30 November 2009

MARAH

Selama  dua minggu ini saya mendapatkan dua cerita yang bertopik kemarahan. Cerita pertama saya peroleh dari radio. 

Dikisahkan; ada seorang pimpinan pabrik keluar dari ruang rapat dengan muka merah padam menahan amarah. Dia berjalan menuju tempat dimana para karyawan bekerja. Dilihatnya semua karyawan bekerja dengan tekun dan cekatan; kecuali seorang  laki laki muda yang hanya bengong berdiri didekat tempat itu. Dihampirinya pemuda itu. Kemudian ditanya; berapa gajimu sebuan; kata pimpinan tersebut. Dengan kelihatan  takut pemuda itupun menjawab :  800 ribu Pak. Dengan serta merta pimpinan pabrik ini mengambil dompet dan dikeluarkannya beberapa lembar. Ini uang Rp 2,4 juta;  gajimu 3 bulan kedepan. Sekarang kamu keluar dari  pabrik dan jangan pernah kembali lagi.  Dengan sangat ketakutan;  pemuda inipun bergegas keluar pabrik. Setelah melihat pemuda itu keluar; pimpinan ini menghapiri para karyawan yang sedang tekun bekerja. Dia tanya kepada salah satu dari supervisor di tempat itu, kamu tahu dari bagian mana pemuda pemalas tadi; bisanya Cuma berdiri melihat teman temannya bekerja keras, tanyanya dengan nada kesal.  Maaf pak demikian kata sang supervisor; pemuda itu bukan karyawan sini; dia karyawan catering yang sedang mengirim makan siang. Gobrak .....  Rp 2,4 juta  melayang.

Kisah kedua diceritakan oleh sahabat saya. Ini kejadian yang dialaminya sendiri.  Suatu hari water heater teman saya ini rusak. Dipanggilnya tukang untuk memperbaikinya. Siang hari pembantunya telpon mengabarkan bahwa water heaternya telah selesai diperbaiki. Ketika sampai dirumah setelah seharian kerja penuh dengan masalah yang membuatnya uring uringan; teman saya bermaksud mandi untuk menyegarkan badan.  Sampai dikamar mandi; diputarnya kran air dan betapa kagetnya; ternyata air yang keluar bukan air panas; padahal kran merah telah diputar penuh. Dengan marah marah dia keluar kamar mandi dan dipanggilnya pembantunya keras keras. Dengan  ketakutan pembantunya masuk kamar mandi. Kurang dari satu menit pembantunya mengatakan air panasnya sudah keluar pak. Teman saya bertanya kamu apakan, koq cepat sekali. Dengan senyum pembantunya mengatakan Bapak tadi lupa menekan tombol on nya.

Sahabat, kejadian seperti itu sering juga kita alami. Ketika marah,  fikiran kita buntu; berhenti tidak bekerja.  Respond yang diberikan hanyalah berdasarkan emosi semata.  Ada beberapa alternatif yang disarankan untuk menghadapi situasi itu. Mulai dari tarik nafas dalam dalam;  cuci muka sampai dianjurkan untuk berbaring. Intinya adalah bagaimana kita sedikit menunda respond kita, sehingga fikiran  kita mulai bekerja lagi. Dengan fikiran mulai bekerja;  tekanan emosi akan turun. Dengan fikiran mulai bekerja; unsur untung rugi mulai diperhitungkan. Bukankah tidak pernah ada orang yang melakukan pengrusakan setelah  untung ruginya diperhitungkan ?

Tenang  dulu pak;  berfikirlah yang jernih ..........

Semoga menginspirasi ...... (  hotel century 06.01 wib )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar