11 Agustus 2009

APAKAH ADA JAMINAN ?

APAKAH ADA JAMINAN ?

Ketika saya dinas di Jakarta tahun lalu; ada seorang sahabat karib saya yang mempunyai kebiasaan “luar biasa” dimata saya. Mengapa luar biasa ? Karena dia selalu mengerjakan sholat Isya’nya dikantor ( kalau sudah masuk waktunya dan belum pulang ), sedangkan saya, sudah terbiasa - sholat Isya’ nya selalu dirumah. Sekalipun pulang dari kantor sudah jam 23.00, tapi tetap saja saya mengerjakan sholat Isya’ nya dirumah. Pikir saya, sholat itu menghadap Yang Maha Suci, jadi sebaiknya ( toh sempat juga kalau dirumah ) saya bersih bersih badan dahulu, kemudian sholat dan langsung tidur dalam keadaan masih berwudlu dan segar.

Suatu waktu kita ngobrolin kebisaan dia itu. Dia cerita kalau dia mengusahakan agar sebelum meninggalkan kantor selalu menunaikan sholat Isya’ dulu. Kemudian saya tanya kenapa gak nunggu sampai dirumah saja ? Memangnya ada jaminan kalau kita bisa sampai rumah mas, jawabnya. 
Duengggg ..... betapa kagetnya saya. Jawaban yang sangat sederhana tapi maknanya Luar Biasa.

Apakah ada jaminan ??? Itulah cerminan “creating sense of crisis atau creating sense of urgency”. Apakah betul betul ada krisis ? Bukan. Namanya saja creating sense of ... 

Dalam konsep motivasi, salah satu faktor yang dahsat dalam motivasi adalah adanya “keterdesakan” adanya “ancaman”. Faktor ini lebih dahsat daya dorongnya daripada faktor hadiah. Istri saya sering mengingatkan anak anak agar belajar sekarang; siapa tahu pas mau ada test ada pemadaman listrik atau tidak enak badan. Dia berusaha menciptakan “apakah ada jaminan” ; creating sense of crisis.

Saya teringat masa kuliah. Saat saya ambil mata kuliah maksimal, dan di semester itu kegiatan saya padat; biasanya Index Prestasi saya tinggi. Kenapa ? Karena saya selalu terhantui bahwa besuk tidak ada waktu banyak untuk belajar; jadi setiap saat saya menyempatkan baca buku; meskipun terkadang mata sudah ngantuk. Saya telah masuk pada “ tidak ada jaminan besuk sempat”. Sebaliknya ada satu semester yang saya hanya mengambil sisa mata kuliah yang tinggal empat mata kuliah dan di semester itu saya tidak banyak kegiatan; justru index prestasi saya berada pada level yang paling rendah. Kenapa ? Karena saya telah terjebak dengan perasaan besuk masih ada waktu luang untuk belajar. Dan yang terjadi .... akhirnya Sistem Kebut Semalam.

Apabila perasaan “apakah ada jaminan” atau creating sense of crisis ada disetiap langkah kita; rasanya tidak akan ada tugas dan kewajiban kita yang terlambat. Kebiasaan untuk menyelesaikan tugas dan kewajiban menjelang dead line tidak pernah terjadi. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya menciptakan perasaan tersebut ? Menurut saya, merenungkan atas kejadian yang kita alami, yang dialami oleh saudara kita, teman kita dan kejadian alam lainnya akan memperkaya khasanah perasaan dan hati. Bukankah dengan merenung akan dapat mendengarkan kata hati ? Merenung dan tidak sekedar memikirkannya .....

Manfaatkan 5 hal sebelum datangnya 5, itulah hadis nabi yang kemudian dilagukan oleh Rhoma Irama. Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa tuamu ( tidak ada jaminan sempat menjadi tua ); Manfaatkan masa sehatmu sebelum masa sakitmu ( tidak ada jaminan bisa sembuh ), Manfaatkan masa kayamu sebelum miskinmu ( tidak ada jaminan kaya terus ); Manfaatkan waktu senggangmu sebelum datang waktu sempitmu ( tidak ada jaminan senggang terus ); Manfaatkan masa hidupmu sebelum datang waktu matimu ( tidak ada jaminan nanti kita masih hidup ).

Semoga menginspirasi ...... ( Makasar 22.40 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar