08 Desember 2014

BEGITULAH CARA TUHAN ...



Ini masih cerita sekitar pemasangan kawat gigi anak saya. Kami dan keluarga biasa melakukan perawatan gigi di Rumah Sakit swasta ini. Disamping memang sudah kenal dengan dokter giginya; juga karena Rumah Sakit ini termasuk Rumah Sakit international. Jaringannya sangat luas dan kualitasnya pun bagus. Bila dibanding dengan Rumah Sakit lain yang berlebel international, Rumah Sakit ini tergolong relatif lebih murah. Itulah pertimbangan kami melakukan perawatan di Rumah Sakit ini.

Kami dan keluarga belum pernah melakukan pemasangan kawat gigi. Suatu saat sekitar setahun yang lalu ketika anak saya membersihkan karang gigi, kami pernah tanya apakah dokter ini bisa melakukan pemasangan kawat gigi. Dan ternyata dia bilang tidak kompeten. Kalau pasang kawat gigi, dia menyarankan ke ortodentis. Dia sebut nama sejawatnya yang praktek di Rumah Sakit itu.

Malam itu, kami ke dokter ortodentis. Kami berkonsultasi atas masalah gigi anak saya.  Beliau menyarankan agar satu gigi di cabut, kemudian di rapikan dengan pemasangan kawat gigi. Biaya pemasangan kawat giginya Rp 12 juta dan bisa dibayar 3 kali.  Karena dokter ortodentis ini tidak melayani mencabut gigi, akhirnya kami pergi ke dokter gigi langganan yang juga praktek di Rumah Sakit itu.  Namun sayangnya beliau tidak praktek malam. Terpaksa besuk kami harus kembali lagi ke Rumah Sakit ini yang kalau mau parkir sulitnya setengah mati.

Setelah kami utarakan saran dari dokter ortodentis, dokter gigi ini memeriksa anak saya. Sekarang rekomendasinya giginya harus di cabut dua, bukan hanya satu.  Kami diskusi agak lama. Dokter ortodentisnya menyarankan di cabut satu, tapi dokter gigi ini merekomendasikan dua.  Akhirnya kami diyakinkan bahwa lebih baik dua yang di cabut, depan bawah satu dan satu lagi di ujung. Dalam hati kami berkata, apa dokter ortodentisnya tidak teliti memeriksanya ya.

Kami kembali lagi ke dokter ortodentis dengan gigi yang sudah di cabut.  Dokternya meminta di foto dan balik lagi Selasa depan, katanya.  Kami mengangguk. Ini sudah tiga kali ke dokter gigi, namun belum bisa dikerjakan juga. Kami mengerti bahwa giginya harus di foto terlebih dahulu.

Selasa depannya kami menghadap lagi dengan membawa hasil foto gigi. Ada  lembar foto yang kami serahkan. Setelah di amati dan dipelajari, dokter ortodentisnya mengatakan, ini tulang giginya tipis, dan meminta untuk di foto khusus  gigi depan bawah ( seperti di zoom gitu ). Malam itupun tidak jadi di pasang kawat giginya.

Sambil pulang, kami mencoba mencari dokter ortodentis lain sebagai alternatif pilihan. Anak saya sudah mulai complaint. Ini sudah 2 minggu lebih bolak balik ke dokter ortodentis, tapi belum bisa dipasang juga. Belum lagi nanti kalau control setiap bulannya.  Saya repot juga bolak balik Malang Surabaya. Dokternya tidak prakteks setiap hari,  keluh anak saya.

Beruntunglah kami. Kami mendapat referensi dari teman teman kantor.  Mereka langganan dokter ortodentis ini. Kliniknya bagus, wangi dan modern; tambahnya.
Berbekal nomor telpon yang diberikan oleh teman saya ini, kami telpon dan janjian dengan dokter ortodentis ini. Sekali datang, langsung bisa menyimpulkan banyak hal. Banyak informasi baru yang kami peroleh dalam pertemuan pertama ini. Informasi ini belum kami peroleh dalam empat kali pertemuan dengan dokter ortodentis yang lama. Menyangkut biaya kami diberikan pilihan dengan ditunjukkan barangnya. Dari yang Rp 4 juta sampai yang Rp 8 juta. Yang diatas itu hanya ditunjukkan brosurnya.  Yang harganya diatas  Rp 4 juta bahannya relatif lebih nyaman dibanding dengan yang Rp 4 juta.  Untuk yang Rp 5 juta keatas bedanya hanya pada estetikanya saja.  Kenyamaannya sama. 

Kami ketemu dokter ortodentis ini jauh lebih senang. Karena komunikatif, educatif dan jauh lebih murah.

Saya, istri dan anak saya akhirnya mengatakan, begitulah cara Tuhan menunjukkan yang terbaik.  Tuhan menciptakan kesulitan kesulitan pada kami untuk berobat di  dokter ortodentis di Rumah sakit itu. Coba kalau tidak ada kesulitan, kita tidak bakal berpindah ke dokter lain. Ternyata kita bisa berhemat Rp 7 juta belum termasuk biaya control setiap bulannya. Disamping itu, kita bisa memanfaatkan waktu dengan lebih baik lagi. Kalau di Rumah Sakit; dokternya hanya berpraktek 2 kali seminggu. Kalau yang ini bisa setiap hari. Bisa janjian. Jadi tidak harus menunggu terlalu lama.

Memang, seperti yang kita yakini, Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk umat Nya. Kita sering kali tidak sabar dengan cara Tuhan menunjukkan dan mengarahkan kita.  Sering Tuhan memudahkan kita. Sering juga Tuhan memberikan kesulitan kepada kita. Kalau kita bersabar, tentu kita akan tahu hikmah dari kesulitan yang diberikan Tuhan. Namun kalau kita tidak bersabar, kita tidak akan memetik hikmahnya.  Ada cerita orang yang terhindar dari kecelakaan pesawat melalui bocornya ban mobil. Karena harus menambal ban, akhirnya dia terlambat sampai di airport dan ditinggal pesawat. Saat itu dia menggerutu. Namun beberapa saat kemudian dia mendapat berita bahwa pesawat yang meninggalkannya mengalami kecelakaan.

Seorang teman bertanya; bagaimana kita tahu bahwa kesulitan dan hambatan itu adalah cara Tuhan mengaturnya dan bukan karena kecerobohan dan kelalaian kita.

Pertama; apakah kita telah menyempurnakan ihtiar kita. Ihtiar kita adalah cara manusia memantaskan untuk mendapatkan sesuatu. Kita bekerja keras adalah cara mulia untuk mendapatkan rezeki. Kita belajar adalah cara mulia untuk lulus.

Yang perlu direnungkan adalah tingkat kesempurnaan ihtiar. Saya pernah melakukan wawancara untuk calon pemimpin. Saya minta menceritakan pengalaman kerja keras yang pernah dilakukannya. Salah satu dari mereka menjawab kalau dia pernah bekerja sampai larut malam, sampai jam 21.00.  Satunya lagi bercerita bahwa dia pernah sampai 3 hari tidak pulang. Tidur hanya 3 jam. Ukuran sempurnanya seorang juara akan berbeda dengan ukuran sempurnanya seorang pemalas. Targetnya tidak masuk akal, kata seorang peserta pelatihan.  Tidak masuk akal bagi average people, kata saya. Namun bagi sang pemenag, target itu sangat masuk akal.

Kedua; apakah kita telah sungguh sungguh memohon kepada Nya. Seorang teman auditor mengatakan kalau dia selalu cemas. Cemas memikirkan jangan jangan masih ada yang terlewatkan sehingga cabang yang dia beri nilai bagus, terjadi kasus. Kalau kita sudah yakin 95% pekerjaan sudah kita cover dengan baik, yang 5 % serahkan kepada Tuhan melalui doa kita. We do the best, and let God do the rest, kata seorang bijak.

Kalau ihtiar  telah kita  sempurnakan, doa telah kita panjatkan; yang ketiga, bertawakal dengan tetap memohon untuk diberikan kemudahan dan hikmah. Seorang bijak menasehati; bila kau tidak ridlo atas takdirmu; kau tidak akan bisa menikmati kebahagiaan dunia. Ustad kami mengatakan kalau kau kehilangan sesuatu; bertawakallah, introspeksi dan mohon ganti yang lebih baik kepada yang Maha Memberi Hidup.

Semoga menginspirasi … ( NA )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar