersebut dibiarkan berlama lama ada di benaknya dan tidak dicarikan solusinya. Sekuat kuatnya orang; kalau harus memegang segelas air dalam waktu sehari tidak istirahat juga akan jatuh. Bisa juga karena orang tersebut tidak terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri. Biasanya setiap masalah diselesaikan oleh orang lain ( orang tua; saudara; suami/istri, dsb ), sehingga kemampuan menghadapi dan menyelesaikan masalah sangat rendah.

Terus bagaimana ? Masalah akan terasa ringan bila kemampuan kita meningkat menjadi lebih besar dari masalahnya. Masalah akan terasa ringan bila kita sering menghadapi dan menyelesaikannya. Masalah akan terasa ringan bila kita minta tolong orang lain.

Kalau tidak bisa ? Lompati saja; toh masih ada soal lain yang lebih mudah. Minta tolonglah kepada Yang Maha Pemberi solusi untuk dimudahkan urusannya. Minta tolong kepada Yang Maha Perkasa yang mampu meringankan beban seberat apapun. Yakin masih banyak soal berikutnya yang lebih gampang dan menyenangkan. Jangan habiskan waktu untuk memikirkan satu soal yang belum bisa diselesaikan. Kerjakan soal lainnya. Insya Allah akan lulus.

Toh untuk lulus tidak harus menyelesaikan semua soal dengan benar.

Semoga menginspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar