15 Januari 2009

SANDAL LEPAS
Seperti tahun tahun sebelumnya, lebaran tahun inipun dapat membuktikan kembali bahwa rakyat indonesia mempunyai daya juang yang sangat tinggi untuk sesuatu yang ingin dicapainya. Betapa tidak. Kalau diperhatikan bagaimana mereka berjuang mulai untuk mendapatkan tiket kereta api, naik kereta api sampai cari alat transportasi lain yang dapat menghantarkannya ke desa/kampung halamannya.

Demikian juga dengan Jakfar. Mulai habis subuh sudah berkemas. Kemudian cari angkot ke terminal bis umum, dan mencari bis umum. Karena naik bis umum, maka Jakfar tidak usah bersusah payah membeli tiket beberapa hari sebelumnya. Hanya datang ke terminal, menunggu bis yang akan berangkat menuju ke kampung halamannya. Memang untuk tahun ini dia memilih naik bis umum daripada dengan naik travel seperti pada tahun tahun sebelumnya. Pertimbangannya adalah disamping tidak jelas kapan kantor tempatnya kerja mulai libur, juga karena mudik tahun ini dia berangkat sendirian, karena anak dan istrinya sudah berangkat duluan, sehari setelah sekolah anaknya libur.

Meskipun Jakfar sudah mengantisipasi bahwa nanti akan berebut naik bis, namun perkiraannya jauh meleset. Hampir 2 jam dia menunggu, tak ada satupun bis yang sedikit longgar. Kayaknya jumlah orang yang di terminal, yang mau naik bis jauh lebih banyak. Sampai sampai bis yang baru masuk terminal, belum sampai berhenti sempurna sudah diserbu orang yang berebut mau naik. Padahal penumpang yang diatas belum pada turun. Akhirnya terjadilah kegaduhan.

Meskipun dengan mengeluh, toh akhirnya Jakfar nekat ikut berebut naik bus juga. Begitu tangan kirinya bisa berpegangan pada pintu bis, sambil berlari iapun berebut pijakan kaki dipintu itu. Dan akhirnya salah satu kakinya dapat pijakan juga, pijakan diatas kaki penumpang lain, karena memang sudah tidak ada lagi tempat berpijak kecuali ya diatas kaki penumpang lain itu. Penumpang yang kakinya dipijak itu marah ? Ternyata tidak. Justru dia membantu jakfar dengan cara menarik tangan kanan Jakfar. Disinilah terbukti lagi bahwa bangsa ini mempunyai rasa tolong menolong yang sangat tinggi. Dengan tangan kiri tetap berpegangan pintu bis satu kaki jakfar masih bergelantung dan ... sandalnyapun lepas satu jatuh dijalan. Menyadari sandalnya jatuh satu, secepat kilat dia copot sandal satunya lagi dan melemparkannya ketempat jatuhnya sandal yang satunya. Melihat ulah jakfar tsb, penumpang disebelahnya bertanya : lho koq sandalnya dibuang mas ? Dengan tersenyum Jakfar menjawab, ya ... lebih baik saya buang saja mas. Moga2 jatuhnya sandal tersebut tidak berjauhan dengan sandal pasangannya tadi. Moga2 ada orang yang nemu sandal tsb. Utuh sepasang, sehingga sandal itu masih bisa dipakai, masih bisa dimanfaatkan sesuai fungsinya.

Sahabat, pemikiran jakfar ini memang sederhana. Kalau sandal satunya tetap dipertahankan, pastilah kedua sandal yang berpasangan tsb tidak akan banyak manfaatnya sebagai sandal. Dia relakan dirinya cekeran ( tidak pakai sandal ) dan berharap orang lain yang menemukan sandal tsb dapat memakainya. Pemikiran ini jauh dari prinsip TIJITIBEH – MATI SIJI MATI KABEH ( Mati satu Mati Semua ), satu prinsip bumi hangus, tidak rela orang lain dapat manfaat atau lebih jeleknya kalau dirinya sengsara orang lain harus ikut sengsara. Seperti perilaku anak kecil yang berebut layang layang putus, rasanya akan menjadi seru kalau layang layang yang diperebutkan tsb terobek robek yang akhirnya tak satu orangpun bisa memanfaatkannya.

Kita termasuk berperilaku yang mana ? Semoga menginspirasi ( Ngurah Rai – 16.00 )

1 komentar: